jpnn.com, BOVEN DIGOEL - Karnius K Buman, manajer personalia PT Tunas Sawa Erma (TSE) merasa terpanggil untuk mengabdi di Papua.
Dia rela menahan egonya demi memajukan tanah kelahiran dan membantu masyarakat sekitar meningkatkan kesejahteran mereka.
BACA JUGA: TSE Group Diminta Aktif Berdayakan Warga Papua
“Kalau bukan kami, siapa lagi yang membangun? Makanya, saya memutuskan untuk kembali ke ibu pertiwi,” kata Kansius dalam keterangan tertulis kepada JPNN, Minggu (11/4).
Menurut lulusan dari salah satu sekolah tinggi di Magelang, Yogyakarta itu tidak mudah memulai kembali kehidupannya di Papua.
BACA JUGA: TSE Dukung Konservasi Lahan Gambut di Riau
Sebab dia sudah mulai terbiasa dengan kebebasan saat di Yogyakarta. “Pulang ke Papua membuat saya merasa seperti ‘katak dalam tempurung’,” ucapnya.
Tetapi rasa tersebut perlahan berkurang seiring dengan besarnya tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepada Kansius. Sebagai manajer personalia, dia dituntut untuk bisa mengelola sumber daya manusia (SDM) yang bekerja di perusahaannya.
BACA JUGA: Ciptakan Lapangan Kerja, TSE Beri Warga Papua Keahlian
Tantangan terbesar yang dihadapi Kansius adalah betapa beragamnya suku dan latar belakang pekerja di sana. Kondisi ini membuatnya harus melakukan pendekatan yang berbeda-beda, terutama saat harus menyelesaikan suatu permasalahan yang melibatkan banyak orang.
Pria kelahiran 19 Juli 1974 itu mengakui trik pendekatan itu didapatkannya saat aktif mengikuti organisasi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) selama di Yogyakarta.
Tantangan lainnya, komitmen dari para pekerja, terutama untuk Orang Asli Papua (OAP). Menurut Kansius, beberapa di antara mereka memilih keluar tanpa izin dan sebelum waktunya.
Hal itu dapat dimaklumi mengingat perkebunan sawit merupakan industri yang baru di Papua, sehingga masyarakat membutuhkan waktu lebih untuk beradaptasi.
Salah satu cara yang dilakukan TSE Group untuk mengatasi tantangan ini adalah memberikan edukasi. Bekerja sama dengan pemerintah daerah, perusahaan mengadakan kursus untuk membentuk mentalitas pekerja OAP.
“Sosialisasi ini memungkinkan mereka punya rasa memiliki terhadap pekerjaan yang mereka tekuni,” kata Kansius.
Kansius menyebutkan bahwa pendekatan yang dilakukannya terhadap OAP tidak bersifat memaksa. Perusahaan melakukan secara bertahap dan menggunakan asas kekeluargaan yang tetap menunjung profesionalitas.
Beberapa perusahaan di bawah naungan TSE Group juga aktif menyerap tenaga kerja OAP. Di antaranya, PT Berkat Cipta Abadi (BCA) dan PT Dongin Prabhawa (DP).
Direktur Human Resource dan General Affair (HR-GA) TSE Group Ronny Makal menyebutkan putra-putri asli Papua sudah menduduki berbagai posisi di TSE Group.
“Mulai dari kepala seksi, asisten manajer hingga manajer di lapangan maupun perkantoran,” ucapnya. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh