Kebobrokan Rutan Pekanbaru Terungkap

Senin, 08 Mei 2017 – 14:54 WIB
Anggota Komisi III DPR Aboebakar Al Habsy. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Aboe Bakar Al Habsy mengatakan penangkapan pelarian para tahanan Rutan Sialang Bungkuk, Pekanbaru, kembali membuka fakta baru. Persoalan-persoalan yang muncul dari dalam rutan akhirnya diungkapkan para tahanan yang sudah tertangkap aparat di lapangan.

Menurut Aboe, dari video yang beredar terungkap banyak hal yang dikeluhkan para tahanan. Di antaranya waktu salat yang dipersulit.

BACA JUGA: Warga Diminta Bantu Tangkap Lagi Terpidana Sadis Yang Kabur

"Bahkan ada yang bilang dilarang, kalaupun dikasih waktu sudah lewat dari jadwal salat yang ada," kata Aboe, Senin (8/5).

Nah, Aboe mengatakan, ini merupakan persoalan serius. Dia menegaskan, Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham I Wayan Duaak perlu turun tangan untuk mengungkap apakah keterangan para napi yang kabur itu benar.

BACA JUGA: Bahaya! Terpidana Pembunuhan Sadis Itu Kabur dari Lapas Makassar

"Logikanya bisa masuk akal, jika kemudian mereka melarikan diri lantaran dipersulit untuk beribadah. Namun sekali lagi ini perlu dicek ulang," kata Aboe.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera itu menambahkan, persoalan kebebasan beribadah adalah faktor fundamental yang harus diberikan kepada warga binaan. Pada sisi lain, keberadaan mereka di lapas adalah sebagai warga binaan yang dalam proses memperbaiki diri. Seharusnya yang dilakukan adalah mengajak mereka untuk kembali mendekatkan diri dengan agama dan Tuhan.

BACA JUGA: Buseet, Rutan Ini Diisi 900 Tahanan, Padahal Daya Tampung Cuma…

“Bukan malah mempersulit mereka untuk beribadah," tegasnya.

Menurutnya, bila kesaksian para tahanan di depan polisi saat tertangkap ini benar, tentunya akan menjadi catatan penting dari Komisi III DPR.

Lebih lanjut dia mengatakan, penyebab lain kaburnya tahanan adalah dugaan maraknya pungutan liar. "Hal ini seperti yang dikeluhkan para keluarga napi," kata Aboe.

Menurut dia, ada informasi sekali kunjungan mereka dikenakan biaya Rp 25 ribu, kemudian uang mingguan Rp 10 ribu, uang air dan belum lagi kalau menitip makanan. "Jika tidak ada uang, informasinya makanan akan dibuang," sesalnya.

Belum lagi, tambah dia, kalau ada yang sakit perlu biaya lagi untuk memberikan obat kepada warga binaan. Ada juga uang kamar, jika ingin enak bayar antara Rp 3 hingga Rp 5 juta. "Kalau tak bayar bisa-bisa mereka tidur di toilet," paparnya.

Menurut Aboe, informasi ini juga harus ditanggapi secara serius oleh Dirjen Pas. Sebab, dia menyatakan, selama ini Dirjen Pas punya komitmen yang tinggi terhadap pemberantasan pungli. Selama ini sebagai mitra kerja, Komisi III selalu memberikan dukungan atas langkah pemberantasan pungli di lapas.

"Khusus untuk kasus Rutan Sialang bungkuk ini kami secara intens akan melakukan pengawasan, untuk memastikan bahwa langkah terbaik sudah diambil oleh Kemenkumham," pungkasnya.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Karutan Sialang Bungkuk Resmi Dinonaktifkan


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler