Kasus Perampokan, Kapolda Sumut Harus 'Galak'

Guru Besar USU Korban Terbaru

Senin, 13 April 2009 – 14:18 WIB
JAKARTA - Aksi perampokan yang menimbulkan korban jiwa lagi-lagi terjadi di Kota Medan, Minggu (12/4) pagiKali ini menimpa keluarga guru besar Universitas Sumatera Utara (USU), Prof H Bachtiar Hassan Miraza (72)

BACA JUGA: Eksepsi Walikota Manado Dua Model

Kawanan penjahat menganiaya isteri Bachtiar, Ny Onaya Siti Kadarsih, hingga tewas
Bachtiar sendiri hingga Senin (13/4) ini dikabarkan masih kritis.

Kasus ini menunjukkan bahwa perampokan di Medan sudah mengganas

BACA JUGA: Opsi Duet SBY-JK Terbuka Lebar

Perampok sudah tidak lagi menggasak pusat-pusat transaksi keuangan seperti bank-bank, tapi sudah leluasa menargetkan warga yang tidak begitu kaya
Kasus perampokan teranyar yang memakan korban tewas istri Prof Bachtiar ini semakin menunjukkan lemahnya kepemimpinan Kapolda Sumut Irjen Pol Badrodin Haiti

BACA JUGA: GIA Dideadline Restrukturisasi Utang

Setidaknya, demikian pengamatan dari kriminolog asal Universitas Indonesia (UI), Dr Erlangga Masdiana.

Erlangga menilai, bahwa perampokan yang menimpa seorang akademisi di Medan ini sudah pada kategori gawat"Ketika penjahat ingin cepat mendapatkan hasil, maka orang yang tidak kaya raya pun dirampokRampoknya tak mau lagi susah payah merampok bank yang biasanya dijaga petugas securityIni sudah bahaya dan sangat meresahkan masyarakat," ulas Erlangga, kepada JPNN di Jakarta, Senin (13/4).

Erlangga menyatakan bahwa pihak yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini adalah aparat kepolisian setempatKapolda Sumut Irjen Pol Badrodin Haiti dinilai sebagai pejabat kepolisian yang harus dimintai pertanggungjawabanMantan Kapoltabes Medan ini menurutnya, ternyata tidak jeli menganalisa situasi di wilayah kerjanya.

"Mestinya, jauh hari menjelang pemilu dia harus bisa melihat potensi kejahatan yang bakal muncul di saat sebagian besar aparat kepolisian konsentrasi ke pengamanan pemiluPolisi dianggap lengah, maka kejahatan memanfaatkan situasi itu," beber Erlangga.

Sebelum pemilu, kata Erlangga, seharusnya seorang Kapolda mengeluarkan instruksi ke seluruh jajaran di bawahnya, agar melakukan langkah-langkah mempersempit ruang gerak penjahatCaranya dengan melakukan razia-razia, menindak preman-preman, dan mengawasi gerak-gerik mantan-mantan napi kasus perampokan.

"Pertanyaan saya, apa itu sudah dilakukan oleh Kapolda Sumut? Saya yakin belum, sehingga perampok leluasa bergerak tatkala polisi sibuk mengamankan pemilu," katanya pula.

Lebih lanjut dia menilai, bahwa maraknya kasus perampokan di Medan dan sekitarnya dalam selang waktu yang berdekatan, juga menunjukkan bahwa Badrodin tidak ditakuti penjahatKalau saja Badrodin tegas dan bisa melumpuhkan satu perampok saja, kasus perampokan diyakini bisa mereda"Kapoldanya harus galakKalau lemah, penjahat tak bakal takut sama dia dan akan terus merampok," ujarnya.

Erlangga berpendapat bahwa aparat kepolisian harus mengejar pelaku perampokan di rumah Prof Bachtiar"Begitu ketemu pelakunya, langsung tembak sajaIni penting untuk shock therapyKalau menunggu proses hukum di pengadilan, itu memakan waktu dan hukumannya belum bisa diharapkan menumbuhkan efek jeraNah, berani nggak Kapolda membuat shock therapy yang membuat perampok takut," kata Erlangga.

Sebelumnya, senior Erlangga di UI, Prof Adrianus Meliala, pernah pula mengatakan bahwa pelaku perampokan bersenpi adalah pemain-pemain lama, yang pasti jumlahnya tidak banyak"Karena merampok dengan menggunakan senjata api itu bukan kejahatan yang gampangPasti pelakunya sudah profesional, bukan amatiranDengan demikian, ketika terjadi serangkaian perampokan bersenjata api di satu wilayah tertentu, saya yakin pelakunya ya itu-itu juga," ungkap Adrianus beberapa waktu lalu.

Kasus perampokan yang menimpa keluarga Prof Bachtiar ini, menambah panjang daftar kasus perampokan yang terjadi di Medan dan sekitarnyaSebelumnya, pada 3 April 2009, perampokan terjadi dengan menggasak uang sebanyak Rp 300 juta milik nasabah Bank Panin Medan BaratPerampokan dengan senjata api juga menimpa Kantor Cabang Pembantu (KCP) Bank Mestika di Jalan S Parman No30 Medan, 27 Maret 2009, yang membawa kabur tas berisi uang Rp 1 miliarSementara sebelumnya, juga sudah terjadi perampokan dengan modus sama di KCP Bank Mandiri Jalan TD Pardede, yang mencatatkan hasil rampokan sebesar Rp 1,2 miliar.

Berikutnya, di pekan pertama April, perampokan bersenjata api terjadi pula di Langkat, tepatnya di Kantor Urusan Pelayanan Teknis (KUPT) di Jalan Perjuangan, Kelurahan Bukit Kubu, Kecamatan BesitangSementara sebelumnya pula, perampokan juga telah terjadi di Kecamatan Salapian(sam/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengungsi Situ Gintung Lebih Nyaman di Huntara


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler