jpnn.com, JAKARTA - Penyakit diabetes mellitus, jantung, kanker, dan paru kronis masuk dalam 5 besar penyebab kematian di Indonesia.
Jumlah kasus ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya faktor risiko, seperti tingginya asupan gula, garam, dan lemak serta rendahnya aktivitas fisik.
BACA JUGA: PB IDI: Pemecatan Terawan Peringatan bagi Dokter Indonesia
Dampak dari penyakit ini, BPJS Kesehatan telah menghabiskan anggaran senilai Rp 17.5 triliun pada 2020.
Atas dasar itu, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Aplikasi Doctor to Doctor (D2D) berkolaborasi membantu pemerintah mendeteksi dini melalui program Skrining Nasional Penyakit Tidak Menular.
BACA JUGA: PB IDI Apresiasi Kolaborasi Kemanusiaan Pemuda Pancasila-Indika
Head of Doctor Pillar PT Global Urban Esensial (GUE) Mohamad Salahuddin mengatakan program tersebut bagian dari komitmen D2D dalam memberikan pelayanan terbaik di dunia kesehatan.
Menurut dia, program itu diberikan khusus kepada para dokter, masyarakat umum, dan seluruh stakeholder kesehatan.
BACA JUGA: Serangan Rusia Makin Mengerikan, Ukraina Juga Dihantam Wabah Penyakit Mematikan
Melalui kolaborasi dengan anggota IDI, D2D diharapkan bisa memberi kemudahan untuk para dokter di Indonesia dalam melakukan pendataan hasil skrining nasional penyakit tidak menular dan membaktikan diri kepada masyarakat.
Dengan demikian makin banyak masyarakat terhindar dari berbagai faktor risiko penyakit atau melakukan pengobatan lebih awal.
"Dengan program kolaborasi IDI dan D2D ini, kami berharap dapat bersinergi dengan program pemerintan dan membantu penurunan prevalensi PTM di Indonesia,” kata Mohamad Salahuddin dalam keterangan tertulisnya, Senin (14/11).
Ketua Umum PB IDI dr. M. Adib Khumaidi menyampaikan program Skrining Nasional Penyakit Tidak Menular sejalan dengan prioritas kerja pemerintah di bidang kesehatan.
Program tersebut diarahkan pada peningkatan upaya promotif dan preventif di samping peningkatan akses pada pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
IDI, lanjutnya, mengapresiasi inovasi yang telah dilakukan aplikasi Doctor to Doctor sebagai platform edukasi dan komunikasi rekan sejawat dokter.
D2D saat ini sebagai platform skrining untuk meningkatkan layanan dan akses kesehatan untuk masyarakat.
"IDI berkomitmen meningkatkan kompetensi dan literasi digital tenaga kesehatan di Indonesia, salah satunya melalui kolaborasi dengan platform digital D2D,” tutur dokter Adib Khumaidi.
Lebih lanjut, dikatakan dokter yang terlibat dalam program kegiatan skrining nasional penyakit tidak menular itu nantinya akan mendapatkan poin Satuan Kredit Profesi (SKP) dalam ranah pengabdian masyarakat.
PB IDI dan D2D akan memberikan penghargaan kepada dokter-dokter yang paling aktif dalam melakukan skrining dilihat dari jumlah masyarakat yang telah diskrining oleh dokter tersebut.
Aplikasi Doctor to Doctor (D2D) memiliki banyak fitur yang bermanfaat bagi dokter.
Fitur-fitur tersebut di antaranya webinar kedokteran, membaca serta permintaan literatur, Continuing Medical Education (CME), fitur berita dan event kedokteran terkini, informasi lowongan pekerjaan, Album P2KB, serta fitur untuk berdiskusi juga konferensi bersama rekan sejawat.
Melalui beragam fitur ini, harapannya dokter bisa mendapatkan update terbaru perkembangan ilmu kedokteran serta peningkatan kompetensinya.
Aplikasi D2D telah diunduh lebih dari 80 ribu kali di Google Play Store.
Aplikasi itu mendapat 4,7 bintang dari para penggunanya.
Dokter Adi membeberkan rangkaian program Skrining Nasional Penyakit Tidak Menular berlangsung dari November 2022 hingga Mei 2023 yang melibatkan 5.000 dokter anggota PB IDI di seluruh Indonesia dan dilakukan secara digital dengan menggunakan aplikasi D2D di setiap layanan kesehatan sebagai bagian dari Hari Bakti Dokter Indonesia ke-115.
Adapun masyarakat yang ditargetkan melakukan deteksi dini penyakit tidak menular adalah sebanyak 115 ribu orang. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Penyakit Mematikan Ini Bakalan Ambyar Hanya dengan Mengonsumsi Buah Manggis
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad