’’Klaim keberhasilan pemerintahan lebih melekat pada orang nomor satu dibanding orang nomor dua
BACA JUGA: KPAI Segera Pidanakan Syech Puji
Karena itu, Jusuf Kalla sulit mengklaim keberhasilan itu berkat peran pentingnya,’’ ujar praktisi komunikasi politik Effendi Ghazali setelah pertemuan Asosiasi Pascasarjana Komunikasi UI dengan Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden, Selasa (28/10)Meski Rapimnas Golkar menyebut Kalla sebagai salah satu kandidat presiden, dia menyatakan masih akan menunggu hasil pemilu legislatif
BACA JUGA: Pasrah : Dana Desiminasi ke DPR Rp32,5 M
Effendi menilai, pernyataan tersebut secara gamblang menunjukkan bahwa Kalla tidak berminat maju sebagai calon presiden, melainkan hanya akan maju sebagai calon wakil presidenMenurut Effendi, Kalla bersikap realistis tentang peluangnya yang kecil untuk memenangkan pertarungan sebagai calon presiden
BACA JUGA: KPU Puas dengan Putusan MA
Karena itu, lanjut Effendi, Kalla berupaya sekuat tenaga menahan keinginan kader-kader Golkar agar tidak mengumumkan kandidat presiden demi keutuhan koalisinya dengan Susilo Bambang Yudhoyono’’Menjadi orang kedua memang cenderung lebih sulit ketika suhu politik memanasTidak heran kalau Kalla lebih banyak menunggu,’’ kata motor acara talk show Republik Mimpi itu.Meski demikian, dalam pertemuan tersebut, Kalla mengaku kesal atas rendahnya popularitasnya menurut hasil surveiDalam polling yang digelar LSI beberapa waktu lalu, Kalla hanya mendapat dukungan kurang dari dua persen sebagai calon presiden’’Tadi sempat saya tanyakan ke Pak JK, apakah kesal melihat hasil riset yang selalu menempatkannya di urutan bawah,’’ ujar Effendi’’Beliau menjawab, ya, kadang kesal juga,’’ katanyaMeski demikian, Kalla menegaskan tidak akan ikut-ikutan mendongkrak popularitasnya dengan menayangkan iklan politik sebelum Pemilu Legislatif 2009 usai
Menyinggung iklan politik yang kini bertebaran di layar kaca, Effendi menilai iklan Gerindra dan Prabowo Subianto paling atraktif dibanding iklan-iklan politik lainIklan itu dinilai paling berhasil menyentuh sisi kebutuhan masyarakat, misalnya, dibandingkan dengan iklan Partai Demokrat bersama SBY dan Mega Kembali-nya PDI Perjuangan"Kalau partai-partai lain masih jualan ikon dan nomor, Gerindra langsung menohok dengan program BBM murah, pangan mudah, harga diri bangsa tinggiItu lebih menyentuh public needs dibanding narasi besar seperti iklan PAN dan Demokrat atau ikonik seperti PDI Perjuangan,” terang Effendi(noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Tak Boleh Terkotak-kotak
Redaktur : Antoni