Kejar Pertumbuhan Ekonomi, Indonesia Waspadai 3 Kebijakan AS

Senin, 25 Desember 2017 – 19:11 WIB
Sri Mulyani (tengah). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah cukup optimistis dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi di angka 5,4 persen.

Proyeksi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan prediksi beberapa lembaga keuangan global seperti Dana Moneter Internsional (IMF) dan Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan di angka 5,3 persen.

BACA JUGA: Korea Utara: Amerika Serikat Kriminal

Untuk mencapai target tersebut, pemerintah harus mewaspadai sejumlah risiko, baik dari internal maupun eksternal.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan, berbagai faktor eksternal diprediksi berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia pada 2018.

BACA JUGA: Pemerintah Kebut Penyelesaian Proyek Jelang IMF-World Bank

Misalnya, beberapa kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dan ketidakpastian global lainnya.

”Tentu kami lihat beberapa faktor yang membayangi risiko yang kami perkirakan masih akan berjalan di 2018,” paparnya.

BACA JUGA: Fitch Naikkan Peringkat Surat Utang Indonesia Jadi BBB

Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu menyebutkan sejumlah risiko global tersebut.

Di antaranya, pengumuman ketua baru The Federal Reserve (The Fed), arah kebijakan kenaikan The Fed di tahun depan, serta kebijakan fiskal tax reform AS.

Jika kebijakan moneter AS berhasil, inflasi yang terjadi akan mengerek kenaikan suku bunga dunia pada tahun depan.

”Dengan berbagai arah kebijakan di AS, baik fiskal ataupun moneter, kami perlu lihat pengaruhnya ke separo pengelolaan ekonomi Indonesia di APBN dan pembiayaan ekonomi kita,” tuturnya.

Selain itu, lanjut Sri Mulyani, langkah perceraian Inggris dari Uni Eropa atau Brexit serta situasi geopolitik di Timur Tengah diperkirakan masih akan membayangi perekonomian global.

Hal itu juga akan berdampak secara tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Meski begitu, pemerintah tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan bisa mencapai target.

Optimisme tersebut didasarkan pada sejumlah faktor domestik seperti kenaikan investasi tujuh persen dan angka ekspor yang double-digit di kuartal ketiga 2017. Kedua komponen tersebut diproyeksi mendongkrak pertumbuhan tahun depan.

Selain itu, penyelenggaraan pilkada 2018,  kampanye Pilpres 2019, serta event Asian Games dan forum IMF-World Bank akan mendorong pertumbuhan konsumsi pada tahun depan.

”Tahun depan konsumsi bisa tumbuh lima persen dan ekspor tumbuh lebih tinggi di 2018,” katanya.  (ken/c21/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jenderal Pembantai Rohingya Masuk Blacklist Amerika


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler