Kasus Penyakit Misterius itu Paling Banyak di Jakarta, Waspadalah

Jumat, 13 Mei 2022 – 21:53 WIB
Dokumentasi - Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi. Foto: tangkapan layar dalam video Kemenkes.

jpnn.com, JAKARTA - Warga DKI Jakarta sebaiknya meningkatkan kewaspadaan seiring merebaknya kasus hepatitis akut misterius.

Kewaspadaan sangat penting karena menurut juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi, kasus terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta.

BACA JUGA: PKS Desak Pemprov DKI Lakukan Pencegahan Serius Terkait Hepatitis Akut

“Daerah yang paling banyak dilaporkan itu adalah DKI Jakarta."

"Mungkin karena DKI Jakarta yang paling baik deteksinya."

BACA JUGA: Kasus Hepatitis Akut Meluas, Kemendikbudristek Perlu Antisipasi

"Jadi, terlihat Jakarta yang paling banyak (penemuan kasus hepatitis akutnya),” ujar Nadia dalam Webinar 'Jaga Anak dari Hepatitis Akut' yang diikuti di Jakarta, Jumat (13/5).

Menurut Nadia, Indonesia saat ini memiliki 18 suspek hepatitis akut.

BACA JUGA: Hepatitis Akut Menyebar, PSI Minta Anies Baswedan Lakukan Ini

Perinciannya, sembilan kasus masuk kriteria pending berdasarkan klasifikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan sudah hampir selesai diperiksa.

Kemudian, tujuh suspek lainnya dipastikan tidak menderita hepatitis akut dan dua suspek lainnya sedang dalam proses pemeriksaan.

Dari 18 suspek yang terkena hepatitis akut itu, dua pertiganya berasal dari DKI Jakarta.

Sisanya berasal dari Sumatera Barat, Jawa Timur, Bangka Belitung dan Kalimantan Timur.

Semua suspek tersebut juga diketahui tidak menderita varian hepatitis A, B, C ataupun D.

Kemudian dari tujuh kematian yang dilaporkan, dua di antaranya bukan ditetapkan sebagai hepatitis akut.

Nadia menambahkan, baik penyebab utama maupun perkembangan dari hepatitis akut masih harus terus dipelajari.

WHO sendiri mengategorikan penyakit tersebut sebagai probable karena belum diketahui jenis virus yang menjadi penyebab penyakit misterius itu.

“Ada juga dugaan hepatitis virus atau Adenovirus yang bermutasi seperti itu, sehingga hanya mengetahui kemungkinan besar selama ini, hepatitis banyak menular melalui fecal-oral, fecal-oral melalui makanan,” katanya.

Nadia kemudian mengimbau setiap orang melakukan pencegahan dengan menerapkan protokol kesehatan dan menjunjung gaya hidup bersih.

Antara lain, rajin mencuci tangan, memakan makanan yang matang, meminum air yang bersih.

Setiap orang juga harus menggunakan masker karena penularan diduga dapat terjadi melalui udara atau droplets.

Data dari Inggris menemukan 92 persen Adenovirus pada anak-anak yang menderita hepatitis akut dan menimbulkan keluhan pada saluran pernafasan maupun saluran cerna.

Dia meminta para orang tua segera membawa anak-anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat.

Tujuannya, untuk melengkapi imunisasi dengan vaksinasi hepatitis B sebagai bentuk antisipasi yang dapat memberikan proteksi kepada anak.

Setiap keluarga juga harus melakukan proteksi lebih ketat, terutama bagi anak yang berusia di bawah satu tahun dan belum dapat mengikuti vaksinasi hepatitis atau vaksinasi Covid-19.

Orang tua juga diharapkan dapat melakukan deteksi dini bila anak terlihat terkena gejala dari hepatitis akut.

Yakni, anak terkena diare, mengalami sakit perut, mata berwarna kuning, air kencing menjadi cokelat dan feses berwarna pucat.

“Kantin yang akan dibuka di sekolah juga harus memastikan makanan yang dikelola betul-betul bersih dan menggunakan sarung tangan untuk yang menjual makanan."

"Perlu dipastikan makanan itu adalah makanan yang memang dibuat dengan air bersih,” kata Nadia.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler