Kata Sang Ibu, Anaknya yang Dituduh Pelaku Begal Rajin ke Masjid

Jumat, 27 Februari 2015 – 23:51 WIB

jpnn.com - TANGERANG - Tiga hari sebelum tewas dibakar massa, Hendriansyah ternyata sempat bertemu sang ibu. Pertemuan terakhir dengan wanita yang telah melahirkannya ke dunia berlangsung Sabtu (21/2). Tidak ada firasat apapun dirasakan Sutinah saat bertemu anaknya yang jarang pulang ke rumah.

”Itu kali terakhir ketemu. Dia langsung pergi, tak ada pesan khusus,” kenang Sutinah.

BACA JUGA: Dua Pembunuh Rudi Ditangkap, Dua Lagi Masih Diburu

Awalnya Sutinah tidak mengira kalau pria yang dibakar massa hidup-hidup karena dituduh pelaku pembegalan di Jalan Inpres nomor 5, RT 03/06 Kelurahan Larangan Utara, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, adalah anaknya.

Namun, saat adanya gencarnya broadcast BlackBerry Massenger (BBM) dan media sosial yang memperlihatkan ciri-ciri pelaku berserta tato-tato yang mirip dengan putranya, ia pun langsung mengontak pihak RSUD Tangerang, Rabu (23/2).

BACA JUGA: Paser Selatan jadi Kabupaten Tunggu Waktu Saja

”Sudah dari dulu saya tegur dia untuk hapus semua tatonya, soalnya bikin malu,” terangnya,.

Akhirnya ia bersama dua kerabatnya bergegas ke RSUD dan langsung menuju kamar mayat. Benar dugaanya, di depan jenazah anaknya yang hangus terbakar dia masih mengingat ciri-ciri buah hatinya.

BACA JUGA: Kejagung Jerat Pejabat Dinas PU di Jambi sebagai Tersangka

”Saya lihat tatonya, saya enggak kuat, anak saya bisa dihukum begini,” katanya sambil terisak.

Namun, jenazah itu tak bisa langsung dibawa pulang, dan pihak RS pun meminta izin terlebih dahulu kepada Polsek Pondok Aren, Kota Tangsel. Selang sehari, akhirnya pada Kamis (26/2) sore, keluarga bisa mengebumikan Hendri.

”Saya enggak menyangka, dia anaknya baik, rajin ke masjid dan masih mau membantu cari uang Mas,” kata dia.

Sutinah mengaku hanya bisa pasrah atas kejadian ini. ”Saya pasrah dan ikhlas, saya tak ingin menuntut apa-apa,” ujarnya.

Sementara bagi Syahril (15) adik bungsu Hendri, kakaknya adalah sosok perhatian. Setelah penceraian orang tuanya sejak delapan tahun lalu, ekonomi keluarga morat-marit. Terpaksa, lajang kelahiran 12 Mei 1986 ini harus membanting tulang mencari penghidupan untuk keluarganya.

”Kerjanya berganti-ganti Mas, kadang serabutan,” terang Syahril.

Dikatakannya, tulang punggung keluarga seakan dibebankan di pundak Hendri. Dari berjualan air miniral hingga berkerja menjadi karyawan di pencucian mobil. ”Gajinya sedikit, tapi dia tetap menyisihkan jajan buat kami,” kata Syahril seraya tertunduk.(ful/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aneh, Rela Tinggalkan Suami demi Mandi di Kali Jagir


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler