jpnn.com - JAKARTA - Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti melakukan mutasi sejumlah perwira tinggi. Salah satu yang digeser Kapolda Sumut Irjen Ngadino dimutasi sebagai Pati Polda Jateng dalam rangka memasuki masa pensiun.
Kursi Kapolda Sumut selanjutnya diisi Irjen Raden Budi Winarso yang sebelumnya menjabat Kadiv Propam Polri. Pengganti Budi adalah Irjen Mochamar Iriawan yang sebelumnya menjabat Kepala Divisi Hukum Polri.
BACA JUGA: Keren, Ratusan Desa Terapkan e-Village Budgeting
Mutasi di jajajaran perwira tinggi polri itu berdasar Telegram Rahasia Kapolri nomor: ST/476/II/2016, tanggal 28 Februari 2016 yang ditandatangani ASDM Polri Irjen Sabar Rahardjo.
Sekedar diketahui, Irjen Ngadino dilantik sebagai Kapolda Sumut pada awal September 2015. Artinya, Ngadino hanya enam bulan menjabat sebagai Kapolda Sumut. Sedang Budi Winarso, merupakan lulusan Akpol 1982, seangkatan dengan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.
BACA JUGA: Menangis, Ibu Kandung Engeline Protes Vonis Margriet
Dengan demikian, dipastikan Budi yang pernah menjabat sebagai Kapolda Kepri itu tidak akan sampai setahun menduduki kursi Polda Sumut 1 karena sudah akan memasuki masa pensiun sekitar 10 bulan lagi.
Mengenai cepatnya pergantian Kapolda Sumut, dimana Ngadio hanya enam bulan dan Budi Winarso tidak sampai setahun, mendapat sorotan dari Komjen (Purn) Togar M Sianipar.
BACA JUGA: Bantu Pembunuhan Engeline, Agus Divonis 10 Tahun Bui
Secara umum, tokoh asal Siantar yang dianggap sebagai senior di internal Polri itu, menilai mutasi kali ini diharapkan mengubah penampilan Polri menjadi lebih baik.
“Harapan saya, mutasi kali ini memberikan perbaikan penampilan Polri ke depan. Kalau regenerasi ini tidak membawa perbaikan, ya sama saja, malah menjadi kemunduran,” ujar mantan Kadiv Humas Polri itu kepada JPNN kemarin (29/2).
Nah, khusus Sumut, menurut mantan Kapolda Bali, Kaltim, dan Sumsel, itu, tidak seharusnya begitu cepat kapoldanya diganti-ganti. Alasannya, masyarakat Sumut punya karakter khas. Sementara, seorang kapolda harus menggunakan pendekatan sosio antropologis dalam menjalankan tugasnya.
Kalau baru beberapa bulan menjadi kapolda Sumut lantas diganti, maka dia belum punya waktu cukup untuk mempelajari karakter masyarakat.
“Tugas polisi itu mengurusi masyarakat. Jadi seorang kapolda harus mengenali betul karakter masyarakat di wilayahnya. Pengenalan karakter masyarakat itu butuh waktu. Kalau baru sebentar diganti, ya tidak akan efektif,” terang Togar.
Lebih lanjut Togar berpendapat, sebenarnya kapolda Sumut lebih cocok dijabat oleh perwira polisi berdarah Batak. Alasannya, orang Batak sudah paham betul bagaimana karakter masyarakat Sumut.
“Sudah terbukti, Kapolda Sumut saat dijabat orang berdarah Batak, tidak pernah ada cacat. Saat dijabat Pak Ritonga (MH Ritonga,red) bagus, berprestasi, gemilang. Begitu juga Pak Hotman Siagiaan, tidak ada cacat. Bukan berarti ini kesukuan, bukan, tapi demi efektifitas karena sudah paham karakter masyarakat Sumut yang khas. Jangan khawatir kesukuan, polisi yang sudah jadi komandan, apalagi seorang kapolda, dijamin nasionalismenya tinggi,” kata Togar.
Di level di bawahnya, Kapoltabes Medan saat dijabat orang berdarah Batak, kata Togar, juga kinerjanya bagus. “Kapoltabes Medan yang orang Batak Karo itu, itu bagus kan,” ujarnya.
Meski demikian, lanjut Togar, ada juga Kapolda Sumut berdarah Jawa yang kinerjanya bagus. Yakni Hadiman (1990-1992). “Beliau bagus karena melakukan pendekatan sosio antropologis, seorang profesor yang paham karakter masyarakat Sumut,” kata Siantar Man itu.
Mengenai Budi Winarso, Togar mengaku tidak tahu persis track record-nya selama menduduki sejumlah jabatan. “Yang jelas sekitar 10 bulan lagi beliau pensiun. Artinya, paling lama awal 2017, akan ada pergantian kapolda lagi,” pungkas Togar. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terbukti Bunuh Bocah Cantik Itu, Margriet Divonis Seumur Hidup
Redaktur : Tim Redaksi