Ke Sanggar Setiawan Subekti, Tester Kopi Kelas Dunia dari Banyuwangi

Kampanyekan Slogan: Sekali Seduh, Kita Bersaudara

Selasa, 13 Desember 2011 – 12:32 WIB
Iwan sedang menghirup aroma kopi. Foto : Galih Cokro/Radar Banyuwangi/JPNN

Jika Anda penikmat kopi, sempatkan berkunjung ke Sanggar Genjah Arum di Banyuwangi, Jatim, milik Setiawan SubektiDi sana, Anda akan disuguhi kopi sekaligus diajari cara memperlakukan kopi oleh Setiawan, tester kopi yang namanya sudah mendunia

BACA JUGA: Coin A Chance!, Komunitas Pengumpul Uang Recehan untuk Pendidikan Anak-Anak Miskin



 SAMSUDIN ADLAWI, Banyuwangi

LAMAT-lamat suara angklung menyapa telinga
Iramanya terdengar makin nyaring ketika mendekati pelataran Sanggar Genjah Arum milik Setiawan Subekti di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jatim

BACA JUGA: Para Ahli Waris Korban Pembantaian Rawagede setelah Belanda Meminta Maaf dan Berikan Kompensasi

Ternyata, suara angklung itu bersumber dari sepasang angklung
Angklung lanang (lelaki) dan angklung wadon (perempuan) yang dimainkan penabuh di puncak paglak

BACA JUGA: Istri Kabur Telantarkan Anak, Suami Bikin Sayembara Berhadiah


 
Paglak adalah gubuk (bangunan sederhana) tanpa dinding yang terbuat dari bambuGubuk beratap ijuk atau anyaman daun kelapa itu biasanya didirikan di tengah sawah atau dekat perkampunganUkuran paglak umumnya hanya 2 x 3 meterMeski begitu, paglak tidak makan banyak tempatSebab, lantainya tidak menyentuh tanah, melainkan menjulang tinggi sekitar 15 meter yang ditopang empat bambu utuh sebagai kaki penyangga
 
Dulu, paglak berfungsi sebagai tempat untuk mengusir burung-burung yang hendak makan padiPara petani Using (sebutan untuk penduduk asli Banyuwangi) menjaga tanaman padinya yang mulai menguning dari serangan gerombolan burung sambil memainkan angklungKarena dimainkan di atas paglak, jenis angklung itu dinamakan angklung paglak
 
Paglak pun mengalami transformasi dari yang dulu didirikan di sawah untuk mengusir burung berubah menjadi aksesori budaya di halaman rumah atau perkantoranPaglak di Sanggar Genjah Arum milik Setiawan Subekti itu berdiri di balik pintu gerbang baratTingginya sekitar 15 meter
 
Suara angklung paglak terus mengalunSuaranya makin ritmis setelah ditimpali bunyi tetabuhan dari lesung (alat tradisional untuk menumbuk padi)Tepatnya dari lima lesung yang berjajar di samping gerbang timurSekelompok nenek dengan balutan pakaian khas Using dengan lincah memainkan alu (penumbuk padi) di tangannya.
 
Meski usianya terbilang sudah uzur, mereka tampak bersemangat memainkan instrumentalia beberapa lagu Banyuwangen sambil sesekali membetulkan posisi susur (campuran tembakau, buah pinang, dan kapur) yang bertengger di mulutnya
 
Begitulah cara Iwan (panggilan akrab Setiawan Subekti) menyambut para tamunya"Ini merupakan salah satu cara untuk ikut nguri-nguri warisan budaya Using," kata Iwan yang sudah berkeliling ke berbagai negara untuk menjadi juri kontes dan festival kopi dunia itu
 
Dia menyatakan prihatin terhadap heritage Using yang mulai ditinggalkan warganyaMeski matanya sipit dan kulitnya kuning, Iwan dinilai lebih Using daripada orang UsingSelain angklung paglak dan musik lesung, Iwan melestarikan kelompok mocoan lontar Yusuf, yakni membaca lontar kuno yang mengisahkan epos Nabi Yusuf secara bergiliran
 
Alunan musik lesung terus mengalun mengiringi para tamu menyeruput secangkir kopi yang diseduh sendiri oleh IwanKopi yang disuguhkan itu sangat spesialSebab, disangrai dan diblender sendiri oleh IwanTak ayal, semua tamu merasa sangat senang punya kesempatan menikmati suguhan kopi di sanggar Genjah Arum yang terdiri atas beberapa rumah joglo asli Using
 
"Kita tidak akan bisa menemukan kopi dengan taste seperti di sini di tempat lain, di kedai-kedai kopi ternama di dunia sekalipun," tutur Ir Cahya Ismayadi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Kakao) Indonesia, kepada Jawa Pos pada Sabtu lalu (10/12)Hari itu, Cahya menjadi juri dalam Festival Sangrai Kopi Massal di Sanggar Genjah Arum Kemiren bersama Iwan dan juri kehormatan yang terdiri atas para muspida Banyuwangi.
 
Salah satu faktor yang memengaruhi taste kopi, papar Cahya, adalah memang proses pembuatannyaKopi Iwan terasa nikmat karena diproses oleh master kopiIwan saat ini memang tercatat sebagai salah seorang tester kopi kelas dunia yang dimiliki IndonesiaKonon, Indonesia baru memiliki lima tester kopi kelas duniaNama Iwan pun cukup populer dalam percaturan kopi dunia

Pria kelahiran 1957 itu setiap tahun sibuk menjadi juri kontes kopi di berbagai negaraMulai Brazil, Kolombia, Amerika Serikat, dan sejumlah negara Asia seperti Jepang, Vietnam, Malaysia, serta Singapura
 
Namun, nama besar itu tidak mengubah watak asli IwanSarjana Pertanian Universitas Satya Wacana tersebut tetap membuka pintu selebar-lebarnya bagi mereka yang ingin berkunjung ke sanggar miliknyaKepada para tamu, selain menyuguhkan kopi yang diseduh sendiri, jika waktunya memungkinkan, Iwan mengajarkan tata cara memproses kopi yang benar
 
Biasanya, sebelum menyeduh kopi, para tamu di ajak ke dapurDi sana sudah ada dua bengahan (tungku) besar, lengkap dengan kayu dan gerabahSetelah panas gerabah dinilai cukup (suhunya 250?300 derajat Celsius), Iwan menuang setengah kilogram biji kopi

Dia mempersilakan para tamu mencoba menyangraiSesi itu sangat disukai para tamu asingTak pelak, mereka langsung mengabadikannya dalam kamera maupun handycamSelesai dari dapur, giliran menggiling atau memblender kopi yang sudah disangraiSetelah itu, Iwan menuangkan kopi ke beberapa cangkir kopiLalu, mengajarkan cara menyeduh kopi yang benar
 
Sebelum meminum, hidung harus didekatkan pada bibir cangkirSetelah aroma kopinya merasuk ke hidung, baru diseruput"Harus sampai bunyi sruuuutSebelum ditelan, tahan dulu di mulut sampai rasanya menempel di lidah," papar Iwan
 
Dia merasa tidak bersalah telah membuka rahasia tentang kopiYang justru dia rasakan adalah kepuasanSebab, dirinya telah mengedukasi banyak tamu tentang memproses dan menikmati kopi yang benarIwan merasa yakin, penularan keahliannya tentang kopi akan bisa menambah saudara sebanyak-banyaknyaSeperti slogannya yang terus dia kampanyekan: sekali seduh, kita bersaudara
 
Iwan sama sekali tidak berkeberatan slogan tersebut dipakai Pemkab Banyuwangi untuk mengukuhkan Banyuwangi sebagai daerah tujuan wisata kuliner minum kopi di IndonesiaPengukuhan itu dilakukan Sabtu lalu yang ditandai dengan lomba Sangrai Kopi Massal yang melibatkan 270 peserta
 
Iwan tercatat sebagai salah seorang penggagas acara yang tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri) ituSebelum mengikuti festival, para peserta diajari cara yang benar menyangrai kopi oleh IwanHal yang sama akan terus dilakukan terhadap para tamu yang bertandang ke sanggarnya
 
Sudah tidak terhitung tamu IwanTidak hanya dari Indonesia, tapi juga dari berbagai negaraKhusus tamu dari dalam negeri berasal dari kalangan ahli kopi, penikmat kopi, hingga pejabat tinggiMaklum, muspida Banyuwangi selalu mengajak para tamunya bersantai sambil menyeruput kopi di sanggar IwanTerakhir, sekitar sebulan lalu, tercatat Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Gatot Nurmantyo yang baru saja mengakhiri tugasnya di Jatim menyempatkan diri menikmati kopi suguhan Iwan

Sementara itu, tamu dari mancanegara terdiri atas wisatawan yang baru turun dari Kawah Ijen hingga beberapa owner pabrik kopi dari Jepang, Korea Selatan, serta PrancisBahkan, setelah melihat Iwan menyangrai kopi dengan gerabah dan ternyata rasanya sangat enak, seorang penulis spesial kopi dari AS, Kennit David, sampai membeli dua gerabahKareta takut pecah, gerabah itu tidak dia masukkan ke bagasiMelainkan, dia pangku mulai Bandara Changi, Singapura
 
"Sampai di Amerika, dia telepon, katanya satu gerabah yang dipangkunya mulai Singapura pecah, hahaha...," ungkap pengelola perkebunan Kalibendo, Banyuwangi, yang kopi robustanya menjadi juarai pertama nasional dalam kontes kopi nasional di Jakarta pada 15?16 November lalu tersebut(jpnn/c5/kum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Suami yang Positif HIV/AIDS, tapi Isteri dan Ketiga Anaknya Negatif


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler