Kepala pertahanan Filipina telah mendesak lebih dari 200 kapal Tiongkok yang diduga diawaki oleh milisi untuk meninggalkan terumbu karang Laut Tiongkok Selatan.

Wilayah tersebut diklaim oleh Filipina sebagai bagian dari teritorinya.

BACA JUGA: Selamat! Petani Rumput Laut NTT Kalahkan Perusahaan Minyak Australia di Pengadilan

Filipina menyebut kehadiran kapal Tiongkok itu sebagai "tindakan provokatif untuk memiliterisasi daerah tersebut".

"Kami menyerukan kepada Tiongkok untuk menghentikan serangan ini dan segera menarik kembali kapal-kapal yang melanggar hak maritim kami dan melanggar batas wilayah kedaulatan kami," kata Delfin Lorenzana dalam sebuah pernyataan.

BACA JUGA: Mbah Sadiman, Pahlawan Lingkungan yang Pernah Dianggap Gila

Pihak berwenang mengatakan penjaga pantai Filipina telah melaporkan bahwa sekitar 220 kapal terlihat tertambat di Whitsun Reef, yang disebut Filipina sebagai Julian Felipe Reef, pada 7 Maret.

Ketika ditanya apakah Filipina akan mengajukan protes, Menteri Luar Negeri Teodoro Locsin Jr melalui akun Twitternya menjawab: "Hanya jika para jenderal mengatakannya kepada saya."

BACA JUGA: Pembekuan Darah Terkait AstraZeneca Ditemukan Pada Perempuan di Bawah 55 Tahun

"Menurut pengamatan saya, kebijakan luar negeri adalah kepalan tangan di dalam sarung tangan tinju besi angkatan bersenjata," katanya dalam sebuah tweet.

Kapal-kapal itu adalah kapal penangkap ikan yang diyakini diawaki oleh personel terlatih militer Tiongkok, menurut pejabat keamanan Filipina.

Kehadiran mereka di daerah itu meningkatkan kekhawatiran tentang penangkapan ikan yang berlebihan dan kerusakan lingkungan laut, serta risiko terhadap navigasi yang aman, kata satuan tugas lintas-pemerintah Filipina pada Sabtu malam.

Armada penangkap ikan Tiongkok telah lama dicurigai digunakan sebagai milisi maritim untuk membantu menegaskan klaim teritorial Beijing, meskipun Tiongkok telah mencoba untuk meredakan dugaan tersebut klaim tersebut. Pemerintah Filipina menyatakan keprihatinannya setelah melihat lebih dari 200 kapal Tiongkok di perairan mereka.

Supplied: AP: Philippine Coast Guard/National Task Force-West Philippine Sea.

Kementerian luar negeri Tiongkok tidak segera menanggapi permintaan komentar pada hari Minggu dan panggilan ke kedutaan Tiongkok di Manila untuk meminta komentar tidak dijawab.

Pengadilan internasional membatalkan klaim Tiongkok atas 90 persen Laut Tiongkok Selatan pada tahun 2016, tetapi Tiongkok tidak mengakui keputusan itu dan menyebutnya sebagai sebuah "kekeliruan".

Para pengkritik telah berulang kali memanggil Presiden Rodrigo Duterte, yang memelihara hubungan persahabatan dengan Tiongkok sejak menjabat pada tahun 2016, karena tidak menentang perilaku agresif Tiongkok dan memutuskan untuk tidak menuntun Tiongkok untuk patuh pada putusan arbitrase internasional.

"Saat Xi berkata 'Aku akan memancing', siapa yang bisa mencegahnya?" ujar Presiden Duterte dua tahun lalu ketika dia menyampaikan pendekatan non-konfrontatifnya, mengacu pada Presiden Tiongkok Xi Jinping.

"Jika saya mengirim marinir saya untuk mengusir para nelayan Tiongkok, saya jamin tidak seorangpun dari mereka yang akan pulang hidup-hidup," kata Presiden Duterte saat itu.

Presiden Duterte aktif mencari bantuan dana infrastruktur, perdagangan, dan investasi dari Tiongkok.

Tiongkok telah menyumbang dan berjanji untuk memberikan lebih banyak vaksin COVID-19 karena Filipina menghadapi lonjakan penularan virus corona yang mengkhawatirkan. Sejumlah kapal penangkap ikan Tiongkok diyakini Filipina diawaki oleh mereka yang dilatih secara militer oleh Tiongkok.

Supplied: AP: Philippine Coast Guard/National Task Force-West Philippine Sea. Tumpang Tindih klaim wilayah kedaulatan

Tiongkok telah membangun pulau-pulau di perairan yang disengketakan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk membangun landasan udara di beberapa pulau tersebut.

Taiwan, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Brunei semuanya mengklaim sebagian laut Tiongkok Selatan.

Pada bulan Januari, Filipina memprotes undang-undang baru Tiongkok yang mengizinkan penjaga pantainya menembaki kapal asing, yang digambarkannya sebagai "ancaman perang".

Amerika Serikat telah berulang kali mengecam apa yang disebutnya sebagai upaya Tiongkok untuk menindas negara tetangga dengan persaingan kepentingan.

Sementara Tiongkok mengkritik Amerika Serikat atas apa yang disebutnya campur tangan dalam urusan internalnya.

Whitsun Reef berada dalam zona ekonomi eksklusif Filipina, kata gugus tugas arbitrase internasional, menggambarkan situs itu sebagai "terumbu karang dangkal berbentuk bumerang di timur laut Tepian dan Terumbu Karang Pagkakaisa".

Satuan tugas itu berjanji untuk terus "secara damai dan proaktif menjalankan inisiatifnya pada perlindungan lingkungan, keamanan pangan dan kebebasan navigasi" di Laut Tiongkok Selatan.

Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari artikel ABC News dalam Bahasa Inggris.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Macan ABlinken

Berita Terkait