jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terus memenuhi kebutuhan kedelai.
Namun, pengembangan kedelai lokal terhambat oleh alih fungsi lahan di daerah potensial.
BACA JUGA: Kementan Sebut Program Food Estate di Wonosobo Hasilkan Bawang Merah 12,3 Ton
Selain itu, persaingan penggunaan lahan dengan komoditas pangan strategis lain.
Kementan, menurut Direktur Aneka Kacang dan Umbi Yuris Tiyanto, tahun ini akan memfasilitasi pengembangan kedelai seluas 52 ribu hektare yang tersebar di 16 daerah.
BACA JUGA: Bantu Stabilkan Harga, Kementan Bakal Serap Telur dari Peternak Rakyat
"Sebanyak 16 daerah tersebut adalah Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, Riau, Jambi, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali, Kalsel, Sulteng, Sultra, dan Sulbar,'' kata Yuris pada Senin (21/2).
Selain itu, pihaknya mengajak peran off taker sebagai avalis pembiayaan.
BACA JUGA: Kementan Manfaatkan Teknologi Radiasi Sinar Gamma untuk Genjot Produksi Porang
''Menggandeng off taker dimungkinkan menjadi penjamin untuk pembiayaan KUR dan sekaligus pemasaran hasil petani kedelai," ungkapnya.
Penanaman kedelai seluas 52 ribu hektare akan dijadikan benih pada luas 30 ribu hektare dengan produktivitas benih 1 ton per hektare dan menghasilkan 30 ribu ton yang selanjutnya digunakan untuk area tanam dengan menggunakan anggaran non-APBN.
Produktivitas kedelai yang dihasilkan diharapkan mencapai 1,7 ton per hektare sehingga kedelai yang dihasilkan pada 2022 diharapkan mencapai 1.040.000 ton atau senilai Rp 8,44 triliun dengan harga kedelai konsumsi Rp 8.500 per kilogram.
Sebagai informasi, produksi kedelai dalam negeri kurang dari 1 juta ton per tahun, sedangkan kebutuhan kedelai per tahun rata-rata mencapai 2 juta ton.
Untuk mencukupinya, didatangkan kedelai dari luar negeri yang sebagian besar merupakan kedelai hasil rekayasa genetika (GMO).
Karena itu, Yuris mendorong petani untuk kembali menanam kedelai di sentra produksi kedelai. Dia berharap produktivitas bisa meningkat.
"Selama ini, kuncinya ada di ketersediaan benih. Dengan pengawalan ketat, akan dilakukan tanam di lahan kering dan sebagian tumpang sisip dengan jagung, tebu, dan kelapa sawit sebelum 4 empat tahun," tandasnya. (mrk/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi