Kalau Terima Suap, Mana Duitnya?

Rabu, 21 Oktober 2009 – 10:12 WIB
SEDERHANA- Bibit Samad Riyanto dan istrinya di depan rumah mereka. Foto: Agung Putu Iskandar/JAWA POS

Ny Sugiharti kaget ketika diberi tahu bahwa suaminya, Bibit Samad Riyanto, ditetapkan sebagai tersangka dugaan suapBeberapa tetangga juga menanyakan hal itu

BACA JUGA: Breakfast dengan Editors Club, Juga Dengar Pengalaman Bersama JK

Tapi, dia berusaha tegar karena yakin bahwa suaminya tak melakukannya.

ANGGIT S.-AGUNG P.I., Jakarta
   
Bibit Samad Riyanto pensiun sebagai polisi pada 2000 dengan pangkat inspektur jenderal (irjen)
Dengan pangkat setinggi itu, mestinya dia bisa tinggal di perumahan elite.    

Tapi, tidak demikian Bibit

BACA JUGA: Gus Dur Borong PKL, Wolfowitz Ikut Joget Dangdut

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dinonaktifkan karena tudingan kasus penyalahgunaan kewenangan dan pemerasan tersebut ternyata hidup sederhana di perumahan biasa
Kediaman Bibit terletak di kampung Pedurenan, belakang Perumahan Griya Kencana I, Ciledug, Tangerang

BACA JUGA: Jembatan Gagah dengan Beragam Nuansa



Dari jalan raya, kampung itu tidak memiliki pintu masuk sendiriUntuk mencapainya, harus nebeng pintu masuk perumahan, kemudian melewati jalan sempit yang hanya cukup dilalui satu mobil

Setelah itu, baru sampai di perkampungan padat penduduk, tempat keluarga Bibit tinggalDi depan rumah Bibit yang menghadap ke barat tersebut terdapat tanah kosong yang biasa dipakai warga untuk membakar sampahJadilah asap dan bau bakaran sampah familier dengan keluarga Bibit.

Di samping kanan rumah mantan Kapolda Kaltim tersebut terdapat bekas kolam yang kini ditumbuhi rumput liarBerimpitan dengan rumah itu, ada bangunan tak seberapa luasTempat tersebut dimanfaatkan untuk penitipan gerobak PKL para tetangga yang berdagang makanan keliling.

Sebenarnya, rumah yang ditinggali Bibit sejak 1992 tersebut cukup luasRumah itu berdiri di atas lahan seluas 600 meter persegiAda halaman lumayan luas di depan rumahDulu, halaman tersebut kerap dimanfaatkan para tetangga untuk berlatih musik keroncong

Namun, seluruh bangunannya jauh dari kesan mewah"Ya, gimana? Meskipun polisi, mampu belinya ya yang segini," kata Sugiharti kepada Jawa Pos di kediaman tersebut Sabtu lalu (17/10)Tanah itu dibeli Bibit dari seorang anak buahnya seharga Rp2 ribu per meter persegi pada 1989Saat itu Bibit sudah menjadi perwira menengah.
 
Kendati terpencil, rumah tersebut cukup asriSejumlah tanaman dari jenis gelombang cinta dan jemani diletakkan di terasBeberapa kursi tamu ditata memutari meja kecil"Maaf, jangan duduk di situKursinya jebol, belum diperbaiki," ujar wanita 59 tahun itu kepada Jawa Pos sebelum duduk di salah satu kursi di teras

Sugiharti amat tak percaya ketika suaminya dituding terlibat dalam kasus hukum penyalahgunaan kewenangan yang berbumbu pemerasan terhadap dua orang, yakni Direktur PT Masaro Radiokom Anggoro Widjojo dan Joko STjandra"Sama sekali saya tak percaya dengan tuduhan ituSejak dulu, hidup kami seperti ini," ucapnya"Kalau benar, mana duitnya" terangnya lantas tersenyum.

Dia menjelaskan, anak-anaknya selalu berkumpul di rumah tersebut setiap Bibit diperiksa di Mabes PolriMereka terus memotivasi sang bapak agar kuat menghadapi cobaan dari jabatan pimpinan KPK tersebutBeberapa anaknya juga kerap menyerahkan sejumlah kliping koran yang memberitakan kasus ayahnyaYang pasti, mereka terus memantau kasus yang menjadi polemik itu"Kasusnya selalu saya pelototi dari running text televisi," tutur dia.

Titik "panggilan akrab Sugiharti" mengungkapkan, semua anaknya juga tak percaya dengan tudingan tersebutSebab, selama ini mereka terbiasa hidup sederhanaMeski sang ayah menyandang jabatan pimpinan penegak hukum paling garang (KPK), papar Sugiharti, anak-anak mereka tidak semau gueMereka hidup seadanya
"Anak-anak saya kalau beli rumah juga nyicil," ucapnya

Bagaimana para tetangga dan teman? Menurut Sugiharti, kasus yang membelit Bibit memancing para tetangga ikut bersuaraDia menuturkan, beberapa tetangga bertanya, kemudian ikut mendukung BibitMereka tak percaya jika Bibit benar-benar menerima duit suap seperti yang dituduhkan polisi selama ini.

