BANGKOK - Pembangkangan dan kebulatan tekad berpadu dengan keputusasaan, kekecewaan, dan perasaan frustrasiSemuanya tampak sekaligus di wajah Dr Weang Tojirakarn, Selasa (18/5) kemarin
BACA JUGA: BBC Minta Maaf Karena Ulah Penyiar
Pria yang berprofesi sebagai dokter medis itu selama dua bulan terakhir termasuk salah seorang pemimpin massa Kaus Merah.Bersama dengan sekelompok individu yang punya pemikiran sama, mereka gigih berdemonstrasi untuk menuntut mundurnya pemerintahan Perdana Menteri (PM) Abhisit Vejjajiva
Dari jumlah itu, 36 di antaranya tewas dalam bentrok dengan tentara Thailand sejak 13 Mei lalu
BACA JUGA: Besok, Sang Jenderal Dimakamkan
Salah seorang korban tewas adalah Mayjen Khattiya Sawasdipol alias Seh DaengBACA JUGA: Ban Ki Moon Serukan Berdamai
Putrinya, Khattiyaa, bertekad untuk melanjutkan perjuangan sang ayah bersama massa Kaus Merah lainnya.Diwawancarai di tempat perlindungan atau kemah Kaus Merah di Ratchadumri Road sore kemarin, Dr Weang mengawalinya dengan menunjukkan gambar-gambar dari surat kabar yang memperlihatkan sejumlah koleganya terluka akibat tembakan senjata"Hanya ada dua hukum yang harus dipilih, yakni perang atau damaiPilihannya tentu terserah pada pemerintah," katanya.
Dia bertutur, pemerintah memulai "perang" dengan menggunakan peluru "hidup" dan bertindak brutalAkibatnya, korban di pihak Kaus Merah terus berjatuhanMeski begitu, kata dia, Kaus Merah tetap membangkang dan menunggu pergerakan tentara"Silakan datang kemari (kemah Kaus Merah, Red) dan bunuh kami - kami siap menghadapi," ungkap Dr Weang"Darah kolega kami akan membasahi tangan mereka yang jelas bertanggung jawab atas brutalitas terhadap rakyatnya," lanjutnya.
Mengapa mau berkorban? Apa yang diinginkan Kaus Merah? Menurut Dr Weang, mereka memilih perdamaianSebab, mereka tidak mampu menandingi senjata dan peluruDia lantas membeber tuntutan Kaus MerahYakni, penegakan lagi konstitusi (UU) 1997 dan kembali pada aturan hukum"Keduanya menjadi prinsip dasar demokrasi yang sejati," tegas Dr Weang.
Sejauh ini, belum ada sinyal soal kemungkinan kompromiSuasananya buntuMeski Kaus Merah dan pemerintah agaknya mau negosiasi, kondisinya tak memungkinkanKedua pihak tetap berbeda sikap.
Pemerintahan PM Abhisit ingin para demonstran membubarkan diri sebelum ada negosiasiTetapi, Kaus Merah menuntut agar tentara ditarik dari jalan (sehingga mereka bisa bergerak bebas) sebelum ada negosiasi.
Tadi malam, ada setitik harapanSenat Thailand mengirimkan wakil mereka ke kemah Kaus Merah untuk mengupayakan negosiasi dengan pemerintahDrWeang mengaku berharap banyak pada upaya tersebutDia juga menyatakan sangat percaya dengan inisiatif Senat Thailand.
Menurut Dr Weang, pihaknya menetapkan syaratSalah satu yang penting, di meja perundingan Senat harus menjadi saksi bagi negosiasi tersebutLantas, syarat lainnya adalah tentara harus ditarik"Setelah negosiasi berhasil, kami akan membubarkan diriTidak sebelumnya," tegasnya.
Sementara itu, para pejabat pemerintah Thailand mengritik proposal negosiasi yang ditawarkan sebuah kelompok yang terdiri 64 senator di majelis tinggiMajelis tersebut beranggotakan 150 senatorDalam proposal itu, para senator menawarkan diri untuk memediasi pembicaraan damai dengan didahului gencatan senjata.
Menurut Satit Wongnongtaey, pejabat menteri di kantor perdana menteriThailand, pembicaraan damai hanya bisa terjadi jika Kaus Merah mengakhiri unjuk rasa dan membubarkan diri dari jalan"Hanya itu (negosiasi) yang akan pemerintah lakukan kalau demonstransi berakhir," tegasnya dalam pernyataan di televisi tadi malam.
Karena tidak ada titik temu itu, bentrok kembali meletus di Kota BangkokSuara tembakan senjata terdengar beberapa kali di Distrik Din Daeng, bagian utara dari kawasan perbelanjaan utama Bangkok, yang telah diduduki Kaus Merah selama enam pekanSebaliknya, demonstran membakar ban bekas dan melemparkan bom molotov ke arah tentara.
Belum ada laporan tambahan korban jiwa kemarinIntensitas kekerasan juga tak setinggi sebelumnya(jpnn/AFP/Rtr/AP/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Tolak Gencatan Senjata
Redaktur : Tim Redaksi