Akibat kehilangan potensi lifting sebanyak itu, Kepala BP Migas R Priyono pun mengaku bahwa memang akan sulit memenuhi target lifting 2010 sebesar 965 ribu bph
BACA JUGA: Seminggu, PLN Catatkan Lebih Sejuta Sambungan Baru
"Ya, memang agak susah mencapainya (lifting)BACA JUGA: Kebijakan Ekspor Dinilai Ancam Industri Nasional
Potensi yang hilang karena kebocoran itu jumlahnya sekitar 160 ribu barel per hariMeski kebocoran kini sudah mulai dapat teratasi, namun yang sudah terjadi beberapa minggu ini, kata Priyono pula, telah membuat stok lifting tidak sesuai dengan target
BACA JUGA: India Jajaki Pabrik Pupuk
"Tapi, kita akan terus berupaya semaksimal mungkin, agar seluruh target bisa tercapaiAsalkan mendapat dukungan dari semua pihak," katanya lagi.Sementara itu sebelumnya, Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Evita Herawati Legowo, juga sempat mengatakan bahwa kebocoran di PT TGI mengganggu target lifting minyak 2010Meski produksi PT Chevron sendiri menunjukkan trend positif, namun Evita mengatakan tetap saja produksi belum stabilSaat ini katanya, produksi minyak nasional baru mencapai 951 ribu bph, sementara produksi PT Chevron sendiri baru mencapai 360 ribu bph, atau turun sekitar 20 ribu barel dari produksi normalnya.
Sedangkan BP Migas mencatat, rata-rata produksi minyak nasional hingga 26 Oktober 2010 mencapai 950.705 bphSedangkan produksi minyak sepanjang bulan Oktober, adalah sebesar 889.949 bphSementara disampaikan pula, untuk produksi gas nasional sepanjang tahun ini mencapai 8.899 juta MMSCFD, sedangkan produksi gas pada bulan Oktober adalah sebanyak 8.904 MMSCFD.
Sementara itu, Menko Perekonomian Hatta Radjasa, juga ikut membenarkan kemungkinan tak tercapainya target lifting minyak akibat kejadian di Riau tersebut"Saya sudah mendapatkan laporan soal kebocoran pipa gas, yang mengganggu proses eksploitasi minyak Chevron di RiauAkibatnya, gas yang ada tidak terpasok dan Chevron tidak bisa melakukan pengeboran minyak dengan sistem steam flood (pemanasan dari dalam sumur minyak)," kata Hatta pula kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (3/11).
Dari laporan yang ada, Hatta menjelaskan bahwa per hari-nya akibat kebocoran tersebut, tercatat telah terjadi penurunan produksi sekitar 150.000 barelSehingga katanya, terhitung selama 15 hari, total produksi yang gagal dilakukan adalah sekitar 2,4 juta barelJika angka itu dibagi 360 hari, maka rata-rata penurunan produksi minyak mentah mencapai sekitar 7.000 bph.
"Kami memang belum dapat memperkirakan berapa total akhir penurunan lifting di akhir tahunNamun, kami memastikan ada dampak langsung pada penurunan lifting dan pada penerimaan negaraIni (juga) tergantung dari harga jual ICP (harga minyak mentah Indonesia)," ungkap Hatta lagi.
Dijelaskan Hatta, secara umum produksi PT Chevron memang terganggu akibat insiden bocornya pipa gas PT TGI di Kabupaten Inhu ituSebab, pipa PT TGI menyalurkan gas dari lapangan gas Grissik di Palembang, Sumatera Selatan, ke lapangan Duri di Kabupaten Bengkalis, RiauPasokan gas itu dibutuhkan untuk penghematan pengadaan pembangkit energi listrik, dalam melakukan injeksi uap steamflood pada 4.200 sumur PT CPI di lapangan Duri.
"Chevron itu menyumbang hampir 50 persen dari total produksi nasionalSekarang itu saja, hampir 500 ribu (bph) dari target 960 ribu bphDulu bahkan pernah 850 ribuKarenanya, harus segera dihitung dampaknya," kata Hatta pula.
Seperti telah diberitakan, saat kebocoran terjadi, pipa gas perusahaan patungan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) dengan PT Transasia Pipeline Commpany Pvt Ltd tersebut, menimbulkan semburan gas setinggi 10 meter dan lubang berkedalaman lima meter, dengan diameter sekitar 14 meterSemburan juga membuat kebun karet di sekitar lokasi rusakAkibatnya, dari peristiwa tersebut, tim tanggap darurat PT TGI dibantu pemerintah dan kepolisian setempat, harus langsung mengevakuasi 165 keluarga atau sekitar 450 jiwa penduduk sekitar, menuju ke tempat yang lebih aman(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jatah Pemda di Inalum Belum Jelas
Redaktur : Tim Redaksi