Kaleidoskop 2021: Karier Jenderal Dudung Moncer & Heboh 4 Kontroversi

Kamis, 30 Desember 2021 – 17:45 WIB
Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman saat memberikan keterangan pers usai upacara penyematan brevet Kopassus, di Lapangan Mako Kopassus Cijantung, Jakarta Timur, Selasa (21/12/2021). (ANTARA/Syaiful Hakim)

jpnn.com, JAKARTA - Jenderal Dudung Abdurachman menjadi satu di antara perwira tinggi TNI yang banyak menuai sorotan selama 2021.

Selain karier yang gemilang, ada beragam pernyataan pria kelahiran Bandung, Jawa Barat, itu yang menuai kontroversi.

BACA JUGA: Oknum Prajurit Diduga Terlibat Pengiriman TKI Ilegal, TNI AU Bergerak Cepat

Dari sisi karier, dua jabatan bergengsi di lingkungan TNI AD diemban Jenderal Dudung semasa 2021.

8 Juni 2021, alumnus Akademi Militer (Akmil) 1998 itu resmi menjabat sebagai Pangkostrad menggantikan Letjen Eko Margiyono.

BACA JUGA: Jenderal Dudung Doakan Korban Tabrak Lagi di Nagreg Diterima Iman dan Islamnya

Enam bulan berselang, karier mantan Pangdam Jaya itu menanjak lagi.

Jenderal Dudung resmi menjabat KSAD menggantikan Jenderal Andika Perkasa yang dilantik sebagai Panglima TNI.

BACA JUGA: Habib Bahar Sebut Ada Kebaikan Jenderal Dudung yang Perlu Didukung Umat, Apa Saja?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang melantik langsung mantan Gubernur Akmil itu sebagai KSAD di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/11).

Namun, sederet kontroversi dipicu pernyataan Jenderal Dudung semasa 2021. Apa saja kontroversi itu? Berikut catatan JPNN.com:

1. Memperbolehkan Tiga Patung Diorama Penumpasan G30S PKI Dibongkar

Jenderal Dudung saat menjabat Pangkostrad membuat kebijakan yang memperbolehkan tiga patung tokoh TNI AD yangmenghiasi diorama Penumpasan G30S/PKI diangkut dari Museum Darma Bhakti Kostrad.

Eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo bereaksi atas kebijakan Dudung yang memperbolehkan tiga patung diangkut.

Bahkan, Gatot menuding TNI disusupi PKI dari peristiwa hilangnya tiga patung.

Dudung kemudian mengklarifikasi hilangnya tiga patung tersebut.

Dia menyebut tiga patung tidak dihilangkan secara sengaja oleh TNI.

Penggagas diaroma Penumpasan G30S/PKI, yakni mantan Pangkostrad Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang mengambil patung-patung tersebut atas dasar keyakinan agama.

"Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya," kata Dudung melalui layanan pesan, Senin (27/9).

2. Jenderal Dudung Menyebut Semua Agama Benar di Mata Tuhan

Jenderal Dudung ketika menjabat Pangkostrad mengingatkan jajarannya tak fanatik terhadap agama. Toh, kataya, semua agama benar di mata Tuhan Yang Maha Esa.

Hal itu disampaikan Dudung saat bersama Ketua Persit KCK Gabungan Kostrad Rahma Dudung Abdurachman dan rombongan di Batalyon Zipur 9 Kostrad, Ujungberung, Bandung, Jawa Barat. Senin (13/9).

Beberapa pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengkritik ucapan Dudung yang menyebut semua agama benar di mata Tuhan itu.

Beberapa pendukung Habib Rizieq Shihab, seperti Aziz Yanuar menyebut pernyataan Jenderal Dudung membuat orang bingung.

“Yang jelas dia menyelisihi yang Allah tegaskan dalam Al-Qur’an. Nah, kalau ada yang menyelisihi apa yang ditetapkan Allah hukumannya apa? MUI sudah jelaskan,” ujar Aziz ketika dikonfirmasi, Kamis (16/9)

Jenderal Dudung Abdurachman mengklarifikasi ucapannya yang menuai kontroversi di publik itu.

Dia menjelaskan ucapan tentang semua agama benar di mata Tuhan itu ditujukan untuk internal Kostrad.

Dia berharap dengan ucapan tersebut membuat prajurit mengedepankan toleransi antarumat beragama.

Selain itu, eks Pangdam Jaya itu menyebut ucapannya dalam bingkai kebangsaan.

"Saya ingin anak buah saya jangan sampai terpengaruh dengan pihak luar di dalam beribadah. Hal ini agar tidak menimbulkan fanatisme yang berlebihan," kata Dudung melalui layanan pesan, Kamis (16/9).

3. Jenderal Dudung Minta Jangan Terlalu Dalam Mempelajari Agama

Jenderal TNI Dudung Abdurachman saat menjabat KSAD melontarkan pernyataan yang kontroversial tentang "jangan terlalu dalam mempelajari agama".

Pernyataan itu dilontarkan oleh Dudung yang ditayangkan di akun Youtube Dispenad pada saat memberikan kultum usai Salat Subuh bersama prajurit Kodam XVIII/Cenderawasih.

Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhammad Cholil Nafis menyampaikan kelakar menyusul pernyataan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman yang berbicara tentang "jangan terlalu dalam mempelajari agama".

Kiai Cholil, sapaan Muhammad Cholil Nafis, mengajak Jenderal Dudung berganti profesi sebagai penceramah.

"Kalau bahasa canda saya, kalau mau ganti profesi sebagai penceramah, kami di MUI sedang melakukan standardisasi dai," kata eks Anggota Dewan Syariah Nasional MUI itu melalui layanan pesan, Senin (6/12).

Dinas Penerangan TNI AD meluruskan pernyataan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman yang menyampaikan pesan "jangan terlalu dalam mempelajari agama".

Kadispenad Brigjen Tatang Subarna mengatakan ucapan tersebut sebenarnya mengajak umat untuk mempelajari agama melalui ahli.

"Dengan belajar agama sendiri, apalagi secara mendalam tanpa guru, cenderung akan mudah terpengaruh," kata Tatang dalam keterangan pers yang diunggah di Instagram akun TNI_Angkatan_Darat, Senin (6/12).

4. Jenderal Dudung Sebut Tuhan Bukan Orang Arab

Pria kelahiran 19 November 1965 itu saat menjadi bintang tamu saat berdialog dengan Deddy Corbuzier mengaku bahwa selama ini selalu berdoa memakai bahasa Indonesia.

"Saya kalau berdoa pakai bahasa Indonesia. Tuhan kita bukan orang Arab. Saya (berdoa) pakai bahasa Indonesia, ya Tuhan ya Allah SWT saya ingin membantu orang," kata Dudung pada Rabu (1/12).

Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas bereaksi atas ucapan Jenderal Dudung itu. Dirinya meminta eks Wakil Asisten Teritori KSAD fokus menyelesaikan tugas-tugas sebagai KSAD ketimbang rutin berbicara tentang agama.

Sementara itu, Ketua Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif merasa ucapan Jenderal Dudung saat berbicara dengan Deddy terkesan anti-Arab.

Dia pun meminta Dudung tidak alergi terhadap Arab. Sebab, eks Gubernur Akmil itu juga memakai padanan kata Arab di namanya.

"Nama dia ada bahasa Arab-nya juga, Abdurachman itu bahasa Arab. Namun, kalau mau diganti Dudung hamba Tuhan yang pemurah, ya, monggo wae (silakan saja, red), atuh," ujar Slamet. (ast/jpnn)


Redaktur : Soetomo
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler