Kasus Narkoba Naik 300 Persen

Selama Enam Tahun Terakhir

Selasa, 29 Juni 2010 – 13:23 WIB
BADUNG - Bekerja sama dengan Supreme Presecutors Office (SPO) Republik Korea Selatan, Badan Narkotika Nasional (BNN) sejak kemarin (28/6) hingga hari ini (29/6) mengadakan workshop membahas mengenai kejahatan peredaran narkobaWorkshop yang digelar di Bedugul Room, Hotel Melia, Nusa Dua itu dilatarbelakangi permasalahan narkoba yang saat ini masih menjadi momok di dunia, termasuk Asia

BACA JUGA: Rutan Bangil Sediakan Perpustakaan Keliling

Dari acara itu terungkap bahwa narkoba di Indonesia, termasuk Bali, peredarannya enam tahun terakhir naik 300 persen.

Pertemuan yang diprakarsai BNN dan SPO atau Badan Narkotika Korea Selatan itu juga dihadiri beberapa negara ASEAN
Di antaranya, Laos, Kamboja, Filipina, Kamboja, dan Vietnam

BACA JUGA: Adik-Kakak Diperkosa Ayah Kandung

Saat ini, wilayah Asia Tenggara sendiri menjadi salah satu wilayah hitam peredaran narkoba
Dan saat ini sudah mencapai tahap yang mengkhawatirkan

BACA JUGA: Pingsan Saat Diinterogasi Polisi

Dalam pertemuan tersebut dijelaskan bahwa saat ini wilayah Asia Tenggara tidak hanya sekadar tempat transit peredaran narkoba.

Kasus narkoba di Indonesia sendiri sudah termasuk parahMenurut penjelasan Kepala BNN, Gories Mere, selama enam tahun terakhir, kasus narkoba di Indonesia tercatat meningkat hingga 300 persenHal itu memang masuk akalSelama setahun terakhir saja, Indonesia dibanjiri kasus penyelundupan sabu-sabu, terutama dari IranIni karena para penyelundup Iran itu memperoleh keuntungan yang luar biasa ketika menjual barang haram itu di Indonesia.

"Di negara Iran, harga sabu-sabu per kilogramnya cuma Rp 100 jutaSedangkan di Indonesia bisa sampai Rp 2 miliarJadi, keuntungannya mencapai dua ribu persen," papar GoriesItu juga menunjukkan bahwa selama beberapa tahun terakhir telah terjadi pergeseran tren konsumsi narkoba di kalangan junkies di Indonesia"Beberapa tahun terakhir trend konsumsi heroin dan kokain beralih menjadi pemakaian sabu-sabu," lanjut Gories.

Tak pelak, Indonesia seakan jadi surga bagi para pengedar dari IranSelain menjadi pasar bagi para penyelundup, maraknya peredaran narkoba di Indonesia juga karena Indonesia sendiri memiliki pabrik narkoba"Banyak pabrik gelap yang tersebar di IndonesiaTerutama di daerah Jawa dan Kalimantan," terang GoriesSalah satu bentuk kerja sama penanggulangan narkoba itu adalah pengenalan alat digital forensik.

Peralatan canggih tersebut telah digunakan Korea Selatan untuk mengungkap kasus-kasus narkobaAlat tersebut dapat digunakan untuk melakukan investigasi kasus yang bersifat lokal maupun terkait jaringan internasionalNarasumber dari Korea Selatan, Cho Young Kon yang menjabat sebagai Jenderal SPO juga memaparkan mengenai drug control system atau sistem kontrol peredaran narkoba yang diterapkan di Korea Selatan.

Tindak lanjut dari kerja sama itu, Indonesia akan mengajukan bantuan sistem informasi dan komunikasiIni akan dimotori oleh Korea Selatan dan sepuluh negara ASEAN lainnyaSistem komunikasi dan informasi sangat diperlukanBila negara-negara ASEAN memiliki jaringan komunikasi yang sama, maka peredaran narkoba di kawasan regional akan lebih mudah terkontrol.

Ini sebelumnya tidak pernah dilakukan, sehingga masing-masing negara ASEAN tak memiliki kesamaan informasiKerjasama SPO dengan BNN yang kemarin juga dihadiri oleh wakil Gubernur Bali, AAPuspayoga itu merupakan yang kelima kalinyaSebelumnya kerja sama serupa juga telah dilakukan dengan negara-negara ASEAN lainRencananya, nanti juga akan dilakukan penandatangan memorandum of understanding (MoU) mengenai tindak lanjut penanganan masalah narkoba tersebut(aim/dra)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siswi SMP Dihamili Ayah Kandung


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler