Kejar Pembangunan 2.200 Homestay di Mandalika

Kamis, 09 Februari 2017 – 10:59 WIB
Arief Yahya. Foto: JPNN

jpnn.com - jpnn.com - Mandalika, Lombok, sebagai destinasi yang sedang dipersiapkan menjadi 10 Bali Baru terus berupaya mempercantik diri.

Dengan kawalan Kementerian Pariwisata, pada triwulan I 2017 Mandalika tengah berupaya menggenjot pengadaan homestay.

BACA JUGA: DPD Usul Gerakan Wisata Murah ke Indonesia

Sebanyak 2.200 kamar homestay bakal siap dibangun di Mandalika untuk mengejar target 20 juta wisatawan.

“Sebanyak 2.200 kamar menjadi target capaian di 2017. Langkah awalnya, akan digelar Focus Group Discussion (FGD) Homestay pada 13-15 Februari 2017. Sekitar 50 peserta dari berbagai elemen akan kami undang, termasuk 13 perwakilan masing-masing desa wisata dan potensial homestay,” terang Ketua Pokja Percepatan 10 Top Destinasi Prioritas Kemenpar Hiramsyah Sambudy Thaib, yang didampingi PIC Mandalika Taufan R.

BACA JUGA: Pariwisata Peringkat Ke-4 Penyumbang Devisa Nasional

FGD itu penting untuk mensosialisasikan secara langsung detail program Homestay Desa Wisata yang sedang digarap Kemenpar bersama Kemen-PUPR, Kemendes, dan BUMN yang bersama-sama membangun amenitas di Lombok. FGD juga dimaksudkan untuk menjelaskan "sharing economy" yang menjadi salah satu program prioritas Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Dalam pengembangan destinasi pariwisata, Menpar Arief Yahya menggunakan rumus 3A, yakni Atraksi, Akses, Amenitas. Khusus Amenitas, lebih banyak dikerjakan oleh private sector, swasta dan masyarakat. Hotel, resort, restoran, convention, cafe dan lainnya lebih ke pihak swasta.

BACA JUGA: Kembangkan Wisata Bahari, Kemenpar Gandeng KKP

"Homestay Desa Wisata untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat, agar mereka tidak hanya menjadi penonton dalam skema industri pariwisata. Mereka juga menjadi subjek bagi destinasi itu sendiri," ujar Mantan Dirut PT Telkom yang asli Banyuwangi Jawa Timur ini.

Mengejar jumlah amenitas dengan homestay ini urgen bagi destinasi wisata di tanah air.

"Homestay itu solusi paling cepat, masif, ekonomis dan memberi lapangan kerja bagi masyarakat. Hotel berbintang tetap didorong, tetapi membangun hotel itu butuh waktu lama. Bisa lebih dari tiga tahun, dan kapasitasnya terbatas,” urai Taufan.

Melalui konsep Homestay Desa Wisata ini, Kemenpar ingin menjadikan pariwisata sebagai sebuah basic needs.

“Untuk itu harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Nah, untuk mewujudkan accomodation yang murah dan mudah kita harus melakukan terobosan dengan membangun sebanyak mungkin homestay (rumah wisata) di desa-desa wisata. Termasuk Mandalika,” timpal Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kemenpar Hiramsyah S Thaib.

Apakah bisa dijamin tidak mahal? Jawabannya sangat bisa. Biayanya bakal sangat murah. Seluruh harga penyewaan homestay bisa sangat terjangkau karena dikelola secara mandiri oleh masyarakat.

“Dan dijamin mudah karena wisatawan dari seluruh dunia bisa mengakses informasinya melalui Indonesia Tourism Exchange (ITX). Platfom selling-nya sudah disiapkan ITX yang diendors oleh Kemenpar. Kita bahkan berambisi untuk memposisikan Indonesia sebagai negara yang memiliki homestay terbanyak di dunia,” ucap Hiramsyah.

Dan yang lebih penting lagi, pengembangan homestay di Mandalika dan di ’10 Bali Baru’ lainnya akan menghasilkan sharing economy untuk membangun community based di sektor pariwisata.

Dengan benefit yang diperoleh, menjaga ekosistem dan hospitality, masyarakat di sekitar destinasi wisata bisa menghidupkan tradisi dan budaya yang akan menjadi atraksi baru.

Lokasi idealnya? Ada di desa-desa penyangga di sekitar Mandalika. “Untuk desa wisata sendiri, targetnya 6-8 desa di sekitar Lombok Tengah. Radiusnya 5-15 km dari Mandalika,” ujar Taufan.

Taufan mengakui jumlah peminat homestay semakin tinggi. Penginapan berasitektur lokal ini menjadi favorit bagi para wisman yang berkunjung.

"Kami terus bergerilya untuk memenuhi target 2.200 unit room homestay tahun ini di sekitar Mandalika," ujar Taufan.

Selain menggeber homestay, masalah pengelolaan sampah juga ikut dibidik Taufan. Dia telah berkomunikasi dengan Bupati dan Kepala Dinas Pariwisata Lombok Tengah untuk menaruh atensi besar pada sanitasi dan higienitas.

"Sudah saya sampaikan masalah toilet agar Pemda Lombok Tengah membenahi fasilitas di Desa Sade, salah satu desa wisata di Mandalika yang ramai dikunjungi," paparnya. (jos/jpnn)                        

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bali Masih Jadi Idola Turis Jepang


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler