Kaum Muda Perlu Diberi Ruang Memimpin Kementerian

Selasa, 10 Juni 2014 – 00:20 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Direktur Eksekutif Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) Dimas Oky Nugroho mengatakan dua pasang kandidat yang bertarung pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014 harus mulai berani melempar ke publik daftar nama kabinet bayangannya masing-masing.

Menurutnya, hal itu penting dilakukan untuk mencegah politik dagang sapi dan tersanderanya pemerintahan baru nanti oleh kepentingan tarik-menarik partai politik pengususung seeprti yang terjadi pada pemerintahan sebelumnya.

BACA JUGA: Fadli Zon Cibir JK karena Tanyakan soal HAM ke Prabowo

"Prabowo Subianto maupun Jokowi seharusnya sudah mulai berani dan transparan menyebutkan rencana konfigurasi nama-nama menteri yang akan duduk di kabinetnya sesuai dengan agenda dan platform kebijakan yang hendak mereka usung. Kita tidak ingin lagi pemerintahan ke depan tersandera elit partai yang kemudian menjadikan kementerian yang mereka pimpin menjadi lahan jarahan korupsi," kata Dimas di Jakarta, Senin (9/6).

Menurut Dimas, dengan preferensi kabinet bayangan itu, masyarakat juga bisa diyakinkan akan komitmen pemerintahan ke depan bahwa jabatan menteri bukan lagi diisi oleh elit-elit partai semata namun lebih banyak dipenuhi oleh figur profesional yang berkapasitas dan berintegritas.

BACA JUGA: Gatot Tak Diterima Dituntut 4 Tahun Penjara

Dikatakan pula Dimas, pilihan yang menduduki menteri tentu harus berdasarkan pada kapasitas dan integritas anak bangsa terbaik. Selain itu anak-anak muda harus pula dikasih ruang untuk terlibat dalam pemerintahan nanti. "Muda, bersih, idealis dan berkapasitas akan membawa harapan baru di mata rakyat,” ujarnya.

Dijelaskan Dimas, kabinet ke depan prinsipnya tidak mengharamkan kehadiran sosok-sosok kompeten berasal dari partai politik. Kata dia, partai lawan sekalipun jika memiliki sosok profesional yang berprestasi harus diberikan ruang.

BACA JUGA: Tes CPNS Daerah Mulai Awal Agustus

“Rapuhnya kabinet SBY menjadi pembelajaran. Pemerintahan baru nanti harus berpikir rekonsiliatif juga, melibatkan seluruh komponen terbaik bangsa karena tujuannya adalah betul-betul ingin membangun bangsa. Bukan konsensus politik atau power sharing semata,” tuturnya.

Dalam kacamata ARSC, lanjut Dimas, ketika kedua pasangan capres mensosialisasikan nama-nama yang akan dipertimbangkan masuk dalam kabinetnya tentu menjadi referensi tambahan yang bisa memengaruhi preferensi pilihan masyarakat.

“Porsimenteri di kabinet yang kan datang juga harus mengakomodasi anak muda profesional. Tantangan terbesar Indonesia ke depan adalah kompetisi global yang menuntut kreatifitas untuk bisa bersaing, dan anak muda memiliki kekuatan ide-ide segar yang idealis dan kreatif,” sarannya.

Dimas kemudian merujuk Partai Demokrat yang menjadi partai pemerintah sepuluh tahun terakhir yang relatif gagal melahirkan regenerasi kepemimpinan paska SBY. “Pemerintahan baru nanti harus mampu melahirkan kader-kader baru untuk melanjutkan kepemimpinan nasional di masa depan,’’ pungkasnya. (awa/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi: Tradisi Baru, Capres Bukan Ketum Parpol


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler