Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang, Reza Ingatkan Polisi soal Ini

Sabtu, 21 Oktober 2023 – 10:25 WIB
Situasi terkini rumah tempat kejadian perkara (TKP) pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa Barat, Rabu (18/10/2023). (ANTARA/Ricky Prayoga)

jpnn.com, JAKARTA - Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel mengingatkan penyidik Polri yang mengusut kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa Barat, agar cermat menilai pengakuan tersangka.

Menurut Reza, pengakuan para pelaku bisa saja menjadi hal yang meringankan hukumannya bila nanti divonis bersalah.

BACA JUGA: Malam-Malam Bawa Danu ke TKP Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang, Polisi Temukan Benda Ini


Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel. Foto: Andika Kurniawan/JPNN.com

Namun demikian, sebelum sampai ke ranah pembuktian di persidangan, penyidik kepolisian perlu mencermati apakah pengakuan tersebut palsu atau yang sebenarnya.

BACA JUGA: Tersangka Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Pernah Surati Jokowi & Mahfud MD, Begini Isinya

“Polisi tetap harus memastikan apakah itu pengakuan yang sebenarnya atau pengakuan palsu (false confession). Jangan taken for granted bahwa yang bersangkutan sudah jujur sejujur-jujurnya,” ujar Reza, Jumat (20/10).

Reza menyebut dalam psikologi forensik, barang yang paling potensial merusak proses penegakan hukum dan pengungkapan kebenaran adalah pengakuan. Sebab, pengakuan rentan mengalami distorsi dan fragmentasi.

BACA JUGA: Jokowi Langsung Disambut Prabowo di Bandara, Perhatikan Gesturnya

Untuk memastikan pengakuan itu bukan palsu, kata Reza, keterangan pelaku harus dikorek agar memberikan informasi yang berkualitas.

“Dari sisi psikologi forensik, dalam setting interogasi, informasi yang berkualitas harus lengkap dan akurat,” ucapnya.

Dia menilai kemampuan polisi secara global dalam mengungkap kasus pembunuhan memang mengalami penurunan, padahal teknologi investigasi makin canggih.

Sementara, dalam kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang yang menjadi misteri selama dua tahun lebih, mengindikasikan para pelaku bukan sindikat kriminal.

Terlebih lagi, terungkapnya kasus ini bukan dicapai oleh proses investigasi kepolisian, melainkan berkat 'kebaikan' salah satu terduga pelaku yang menyerahkan diri.

"Jadi, mau bilang apa? Pelaku memang cerdas, atau pada dasarnya kemampuan investigasi polisi yang perlu di-upgrade?” ujar pria yang pernah mengakar di PTIK/STIK itu.

Reza juga menanggapi penyataan Direktur Kriminal Umum Polda Jabar yang mengatakan ditemukan percikan darah korban di baju salah satu tersangka.

Pernyataan itu, kata dia, menimbulkan pertanyaan kapan polisi menemukan percikan darah itu. Bila sudah ditemukan sejak dulu maka semestinya pendalaman hingga penetapan tersangka sepertinya sudah bisa dilakukan sejak dulu juga.

“Awas, jangan sampai memunculkan kesan polisi membuat atau menciptakan barang bukti guna memenuhi ketentuan minimal dua alat bukti,” tutur Reza mengingatkan.

Pembunuhan Tuti Suhartini (55) dan anaknya Amalia Mustika Ratu (23) terjadi di Subang, Jawa Barat pada 18 Agustus 2021. Jenazah keduanya ditemukan dalam bagasi mobil berwarna hitam di rumahnya dengan luka di bagian kepala.

Setelah 2 tahun lebih menjadi misteri, setelah salah satu terduga pelaku, M Ramdanu alias Danu yang merupakan keponakan korban Tuti, menyerahkan diri dan mengakui perbuatannya kepada polisi.

Dalam kasus itu, Polda Jabar menetapkan lima orang t?ersangka, selain Danu, ada Yosep Hidayah (suami Tuti), istri muda Yosep, Mimin, serta kedua anak tirinya, Arighi Reksa Pratama dan Abi.(antara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembunuhan Berencana Ini Ternyata Bermotif Asmara, Pelaku Cemburu


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler