jpnn.com - SORONG - Nasib nahas menimpa Dasta Jurniarnita (19), gadis yang bekerja di Panti Pijat Diamond, Jl. Victory Km 10, Sorong, Papua Barat.
Dasta tewas usai menelan 20 butir obat malaria bercampur sprite pada Kamis (8/9) pukul 04.30 WIT di kamar indekosnya di Jl. Bima Km 10. Dasta sempat mendapatkan pertolongan medis di IGD RSUD Sele be Solu, namun nyawa Dasta sudah tidak tertolong lagi.
BACA JUGA: Ayo ke Wakatobi, Ada Festival Barata Kaledupa 17-24 September Nanti
Menurut keterangan kedua rekan korban, Fitriani dan Prastika, kejadian tragis yang menimpa Dasta berawal dari pertengkaran korban dengan sang kekasih, Fahmi N pada Rabu (7/9) malam. Tepatnya saat kedua saksi, korban dan sang kekasih bersama-sama ke indekos milik Prastika di Jalan Bima Km 10.
Tiba di sana, korban dan sang kekasih terus berseteru. Fitriani dan Prastika lalu memilih untuk menghindari keduanya. Pukul 02.30 WIT, korban dan sang kekasih meninggalkan kamar indekos. Fitri dan Prastika lalu mengunci kamar indekos dan keluar untuk membeli makan.
BACA JUGA: Wakil Bupati Murka! Diundang, Datang, Tuan Rumahnya Malah Tak Ada
"Terus saya dapat telepon dari Fahmi, dia minta dibelikan Sprite satu kaleng untuk Dasta,” kata Prastika yang didampingi sang kekasih Fitriani, saat ditemui Radar Sorong di RSUD Sele be Solu, Kamis (8/9).
Pukul 03.30 WIT, kedua saksi kembali ke indekos. Keduanya lalu mendapati Dasta yang duduk di depan pintu menunggu kepulangan mereka. Dasta lalu menyunggingkan senyuman kepada kedua saksi. Melihat sekaleng sprite di tangan Prastika, Dasta langsung menyambarnya. Ia lalu berlari kecil menuju kamar mandi dengan menggenggam Sprite dan bungkusan plastik.
BACA JUGA: Mengejutkan! Bupati yang Ditangkap BNN Dituntut Ringan Banget
Saksi sempat bertanya, kenapa korban lebih memilih minum Sprite di kamar mandi. Namun, Dasta menjawab ringan. Ia mengatakan, hendak menikmati Sprite di dalam kamar mandi. Tak lama kemudian Dasta keluar dari kamar mandi. Ia lalu berjalan lesu ke arah kekasih, dan kedua rekannya, Fitri dan Prastika. “Terus saya ajak dia makan, karena waktu pulang Dasta bilang, dia lapar. Jadi kita makan sama-sama,” imbuh Fitri.
Pukul 04.00 WIT, usai menyantap hidangan bersama. Tiba-tiba Dasta mengerang kesakitan. Kedua tangannya memegang perut. Dasta lalu berlari menuju kamar mandi. Di kamar mandi, Dasta mengeluarkan seluruh makanan yang baru saja disantapnya. Ia lalu mulai mengerang kesakitan.
Melihat hal tersebut, Fitri mendesak Dasta untuk memberitahukan apa yang telah ia lakukan sampai merasa mual yang hebat. Kepada Fitri, Dasta mengaku telah meminum 20 butir obat yang baru ia beli dari apotek. Tak hanya itu, setelah menenggak 20 butir obat, Dasta meminum sekaleng Sprite. "Saya mau marah, tapi saya lihat dia kesakitan. Jadinya saya bingung juga,” kata Fitri.
Dengan kalimat yang mulai terbata, Dasta mengatakan alasannya menenggak 20 butir obat adalah untuk menenangkan diri. Dasta mengaku pusing, dan tertekan. Setelah mengatakan perasaannya pada Fitri, Dasta kembali mengerang. Ia mengatakan kerongkongannya sakit dan serasa terbakar.
Dalam hitungan detik, Dasta telah mengejang. Mulutnya mulai mengeluarkan sedikit busa. Fitri dan Prastika lalu panik. Mereka meminta kekasih Dasta, Fahmi, untuk membawa Dasta ke RSUD. Namun, Fahmi tampak ketakutan melihat kondisi Dasta. Ia tak segera mengambil keputusan untuk membawa Dasta ke RSUD.
“Setelah berdebat lama, baru Dasta kami bawa ke RSUD, sayang dia sudah kritis,”kata Fitri, yang merupaka teman kerja Dasta di Panti Pijat Diamond.
Tiba di RSUD Sele be Solu, pihak medis langsung memberikan pertolongan pertama pada Dasta. Menurut tim medis, saat tiba di RSUD kondisi Dasta sudah sangat kritis. Denyut nadinya nyaris tak ada. Namun, tim medis mengupayakan dengan memberikan kejut jantung kepada Dasta. Namun sayang, nyawa Dasta tak dapat tertolong. Matanya terpejam untuk selamanya.
“Waktu tiba di RSUD ini, bisa dibilang dia sudah meninggal. Nadinya sangat lemah. Kami upayakan untuk menyelamatkan nyawanya. Kami pompa, kejut jantung, tapi tidak ada respon dari jantung,” kata salah satu tim medis RSUD Sorong.
Kapolsek Sorong Timur, AKP Prabowo Sudarto,SH, MH, mengungkapkan pihaknya telah memeriksa sejumlah saksi, termasuk kekasih korban. Dari keterangan saksi, dan hasil visum pihaknya menyimpulkan korban meninggal akibat over dosis. “Tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Jadi korban tewas akibat over dosis obat malaria,” kata Prabowo.
Pengelola panti pijat Diamond, Arif, mengatakan selama hampir dua bulan bekerja dengannya Dasta memiliki sikap yang baik dan sopan. Sebelum mengakhiri hidupnya, Dasta juga tidak tampak memiliki masalah. Ia terlihat biasa, ceria, saat bekerja. “Dia sebagai pegawai pemijat di Diamond. Dan saya lihat dia tidak ada masalah apa-apa. Tidak tahu ya kalau urusan pribadi,” kata Arif.
Setelah menjalani visum di RSUD jenasah dibawa tempat kos Prastika di Jalan Bima pada pukul 12.00 WIT. Pukul 16.00 WIT, jenasah Dasta akhirnya dimakamkan di TPU Km 10. (ayu/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingat Kasus Yuyun? Salah Satu Terdakwa Dituntut Hukuman Mati
Redaktur : Tim Redaksi