jpnn.com - Deal nuklir Iran yang diiringi pencabutan sanksi membuat Arab Saudi dan negara-negara lain di Timur Tengah waswas. Sebab, kekuatan dan pengaruh Iran di wilayah Timur Tengah akan menguat. Terlebih, bukan rahasia lagi bahwa selama ini Iran dan Arab Saudi kerap bermusuhan. Hubungan kedua negara meruncing saat Arab Saudi menggempur militan Syiah Houthi yang didukung Iran di Yaman.
-----
BACA JUGA: Kisah Kedekatan Kru AirAsia Pendamping Keluarga Korban QZ8501
KETIDAKSUKAAN Arab Saudi terhadap kesepakatan nuklir Iran ini terlihat sangat jelas. Mereka takut Amerika Serikat (AS) yang selama ini menjadi sekutu mereka akan berpaling ke Iran. Sebab, sama dengan Arab Saudi, Iran merupakan penghasil minyak yang cukup besar. Dengan kata lain, daya tawar Iran untuk menjadi sekutu AS nanti sama besar dengan Arab Saudi.
Pemerintah Arab Saudi kian gusar setelah mantan kepala intelijen mereka, Pangeran Turki al-Faisal, awal bulan ini memperingatkan bahwa hubungan Iran dan AS telah mendekati kesempurnaan.
Mantan Duta Besar Inggris di Riyadh Sir William Patey pun mengungkapkan, para petinggi di Saudi takut bahwa dengan adanya kesepakatan nuklir Iran ini, negara-negara teluk akan kembali ke era sebelum Revolusi Iran pada 1979. Saat itu AS lebih memilih bersekutu dengan Iran.
BACA JUGA: Kenangan Kru AirAsia yang Menjadi Pendamping Keluarga Korban QZ8501
"Terkait dengan isu nuklir ini, Arab Saudi mengalami dilema. Mereka tidak ingin Iran menjadi salah satu negara yang memiliki kekuatan nuklir. Namun, di sisi lain mereka tidak ingin terpaksa membuat keputusan sulit (terkait dengan hubungan dengan AS dan Iran, Red)," ujarnya.
Selama bertahun-tahun, membatasi ambisi nuklir Iran merupakan agenda utama bagi negara-negara Sunni di Timur Tengah. Sebab, selain masalah nuklir, mereka lebih mengkhawatirkan meluasnya pengaruh Syiah karena eskpansi kekuatan Iran.
BACA JUGA: Mengenal Trio Paramita, Tiga Bersaudara Gemologist Indonesia
Negara-negara Sunni di Jazirah Arab takut Iran akan menjadi negara besar dan mengancam keamanan. Selama ini, perbedaan sektarian antara Sunni dan Syiah di Timur Tengah memang kuat. UEA dan Arab Saudi adalah negara dengan mayoritas Sunni, sedangkan mayoritas penduduk Iran Syiah. Saat ini empat negara di Timur Tengah mengalami perang sektarian. Yaitu, Iraq, Syria, Lebanon, dan Yaman.
Tidak seperti Israel yang mengungkapkan ketidaksukaannya secara blak-blakan, Arab Saudi memilih cara yang lebih halus. Duta Besar Arab Saudi untuk AS Adel Jubeir memilih tidak mengeluarkan kritikan apa pun sebelum kesepakatan benar-benar final. Jika dibandingkan jalan konfrontasi dengan sekutunya, AS, pemerintah Saudi memilih untuk lebih menguatkan persatuan di negara-negara teluk.
Sayangnya, tidak mudah melakukan hal itu. Oman dan Qatar lebih memilih berada di sisi Iran. Oman selama ini menjadi mediator antara Iran dan AS. Sementara itu, Qatar sejak awal jelas-jelas mendukung Tehran.
Karena merasa begitu terancam dengan Iran, ada kabar yang berembus bahwa saat ini Arab Saudi berusaha mencari cara untuk membuat senjata nuklirnya sendiri. Namun, hal itu ditepis mentah-mentah oleh Jubeir.
Terkait dengan persenjataan, selama ini Arab Saudi memang tidak terlalu buruk. Tetapi, mereka juga tidak terlalu canggih.
Serangan udara di Yaman oleh Arab Saudi juga diduga sebagai bagian dari ketakutan terhadap pengaruh Iran. Pengamat di Institut Internasional untuk Studi Strategis Emile Hokayem menjelaskan, ada tendensi dari negara-negara teluk untuk membesar-besarkan peranan Iran di Yaman.
Dengan begitu, mereka bisa melakukan serangan dan melemahkan penduduk Syiah di Yaman. Namun, di sisi lain, negara-negara Barat yang mulai berpaling ke Iran cenderung mengecilkan peranan Iran di negara yang tengah konflik tersebut.
Pemerintah AS telah menangkap gelagat keresahan sekutunya. Kamis lalu (2/4) Presiden AS Barack Obama menelepon Raja Arab Saudi Salman untuk menegaskan lagi komitmen AS terhadap sekutunya di teluk. Obama akan mengundang enam negara teluk, yaitu Arab Saudi, UEA, Qatar, Bahrain, Kuwait, dan Oman ke Kamp David beberapa minggu ke depan untuk membicarakan masalah keamanan. (The Wall Street Journal/ Aljazeera/sha/c19/ami/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gong Home, Pabrik Alat Musik Tradisional Tujuh Turunan
Redaktur : Tim Redaksi