Kebijakan Bagasi Berbayar Maskapai Ganggu Pariwisata, Hotel hingga UKM

Kamis, 14 Februari 2019 – 22:26 WIB
Demo tolak mahlanya harga tiket pesawat. Foto: batampos.co.id / cecepmulyana

jpnn.com, BATAM - Kebijakan bagasi berbayar dan tingginya harga tiket yang diterapkan sejumlah maskapai penerbangan tak hanya merugikan penumpang.

Akan tetapi menimbulkan efek domino bagi sektor lain, seperti pariwisata, perhotelan, hingga usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

BACA JUGA: Tiket Pesawat Mahal, Penumpang Pelni Naik 100 Persen

"Tingginya harga tiket dan adanya bagasi berbayar ini menurunkan jumlah penumpang pesawat dan menyebabkan pembatalan perjalanan wisatawan domestik ke Batam," ujar Irwandi Azhar yang tergabung dalam Forum Pelaku Pariwisata Kepri di DPRD Batam, Senin (11/2).

Diakui Irwandi, hingga periode kuartal pertama ini terhitung penurunan wisatwan domestik mencapai 50 persen. Begitu juga dengan dampaknya terhadap pelaku UKM, dimana pelaku usaha tersebut mengeluhkan penurunan omset hingga 65 persen. Dampak lainnya ialah terhadap tingkat hunian hotel di Batam, dimana juga terjadi penurunan yang mencapai 40 persen.

BACA JUGA: Di Hari Kasih Sayang, Garuda Indonesia Group Turunkan Tarif Tiket Pesawat

"Prediksi ini bisa kami dapatkan untuk periode kuartal April sampai Mei 2019," ungkap Irwandi.

Dia menambahkan, kebijakan bagasi berbayar dan tingginya harga tiket pesawat ini juga membuat banyak wisatawan domestik yang ingin berkunjung ke Batam melalui negara lain seperti Singapura dan Malaysia. Sehingga tren travel agen menjadi berubah. Mereka yang menukar jalur penerbangan ke luar negeri, penjemputannya dilakukan di Kuala Lumpur dan Malaysia.

BACA JUGA: Kapal Harus Bayar Pajak Antidumping, Pengusaha Shipyard Protes

"Ini yang sangat kita miriskan, sementara di satu sisi kita mempromosikan kedatangan tami itu ke Batam," tambahnya.

Di hadapan wakil rakyat Irwandi mengharapkan kebijakan ini ditinjau ulang. Ia juga meminta DPRD Batam selaku wakil rakyat Batam menyampaikan apa yang dirasakan pelaku usaha di Batam kepada pemerintah pusat.

"Harapan kami kebijakan tiket pesawat tinggi ini segera ditinjau kembali supaya sektor pariwisata kita bisa hidup kembali. Kita tau jika ini bisa berjalan dengan baik, perekonomian lain seperti UKM, hotel hingga industri hilir akan bangkit kembali," jelasnya.

Sementara itu Ketua Asita Kepri Andika Lim mengaku prihatin dengan tingginya harga tiket pesawat dan bagasi berbayar saat ini. Kondisi ini, kata dia, sangat memberatkan pelaku usaha kecil menengah dan terkesan tidak mendukung pariwisata. Dimana Presiden Joko Widodo sendiri menargetkan 20 juta wisman dan 272 juta wisatawan nusantara tahun 2019.

"Kami berharap pihak Airline mau mempertimbangkan kembali kedua hal tersebut, sehingga pariwisata Indonesia menjadi berkembang dan masyarakat di tempat daya tarik atau objek wisata bisa mendapatkan hasil UKM khususnya oleh-oleh," kata Andika.

Anggota Komisi II DPRD Batam Hendra Asman mengatakan, kebijakan bagasi berbayar sebagai bentuk disinsentif bagi industri pariwisata. Belum lagi dengan mahalnya harga bagasi tersebut diperburuk dengan kehadiran tiket pesawat yang relatif lebih mahal dari biasanya.

Sementara itu Ketua DPRD Batam Nuryanto di DPRD Batam berjanji akan menindaklanjuti apa yang menjadi keluhan pelaku usaha di Batam. Menurutnya, DPRD akan segera menyurati Gubernur Kepri untuk selanjutnya disampaikan kepada pemerintah pusat. "Kita merasakan efek dari kebijakan ini. Kita akan sampaikan ke pusat melalui gubernur. Memang harus ada gerakan bersama karena dampak multinya luar biasa," tegas Nuryanto.(leo)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KPPU Selidiki Dugaan Kartel Harga Tiket Pesawat


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler