jpnn.com, ACEH - Wakil Ketua MPR Mahyudin memberi kejutan saat membuka Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kerjasama dengan Perhimpunan Anak Konstitusi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), di aula Unsyiah, Banda Aceh, Selasa (17/10).
Saat memberi sambutan, politikus Golkar itu menantang mahasiswa yang merupakan peserta sosialisasi untuk menghafal pembukaan Undang Undang Dasar 1945.
BACA JUGA: Lemkaji MPR: DPD Perlu Diperkuat
“Kayak mesin ketik, melompat-lompat hafalannya,” kata Mahyudin saat mendengar salah seorang mahasiswi yang tidak lancar melafalkan pembukaan UUD 1945.
BACA JUGA: Mahyudin: Boleh Saja Membentuk Densus Antikorupsi
Dilanjutkan lagi ke mahasiswi berikutnya. Sampai ke orang ketiga, belum ada kriteria Mahyudin yang dianggap bisa secara sempurna menghafal.
Barulah pada peserta yang keempat dianggap bisa mengucapkan di luar kepala pembukaan UUD 1945.
BACA JUGA: Perlu Membangun Kesadaran Kolektif dan Rasa Nasionalisme
Saat itu juga, pria kelahiran Kalimantan Selatan, 8 Juni 1970 memberikan hadiah sebesar Rp 500 ribu.
Dia juga memberikan hadiah Rp 1 juta kepada hafiz yang melafalkan Alquran saat acara pembukaan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI.
Menurut Mahyudin, sosialiasi empat pilar yang digalakkan MPR RI merupakan rangkain untuk membumikan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR, Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bentuk negara dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyang negara.
“Perlu dibangun kesadaran dan rasa nasionalisme dalam diri masing-masing secara kuat untuk membangun bangsa serta menjadi sebuah kebanggaan agar kita bisa bisa berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Sosialisasi Empat Pilar MPR adalah salah satu upaya ke arah itu," kata Mahyudin.
Acara sosialiasi empat pilar dihadiri anggota MPR, Muslim (Fraksi Demokrat) dan Hetifah Saifuddin (Fraksi Golkar), termasuk Rektor Unsyiah Prof Dr Ir Samsul Rizal M Eng.
Sementara itu, Rektor Unsyiah Samsul mengatakan, sosialisasi empat pilar perlu digalakkan oleh MPR khususnya di Aceh. Apalagi kata dia, kota berjuluk serambi mekkah itu punya potensi ketersinggungan sejarah terhadap pilar negara.
Menurut Samsul, di lingkup universitas yang dipimpinnya, dia terus mendorong agar nilai-nilai Pancasila tetap tumbuh dan menjadi pegangan bagi kalangan akademisi. Salah satunya adalah, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan tetap menjadi mata kuliah dasar umum yang wajib bagi mahasiswa.
“Setelah reformasi, mata kuliah itu dihilangkan. Tapi kami di Unsyiah tetap mewajibkan. Kami juga melakukan sosialisasi empat pilar dengan melibatkan artis,” katanya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mahyudin: Saatnya Orang Malaysia Berobat ke Aceh
Redaktur : Tim Redaksi