Jumlah infeksi COVID-19 harian di Papua Nugini telah mencapai rekor tertinggi, dengan 295 kasus tercatat dalam kurun waktu 24 jam.
Dalam sebulan terakhir jumlah kasus COVID-19 di negara yang berbatasan langsung dengan provinsi Papua di Indonesia naik tiga kali lipat.
BACA JUGA: Ketum FPPTI: Pengadaan Bahan Bacaan di Perguruan Tinggi Terhambat Pandemi
Rumah sakit di Papua Nugini melaporkan tujuh dari setiap 10 pasien yang bergejala kemudian dites, dinyatakan positif terkena virus corona.
Lonjakan itu memberi tekanan pada sistem kesehatan Papua Nugini yang sudah rentan.
BACA JUGA: Virus Corona Menyerang Nusakambangan, Ratusan Orang jadi Korban
Rumah Sakit Umum Port Moresby sebelumnya memperingatkan lonjakan kasus COVID-19 akan menyebabkan peningkatan jumlah kematian yang tidak terduga. Rumah sakit darurat di PNG dimana dilaporkan adanya 1300 kasus aktif COVID-19.
ABC News
BACA JUGA: Lebih dari 200 Kapal Tiongkok Dituding Langgar Wilayah Filipina di Laut Tiongkok Selatan
Anggota parlemen Papua Nugini, Richard Mendani meninggal dunia setelah tertular virus corona, seperti yang diumumkan pengendali pandemi David Manning pada akhir pekan.
David mengatakan anggota parlemen tersebut adalah korban terbaru dari "pembunuh tak terlihat yang menyebar melalui udara".
"Kematiannya terjadi satu tahun setelah infeksi COVID-19 pertama terdeteksi di negara kami," kata David.
"Ancaman kematian akibat COVID-19 itu nyata, dan sayangnya almarhum membayar harga termahal dengan kehilangan nyawanya karena virus yang mengerikan ini."
Australia telah berjanji untuk menyediakan 8.000 vaksin untuk mengimunisasi petugas kesehatan yang bertugas di garis depan di Papua Nugini.
Komisaris Tinggi Australia untuk Papua Nugini, John Philp mengatakan dia memperkirakan pasokan vaksin tersebut akan tiba minggu ini.
Menurut John Philp, sistem kesehatan PNG sangat tertekan, setelah 90 persen tempat tidur di unit perawatan intensif Port Moresby penuh terisi.
"Dalam hal jumlah saja, Rumah Sakit Port Moresby dan ibu kota benar-benar menjadi salah satu pusat utama lonjakan COVID-19 di sini," kata Philp. Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan pandemi telah "melumpuhkan' sistem kesehatan negeri itu.
Supplied: Ekarvilla Keapu/ PNG Prime Minister Photographer Foto perempuan sekarat menyoroti krisis yang dialami rumah sakit
Foto seorang perempuan yang meninggal di luar Rumah Sakit Umum Port Moresby saat menerima perawatan asma telah viral di media sosial, menyoroti fasilitas kesehatan ibu kota yang dalam krisis.
Kepala eksekutif rumah sakit Paki Molumi mengatakan penyelidikan sedang dilakukan terhadap kematian perempuan itu.
Ia juga mendesak masyarakat untuk melihat foto itu sebagai "kondisi nyata" dari "tenaga kesehatan yang terlalu tertekan dan terbatas" di rumah sakit.
"Karena jumlah kasus COVID yang diperkirakan akan meningkat dalam beberapa minggu mendatang, staf yang terbatas di PMGH [Rumah Sakit Umum Port Moresby] tidak akan bisa merawat semua orang," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Kami memprediksi lebih banyak insiden kematian tak terduga di dalam dan di luar ruang gawat darurat dan tempat parkir rumah sakit."
Lebih dari 40 pasien dirawat karena COVID-19 di rumah sakit Port Moresby, beberapa di antaranya dipindahkan ke bangsal umum karena bangsal isolasi penuh.
Rumah sakit di kota utama kedua di Papua Nugini, Lae, terpaksa menangguhkan layanan karena lonjakan kasus COVID-19.
Alfred Mel, yang bekerja di Rumah Sakit Angau di Lae, mengatakan peningkatan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit dapat menyebabkan "sistem kesehatan kolaps".
"Bahkan sebelum COVID kami harus berjuang keras, dan COVID hanya mengungkap semua kelemahan dalam sistem akibat pengabaian," kata Dr Mel.
"Anda benar-benar harus prihatin mengenai apa yang terjadi dalam semua bidang kesehatan di negara ini. COVID hanya memperburuk keadaan."
Pembatasan baru, termasuk menutup perbatasan provinsi dan kebijakan kewajiban memakai masker, akan diberlakukan di seluruh negeri mulai 23 Maret.
Sebuah tim pekerja medis Australia diperkirakan akan mendarat di PNG besok untuk memberikan bantuan dan menilai perlunya penempatan lebih lanjut.
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari artikel ABC News dalam Bahasa Inggris.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertama di Balikpapan, Bayi Meninggal Karena Covid-19