jpnn.com - SOLO - Saat disinggung apakah ada yang salah dalam deteksi dini teror dari Polri, terkait meledaknya bom bunuh diri di Mapolresta Solo, Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti pun angkat bicara. Dia mengakui bahwa bom bunuh diri memang sulit diantisipasi.
Misalnya, petugas ingin menangkap seseorang yang membawa bom. Bisa jadi, bom diledakkan saat pelaku itu ditangkap. Artinya, apa pun, pengeboman itu terjadi.
BACA JUGA: Luar Biasa, Ternyata Pelaku Bom Solo Belajar Merakit dari Sini!
"Antisipasi yang pasti mujarab itu tidak ada," ujar jenderal berbintang empat tersebut.
Namun, kata dia, Polri telah berupaya maksimal mengantisipasi aksi teror. Salah satu contohnya, perencanaan aksi teror di Surabaya yang sebenarnya jauh lebih besar kalau tidak dicegah.
BACA JUGA: Kemenkes: 13 Korban Tewas Bukan di Tol Brebes
"Dari bom, jumlah pelaku semua lebih banyak. Tapi, kami bisa mengantisipasinya," tegasnya.
Yang pasti, sejak awal Polri meningkatkan kewaspadaan. Sebab, beberapa bulan lalu ada ancaman dari juru bicara ISIS A.M. Al Adnani. Dalam ancaman itu, dia meminta seluruh pendukung ISIS untuk melakukan aksi pada bulan Ramadan.
BACA JUGA: Lima Fakta Menarik di Balik Sosok Pelaku Bom Solo yang Dikenal Baik
"Kami sudah berupaya mengantisipasinya. Kan sebenarnya banyak aksi teror yang telah gagal," tegas mantan kepala Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Polri tersebut. (kwl/idr/byu/lum/bay/c7/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terungkap! Ada Indikasi Tindak Pidana Pencucian Uang
Redaktur : Tim Redaksi