jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menyampaikan harapannya terhadap pidato Presiden Joko Widodo pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD RI di Senayan, Jakarta, Senin (16/8).
Menurut Karyono, pidato tersebut cukup memberikan optimisme.
BACA JUGA: Prabowo Ingatkan Masyarakat Tugas Bela Negara, Penting!
Namun, dia berharap tidak hanya sekadar teks pidato tanpa aksi nyata.
"Skema kebijakan yang disertai proyeksi sebagaimana disampaikan presiden diharapkan tidak berhenti di atas kertas."
"Jangan sekadar menjadi teks pidato tanpa aksi nyata," ujar Karyono.
Menurutnya, pidato kenegaraan yang disampaikan presiden telah menjadi dokumen negara.
BACA JUGA: Jumlah Penduduk Miskin Ekstrem 3,8 juta Jiwa, Pendapatan Mereka di Bawah Rp 11.512/Hari
Karena itu isi pidato presiden harus direalisasikan.
Dia berharap semua pejabat pemerintahan di bawah presiden harus mewujudkan apa yang menjadi arahan presiden.
Misalnya, Presiden Jokowi minta harga tes PCR diturunkan ke kisaran Rp 450-550 ribu dan beberapa jenis obat penangan COVID-19 gratis.
Kemudian soal ketersediaan dan keterjangkauan harga obat, perlunya akselerasi vaksinasi, sinergitas kebijakan dan koordinasi antar-lembaga harus dilaksanakan secara konsisten oleh seluruh pihak yang bertanggung jawab.
Begitu pula arahan presiden terkait percepatan dan efektivitas bantuan sosial, penting segera terealisasi dan tepat sasaran.
BACA JUGA: Anda Generasi Sandwich? Ada Tips Penting Dari Dokter Spesialis Kejiwaan
Baik itu program keluarga harapan, kartu sembako, diskon listrik, subsidi gaji, bantuan produktif usaha mikro dan bantuan sosial tunai.
Kemudian, BLT Dana Desa, program kartu pra-kerja, subsidi kuota internet untuk daerah-daerah PPKM yang diberikan kepada tenaga kependidikan, murid, mahasiswa, guru, dan dosen.
"Semua pejabat di bawah presiden yang diberikan kewenangan dan tanggung jawab harus memastikan semua arahan presiden berjalan sesuai yang diharapkan."
"Tidak boleh lagi terjadi kondisi yang bertolak belakang antara kebijakan dengan fakta di lapangan," katanya.
Dalam hal ini Karyono menilai sangat penting fungsi pengawasan ditingkatkan.
Selain itu, juga perlu ada sanksi tegas kepada pejabat yang berkinerja sangat buruk, terlebih bagi yang menyalahgunakan wewenang.
Karyono juga mengingatkan Presiden Jokowi dalam pidato kenegaraan sudah mengatakan dengan tegas tidak ada toleransi sedikit pun terhadap siapa pun yang mempermainkan misi kemanusiaan dan kebangsaan di tengah situasi pandemi.
"Arahan presiden ini harus benar-benar menjadi pedoman pelaksanaan di lapangan."
"Tak kalah pentingnya, diperlukan dukungan dan sinergi antar-lembaga negara mensukseskan program pemerintah dalam penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi," katanya.
Esensi pidato kenegaraan yang lebih fokus membahas masalah penanganan pandemi COVID-19 beserta dampaknya selaras dengan situasi dan kondisi riil.
Karyono menyebut presiden dalam pidatonya juga mengulas skema kebijakan ekonomi di tengah pandemi dan pasca-pandemi.
Antara lain, menjaga ekuilibrium atau keseimbangan antara kesehatan masyarakat dengan masalah ekonomi, sosial dan sektor lainnya.
Menurut dia, skema manajemen keseimbangan dalam penanganan pandemi memang menjadi keniscayaan, bahkan sejumlah negara melakukan hal yang sama.
"Penanganan pandemi itu ibarat merawat bayi kembar siam. Semua aspek harus dirawat untuk menjaga agar tetap hidup," katanya.
Poin penting lainnya dari isi pidato presiden adalah persoalan kemandirian di bidang industri farmasi dan alat kesehatan. Presiden mengakui hal ini masih menjadi persoalan serius yang harus dipecahkan.
"Atas hal itu, saya berharap pemerintah serius mewujudkan kemandirian di bidang farmasi dan alat kesehatan serta mendorong kemandirian bangsa di bidang lainnya."
"Kemandirian bukan sekadar slogan tetapi menjadi kebutuhan, apalagi di tengah situasi sulit menghadapi pandemi," ujar Karyono.
Terlepas dari itu, dia pun sependapat dengan Presiden Jokowi bahwa di tengah dunia yang penuh disrupsi sekarang ini, karakter berani untuk berubah, berani untuk mengubah, dan berani untuk mengkreasi hal-hal baru, merupakan fondasi untuk membangun Indonesia Maju.
"Kita telah berusaha bermigrasi ke cara-cara baru di era Revolusi Industri 4.0 ini, agar bisa bekerja lebih efektif, lebih efisien, dan lebih produktif."
"Adanya pandemi COVID-19 sekarang ini, akselerasi inovasi semakin menyatu dalam keseharian kehidupan kita," pungkas Karyono.(Antara/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Ken Girsang