jpnn.com, JAKARTA - Persijap Jepara berjanji akan buka suara soal terjadinya dugaan pengaturan skor yang dialaminya. Mereka sedang menunggu momen yang tepat untuk melapor ke Satgas Antimafia Bola. Laskar Kalinyamat merasa dikerjai dalam babak penyisihan grup 3 Liga 2 musim 2017.
Ada beberapa momen yang membuat Presiden Persijap Esti Puji Lestari yakin timnya dijahili. Yang paling mencolok adalah empat kekalahan beruntun yang diderita Persijap pada babak penyisihan grup 3.
BACA JUGA: Pengaturan Skor: Pengakuan Mengejutkan Wasit di Liga 2 2018
Yakni, kontra Persibangga Purbalingga, Persip Pekalongan, PSS Sleman, dan Persibat Batang. Uniknya, seluruh laga berakhir dengan skor identik, 1-0.
Kondisi yang membuat Esti marah. Padahal, sebelum itu, timnya mampu meraih dua kemenangan beruntun. Yakni, menang 4-1 atas PSGC Ciamis serta unggul 2-1 atas Persibas Banyumas.
BACA JUGA: Satgas Antimafia Bola Pastikan tak Berhenti di Wasit Nurul
Kejanggalan permainan dan kecurigaan terjadi pengaturan skor yang membuat manajemen Persijap melapor ke komdis. ’’Bahkan, saya bertemu Mbak Tisha (Sekjen PSSI Ratu Tisha, red). Saya mohon agar diberi wasit yang baik,’’ ungkap Esti kepada Jawa Pos.
Namun, hal itu ternyata tak terwujud. Dalam laga kontra PSS Sleman pada 18 Agustus 2017, Persijap merasa dikerjai. Mereka dihukum penalti pada menit ke-90, menjadikan PSS menang 1-0.
BACA JUGA: KPSN Bantah Akan jadi KPSI jilid Kedua, Lantas Mau Apa?
Bahkan, hal serupa terulang dalam macthday selanjutnya kontra Persibat Batang pada 27 Agustus 2017. Hingga menit ke-90, Persijap unggul 2-1. Tapi, pada menit ke-90+4, wasit menunjuk titik putih untuk Persibat.
Pemain dan ofisial Persijap protes. Penonton masuk lapangan. ’’Wasit malah kabur, padahal pemain masih ada di lapangan,’’ kata Esti.
Nah, esoknya, Persijap dinyatakan kalah WO. Dengan demikian, Persibat lolos ke babak 16 besar mendampingi PSS dari grup 3. ’’Kami sudah banding berkirim surat, tapi ya sudah lah. Kami ikhlaskan,’’ katanya.
Dengan berbagai kejanggalan itu, apakah Esti bakal melapor ke Satgas Antimafia Bola? ’’Saya lagi runut satu-satu apa yang terjadi. Untuk kasus seperti ini kan butuh bukti. Nah, kami masih lihat ke depan seperti apa,’’ terangnya.
Karena itu, Esti lebih memilih menunggu. Dia yakin semua tabir akan terbuka, termasuk soal skandal yang membuat timnya harus terdegradasi ke Liga 3 pada akhir musim 2017. ’’Kami lihat dulu perkembangannya seperti apa. Lagi pula, kami harus pastikan semua (pemain dan ofisial) di Persijap harus bersih,’’ ujarnya.
BACA JUGA: Pengaturan Skor: Pengakuan Mengejutkan Wasit di Liga 2 2018
Hal itu cukup masuk akal. Sebab, pada musim 2016, CEO lama Persijap sempat meminta kepada Esti yang saat itu menjabat general manager Persijap agar memberikan uang Rp 20 juta.
’’Intinya agar tim kami menang, sementara tim lawan kami kalah. Tim lawan itu juga sedang kesusahan uang, makanya mereka menjual laga. Tapi, saya belum bisa sebut nama tim itu,’’ katanya. (nap/dho/JPC/gus/c17/nur)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Satgas Antimafia Bola Minta JC Jangan Ragu untuk Lapor
Redaktur & Reporter : Soetomo