Sugiharti kali pertama mendengar status tersangka dari BibitKetika itu Bibit diperiksa di Mabes PolriKala ditetapkan sebagai tersangka, Bibit langsung mengirim SMS kepada Sugiharti"Saya sekarang jadi tersangka," terang Sugiharti menirukan bunyi SMS tersebut.
 
Saat itu Sugiharti kagetTapi, dia tetap tidak percaya bahwa Bibit menerima dana Rp 1,5 miliarAlasannya sederhana"Lha, kalau nerima suap, mana duitnya" tegasnya.

Salah seorang anaknya yang kini menjadi Kapolsek Pagedangan, Tangerang, AKP Bayu Suseno, berseloroh"Hati-hati, Pak, kalau makan dan minumNanti jadi kayak Munir, lho," ujar Bibit menirukan perkataan anaknya itu

Sugiharti lahir di Purworejo, Jawa TengahSebelum dinikahi Bibit, wanita kalem tersebut kuliah di Akademi Keperawatan Depkes, JakartaSetelah lulus pada 1970-an, dia bekerja sebagai perawat di Rumah Sakit Jiwa Pusat Jakarta hingga pensiunKetika itu Bibit muda bertugas di Bagian Intel Polda Metro Jaya sebelum akhirnya masuk Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) pada 1977.

Dia memberi Bibit empat buah hatiYakni, Yudi Prianto, Bayu, Endah Sintalaras, dan Rini Wulandari"Itu yang hidupSebenarnya, ada empat lagi, tapi saya keguguran," ungkap diaSemua anaknya kini sudah berkeluargaDua di antaranya meniti karir yang sama dengan bapaknya, menjadi polisi.

Bibit yang juga duduk di samping Sugiharti menimpali ucapan istrinya"Istri saya itu wiltengDijawil langsung meteng (Disentuh langsung hamil, Red)," ujar pria asli Kediri tersebut lantas terbahak.

Menurut Sugiharti, sebelum tinggal di tempat tersebut, keluarga mereka tinggal di Perumahan Cicurug Indah, tak jauh dari rumah sekarangRumahnya tipe 45Tapi, karena berdiri di kawasan aliran sungai, perumahan itu sering kena banjir"Dulu kami tinggal di sanaKalau banjir, (genangan air, Red) bisa tiga meter," terangnyaAkhirnya, pada 1991 mereka memutuskan untuk pindah ke rumah sekarang

Meski bersuami polisi, wanita berambut sebahu tersebut menuturkan memang harus betah bertahan hidup dengan gaji semataKesederhanaan itu memang ditunjukkan suaminya sejak menjadi perwira pertama"Bapak itu polisi yang nggak pintar cari duit," kata dia lantas tersenyumBibit yang ikut mendampinginya pun tersenyum kecil.

Sejak awal, Sugiharti memang tidak berniat berhenti dari kerjaMaklum, gaji polisi memang tak seberapaSebagai istri Bibit, dia rela tinggal di mes polisi kawasan Kemayoran, Jakarta PusatMeskipun perwira, Bibit dan keluarganya tak sungkan tinggal di kompleks bersama polisi berpangkat tamtama"Kondisinya dulu menyedihkanLantainya disapu berkali-kali pun selalu berdebu," ungkapnyaTapi, kesetiaannya sebagai istri Bibit sama sekali tak luntur.

Sebagai perwira pertama, saat itu Bibit memiliki banyak tanggunganDi antaranya, dia harus membiayai banyak adiknyaMulai adik kandung sampai adik-adik istrinyaBibit muda adalah gantungan hidup keluarga

Karena kurangnya penghasilan, Bibit tak hilang akalBeberapa kali dia minta izin kepada istrinya untuk jadi sopir angkot setiap lepas dinasNamun, keinginan tersebut tak pernah kesampaianUntuk menambah pendapatan, dia ikut membantu menjadi petugas keamanan di salah satu hotel kecil di kawasan Kemayoran"Itu dijalani bapak selama beberapa saat," ucap Sugiharti
Prinsipnya, yang penting halalSaat kuliah di PTIK, Bibit rela mendapatkan tambahan uang sebagai penata arsip kepolisian"Itu tadi, yang penting halal," tegas diaDengan begitu, perlahan beban ekonomi keluarga terkurangi
Kesederhanaan itu pula yang melambungkan namanya hingga dinominasikan sebagai calon Kapolri di era Presiden Gus Dur.

Demikian juga setelah pensiun dari dinas kepolisian, Bibit tak ingin aktivitasnya berhenti begitu sajaMenurut Sugiharti, Bibit mengajar di sejumlah kampusDi antaranya, Universitas Bina Nusantara, Universitas Negeri Jakarta, dan Universitas IndonesiaDia mengajar manajemen, mulai jenjang S-1 hingga S-3.

Aktivitas Bibit makin banyak saat menjabat wakil ketua KPKSampai di rumah setelah beraktivitas seharian penuh, dia masih betah berlama-lama di depan komputer"Dia langsung menulis buku," papar diaDemikian halnya setelah kini nonaktifDia masih menyempatkan menulis buku, yakni Anatomi Korupsi di Indonesia(nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harian Merdeka setelah sang Pemilik Terjerat Kasus Antasari


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler