jpnn.com - Harusnya keberadaan kampus ini menjadi kebanggaan masyarakat Teluk Awur, Jepara, Jateng. Namun, entah mengapa oleh masyarakat sekitar, kampus ini malah disebut kampus uka-uka.
Mesya Mohamad – Jepara
BACA JUGA: Targetkan MSTP Undip jadi Pusat Penelitian Desalinisasi Air
KAMPUS Ilmu Kelautan FPIK Universitas Diponegoro (Undip) Teluk Awur Jepara sangat luas. Luasnya sekitar 32 hektare. Kampus ini pun sangat sejuk karena banyak ditumbuhi pohon-pohon rindang.
Sepintas dari depan, gedung ini tidak kelihatan seperti kampus. Lantaran penghuninya tidak sebanding dengan luasnya kampus.
BACA JUGA: Menristekdikti Dorong Virus Wirausahawan Terus Ditularkan
Mungkin itu pulalah yang membuat warga sekitar menyebutnya sebagai kampus uka-uka. Menurut sejumlah penduduk, kampus itu terlihat angker saat malam hari. Bahkan di siang hari pun kesan angker tetap kuat.
Gelar Kampus Uka-uka ini juga diakui Rektor Undip Prof Dr Yos Johan Utama. "Kampus ini dibilang kampus uka-uka. Namun, bukan itu yang saya khawatirkan. Yang saya risau bila kampus ini menjadi lokasi perbuatan yang tidak baik," ujar Prof Yos saat menerima kunjungan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Prof Mohamad Nasir, Jumat (29/12).
BACA JUGA: Menristekdikti Kaget Lihat Kemegahan Universitas Pamulang
Kekhawatiran rektor Undip ini memang wajar. Selain kampusnya sepi, banyak ruang yang bisa membuat orang berbuat hal tidak senonoh.
Menghilangkan image kampus uka-uka, di lokasi ini pun dibangun Marine Science Techno Park (MSTP) Undip.
MSTP yang di bawah pengawasan Kemenristekdikti ini sudah dibangun sejak 2015. Sayangnya, STP ini belum berproduksi.
Padahal Kemenristekdikti sudah menginvestasikan alat puluhan miliar di MSTP Undip.
Wajar bila Menteri Nasir pun meminta agar MSTP Undip harus berproduksi pada 2018. Alasannya, pembangunan STP dimaksudkan untuk menghasilkan inovasi teknologi yang bisa digunakan masyarakat dalam menopang ekonominya.
Masyarakat Teluk Awur memang mengandalkan mata pencahariannya di laut. Sayangnya, banyak yang belum berorientasi pada bisnis sehingga kehidupan ekonomi penduduknya pas-pasan.
"Fungsi STP adalah bagaimana menghasilkan teknologi yang bisa digunakan masyarakat agar ada nilai tambah. Masyarakat di sini pekerjaannya melaut dan bertambak udang. Bagaimana teknologi agar nelayan tidak lagi mencari ikan tapi menangkap ikan," tutur Nasir.
Sebagai pusat inovasi teknologi dan inkubator bisnis teknologi kelautan, Menteri Nasir menaruh harapan besar pada para peneliti di MSTP Teluk Awur agar membuat hilirisasi.
Di Undip, anggaran penelitian tahun ini mengalami peningkatan dari Rp 8 miliar menjadi Rp 43 miliar.
Khusus di MSTP, rektor Undip memberlakukan afirmasi bagi mahasiswa tidak mampu. Yang tidak mampu diberikan kesempatan kuliah gratis.
"Akan ada 400-500 mahasiswa di MSTP Teluk Awur. Ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar karena banyak yang akan tinggal di kos-kosan. Saya berharap keberadaan MSTP ini akan bisa menghapus image kampus uka-uka," tandasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Nasir Dorong Pertumbuhan Perusahaan Berbasis Teknologi
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad