Kampung Pisang Losari Brebes Sukses Dongkrak Pendapatan Petani

Sabtu, 22 Juli 2023 – 10:57 WIB
Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto saat mengunjungi kebun pisang yang dikelola Gapoktan Mandiri Desa Kedungneng, Losari, Jumat (21/7). Foto: Dokumentasi Humas Kementan

jpnn.com, BREBES - Kementerian Pertanian (Kementan) gencar mendorong penumbuhan dan pengembangan kampung hortikultura di seluruh Indonesia.

Kurun waktu 2021-2022, tercatat 1.660 kampung buah yang telah diregistrasi Direktorat Jenderal Hortikultura.

BACA JUGA: Tingkatkan Daya Saing, Kementan Dorong Elektrifikasi Hortikultura

Salah satunya Kampung Pisang di Kedungneng, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes.

Di desa tersebut tercatat tidak kurang dari 90 hektare hamparan pertanaman pisang yang ditanam sejak 2021 lalu dengan varietas utama Tanduk Gebyar, Raja Nangka dan Raja Bulu.

BACA JUGA: Ditjen Hortikultura Bersama IPB Bogor Ukur Kemampuan Durian Menyerap Stok Karbon

Pisang produksi daerah ini diolah menjadi keripik dan juga dijual segar ke berbagai daerah, seperti Majalengka, Jakarta dan Bandung.

Bahkan, pisang dari daerah ini menjadi bahan baku untuk industri kuliner oleh-oleh khas Bandung.

BACA JUGA: Begini Strategi Subsektor Hortikultura Mengatasi Dampak Perubahan Iklim Global, Mantap!

Adapun puncak panen pada April dan Mei.

Sementara panen dalam jumlah terbatas berlangsung setiap bulan.

"Khusus Pisang Raja Nangka asal Losari ini sangat diminati pasar, karena rendemennya lumayan tinggi sekitar 20 persen, sementara pisang sejenis dari daerah lain hanya 16-18 persen," kata Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto seusai mengunjungi kebun pisang yang dikelola Gapoktan Mandiri Desa Kedungneng, Losari, Jumat (21/7).

Selain itu, lanjut Dirjen Prihasto, produktivitasnya bisa mencapai 30 ton per hektare dengan harga di tingkat petani Rp 3.500 - 5.500.

"Tergantung musimnya," imbuhnya.

Menurut Dirjen Prihasto, dengan modal sekitar Rp 35 juta per hektare, petani bisa mendapat penghasilan Rp 105 juta kotor atau Rp 70 juta per hektare bersih.

"Itu jika lahannya tidak sewa. Kalau sewa masih untung sekitar Rp 55 juta tiap sekali panen," paparnya.

Dirjen Prihasto mengaku senang dan antusias dengan pengembangan kampung pisang di daerah tersebut.

Pihaknya tidak henti-hentinya mengimbau agar bantuan yang diberikan dapat berkelanjutan dan memberi peningkatan kesejahteraan petani.

"Saya senang petani di sini memanfaatkan bantuan pengembangan kampung pisang yang diberikan pemerintah. Bangsal olahan juga saya lihat berjalan bagus," ungkapnya.

Di bangsal tersebut, ibu-ibu mengelola pisang menjadi aneka olahan keripik dan dengan demikian menjadi penghasilan tambahan.

"Dinas Pertanian dan petani saya minta mengawal dengan baik supaya kegiatan posistif ini bisa berkelanjutan," kata Dirjen Prihasto.

Direktur Perlindungan Hortikultura Jekvy Hendra yang turut dalam kunjungan tersebut menekankan perlunya sanitasi kebun pisang untuk mengatasi serangan hama dan penyakit.

Banyaknya serangan penyakit pisang diduga akibat kurangnya sanitasi kebun dan pengaturan keluar masuk kebun oleh petani.

Jekvy mengatakan sanitasi ini penting agar tanaman pisang tidak terkena layu fusarium.

"Kami sarankan agar petani menggunakan trichoderma dari klinik-klinik PHT yang sudah ada," kata Jekvy.

Selain itu, penting untuk membatasi akses keluar masuk ke kebun cukup satu pintu saja untuk agar bisa ditekan serangan hama dan penyakit, terutama jamur dan penyakit yang terbawa oleh alat-alat atau perlengkapan petani pisang.

Ketua Gapoktan Mandiri Losari Munaji mengaku senang dengan perhatian pemerintah, khususnya Kementan dalam pengembangan pisang di daerahnya.

"Dari mulai dari benih, sarana produksi sampai bangsal pengolahan kami dibantu. Permintaan pasar pisang dari Losari sangat tinggi, sampai kami kewalahan memenuhinya," kata Losari Munaji.

Losari menambahkan ibu-ibu kelompok wanita tani kini juga ada kegiatan tambahan mengolah pisang jadi keripik.

"Hasilnya lumayan untuk meningkatkan pendapatan keluarga," ungkap Losari senang. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler