Kapal Sulit Bersandar, Sapi -sapi Kurban Mati Bergelimpangan

Jumat, 19 September 2014 – 19:44 WIB
PENUH SESAK: Evakuasi sapi kurban dari KLM Nusantara Indah asal Bima, NTB, di Terminal Penumpang ASDP Kamis (18/9). Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos

jpnn.com - SURABAYA – Kepadatan Terminal Kalimas, Pelabuhan Tanjung Perak, kembali menelan korban. Kamis (18/9) sebanyak 13 ekor sapi mati kepanasan karena kapal pengangkutnya sulit bersandar.

Rencananya, sapi-sapi itu dikirim ke Jakarta untuk kurban. Jumlah kerugian pun mencapai ratusan juta rupiah.

BACA JUGA: Kabut Asap Bikin PNS Malas Ngantor

Informasi yang dihimpun, ada dua kapal yang mengangkut hewan kurban. Yakni, kapal Nusantara Indah dan Mitra Samudra.

Dua kapal tersebut membawa 293 sapi dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Selain sapi, kapal itu mengangkut sembilan anak buah kapal (ABK) dan 32 orang yang bertugas merawat sapi.

BACA JUGA: Bupati Kecam Pelawak yang Lecehkan Hansip

Aziz Ismail, pemilik sapi, menyatakan, kapal tersebut berangkat dari Bima pada Minggu lalu (14/9). Kapal tiba di Surabaya Selasa malam (16/9). Nah, setiba di Pelabuhan Tanjung Perak, kapal hendak bersandar di Terminal Kalimas yang diperuntukkan kapal pelayaran rakyat (pelra).

Nahas, kapal tidak bisa langsung bersandar. Saat itu kondisi Terminal Kalimas begitu padat. Karena terlalu lama menunggu, hewan-hewan yang diangkut itu tidak tahan dengan cuaca panas. Akhirnya, sapi-sapi bertumbangan di dalam kapal.

BACA JUGA: PNS Wajib Berbahasa Inggris Tiap Hari Kamis

”Mendengar itu, dari Bima, saya langsung terbang ke Surabaya untuk melihat kondisi sapi,” jelas Ismail saat ditemui di Terminal Kalimas kemarin.

Di antara 293 sapi, kata Ismail, ada 13 ekor yang mati. Meski banyak sapi yang mati, pihak pelabuhan tetap tidak mengizinkan kapal untuk bersandar dan membongkar muatan. Posisi kapal masih berada di terminal penumpang. Terminal kapal pelra itu memang berbatasan dengan kapal penumpang. ’’Bongkar muatan hanya boleh di pos 4,” ujarnya.

Ismail mengatakan, pihaknya sudah berusaha meminta izin agar kapalnya bisa mengeluarkan sapi-sapi tersebut. Di antaranya, dengan mendatangi Kantor Otoritas Pelabuhan (OP) Tanjung Perak dan Syahbandar. Namun, instansi itu tetap tidak memperbolehkan. Alasannya, lokasi tersebut bukan untuk bongkar muat.

Ismail gelisah bukan main. Maklum, dia khawatir makin banyak sapi yang mati. Dia akhirnya melapor ke Polres Tanjung Perak. Mendapat laporan itu, Kasubaghumas Polres Tanjung Perak AKP Lily Djafar bersama petugas lain langsung menuju TKP (tempat kejadian perkara).

Melihat kondisi sapi, Lily meminta petugas kapal untuk mengeluarkan sapi dari kapal. ”Kalau dibiarkan, akan semakin banyak yang mati kepanasan. Kasihan juga sapinya,” jelasnya.

Dia mengatakan, keadaan itu sudah termasuk kondisi darurat. Kalau menunggu sampai bisa sampai di pos 4, bukan tidak mungkin akan semakin banyak sapi yang mati. Akhirnya, pihak pelabuhan memperbolehkan kapal bersandar di terminal penumpang.

Setelah petugas polisi datang, sapi yang rata-rata berusia 2–2,5 tahun itu bisa dikeluarkan. Selanjutnya, sapi tersebut dimasukkan ke truk untuk dibawa ke kandang sementara. ”Akan kami tampung di kandang milik mitra bisnis kami,” jelas Ismail.

Dia menambahkan, hewan itu akan diberi makanan yang cukup sehingga segar kembali. Sabtu besok (20/9) sapi itu dibawa ke Jakarta. Dia menceritakan, setiap tahun pihaknya selalu mengirim sapi kurban ke Jakarta. Biasanya pelayaran selalu lancar. Kapal juga bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak dengan mudah. Dengan begitu, sapi-sapi tidak sampai tertahan dan kepanasan.

’’Baru kali ini, banyak sapi yang mati. Kami juga akan berkoordinasi dengan ekspedisi yang mengangkut sapi itu dan meminta pertanggungjawaban,’’ ujar Ismail.

Dia mengatakan, harga dasar sapi itu berkisar Rp 8 juta–Rp 10 juta per ekor. Harga jualnya tentu lebih besar daripada angka tersebut. Karena itu, jika 13 sapi mati, kerugian yang dialami cukup besar.

Kabid Lalu Lintas Laut (Lala) OP Tanjung Perak Denny R. Boymau menyatakan, sejak kapal itu tiba, pihaknya sudah memberi tahu bahwa kondisi Terminal Kalimas sedang padat. Dampaknya, kapal yang datang harus antre untuk bisa bersandar dan membongkar muatan. ”Kami sudah menginformasikan itu,” tuturnya.

Selain padat, sambung Denny, laut sedang surut. Banyak kapal yang kandas dan sulit untuk berlayar.

’’Jadi, sebetulnya kami sudah menjelaskan persoalan itu kepada nakhoda kapal. Soal kebijakan bongkar muat, semua kapal harus mematuhi aturan yang ada,’’ tegasnya. (lum/c7/hud)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Diduga Korupsi Perjalanan Dinas, Bupati Sumedang Tersangka


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler