jpnn.com, JAKARTA - Pakar psikologi forensik menyoroti gerak cepat Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memerintahkan jajarannya menyikat preman-preman di Tanjung Priok, Jakarta Utara yang kerap memalak sopir kontainer.
Penangkapan para preman itu diperintahkan Kapolri Jenderal Listyo setelah mendapat telepon dari Presiden Jokowi yang mendapat keluhan dari sopir kontainer korban pungutan liar alias pungli pada Kamis (10/6).
BACA JUGA: Kelakuan Dua ASN Berinisial SW dan DD Ini Memalukan
"Ini Bagus. Angkat topi kita atas kesigapan Kapolri," kata Bang Reza kepada JPNN.com, Jumat (11/6).
Namun demikian, Reza berharap atensi dari pejabat selevel presiden tidak hanya terarah ke satu kotamadya. Apalagi tidak sulit untuk melihat betapa premanisme dan palakisme berlangsung di mana-mana dengan skala yang berbeda.
BACA JUGA: Presiden Jokowi Telepon Kapolri, Puluhan Preman Ini Disikat Polisi, Lihat
"Teringat oleh saya pada Jenderal Sutanto. Beberapa bulan setelah dilantik sebagai Kapolri, Sutanto yang dikenal sebagai polisi antijudi dan antipreman langsung melakukan pembersihan terhadap kantong-kantong preman. Tidak hanya di satu dua daerah tingkat dua, tetapi di banyak tempat se-Indonesia," tutur Reza.
Dia juga teringat bahwa Wakapolri Syafruddin yang kini telah pensiun pernah mengatakan bahwa membersihkan street crime itu gampang. Tetapi faktanya, kata Reza, tidak mudah menyapu bersih premanisme dan palakisme sebagai street crime.
BACA JUGA: Jenazah Wakil Bupati Sangihe Diturunkan dari Kapal, Lihat Apa yang Terjadi
Kesulitannya menurut lulusan sarjana psikologi UGM Yogyakarta itu, dikarenakan premanisme tidak lagi aksi jahat individu per individu. Tetapi, boleh jadi sudah menyerupai atau bahkan menjelma sebagai kejahatan terorganisasi.
Dengan pemikiran demikian, peraih gelar MCrim (Forpsych-master psikologi forensik) dari Universitas of Melbourne, Australia itu juga menilai penting untuk ditelusuri adakah eksekutornya, adakah bosnya, bahkan mungkin adakah pelindungnya yang bekerja sebagai oknum aparat.
"Konsekuensinya, tidak cukup reskrim yang bekerja di lapangan. Unit intel juga perlu memperluas endusannya. Bahkan, unit internal pun patut mengecek ada tidaknya personel yang nakal di balik premanisme itu," tutur pria asal Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu tersebut.
Dia memuji kerja cepat Kapolri Jenderal Listyo yang langsung memerintahkan jajarannya memburu dan menangkap para preman yang dikeluhkan para sopir kontainer kepada Presiden Jokowi. Tetapi, Reza menilai hal itu tidak cukup.
"Efek gentar sekaligus efek jera baru muncul kalau unsur keajegan juga terealisasi. Jadi, kecepatan dalam menindak premanisme dan palakisme harus dijaga konsistensinya. Tidak hanya di Jakarta Utara. Tidak hanya kali ini. Dan, tentu saja, tidak hanya berdasarkan telepon presiden," pungkas Reza. (fat/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam