Kekebalan Panji Gumilang & Kedok Intelijen

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Sabtu, 17 Juni 2023 – 21:42 WIB
Panji Gumilang. Foto: Antara

jpnn.com - Tidak banyak yang mengenal nama Abdussalam Rasyidi. Namun, banyak orang pasti tahu Panji Gumilang, atau paling tidak pernah mendengar namanya.

Panji Gumilang adalah nom de guerre atau pseudonim yang dipakai Abdussalam dalam aktivitas sehari-hari. Nama itu lebih ‘matching’ dengan gayanya yang penuh warna, penampilan khas peci hitam tinggi ala Bung Karno, dan dilengkapi kacamata hitam.

BACA JUGA: False Flag Rocky Gerung

Panji Gumilang -lahir pada 1946- menjadi sosok penuh kontroversi dalam waktu belakangan ini karena aktivitasnya sebagai pemimpin Ma’had Al-Zaytun yang kontroversial.

Salah satu yang viral adalah aktivitas salat Idulfitri yang tidak lazim karena posisi saf yang berbaris renggang ala militer. Ada seorang wanita di saf terdepan di belakang imam.

BACA JUGA: Kristen-Muhammadiyah, Kristen-NU, dan Kristen-Islam

Panji Gumilang mengajarkan salam Yahudi dan sering mengutip Kitab Taurat. Ia berencana membuat pesantren Kristen dan menyebut agama-agama Ibrahimi sebagai agama yang sama.

Kontoversi lainnya ialah membolehkan penebusan dosa besar -termasuk zina- dengan pembayaran denda dalam bentuk uang. Itu adalah serangkaian kontroversi yang belakangan ini viral.

BACA JUGA: Buya Hamka

Mereka yang kurang well-informed akan menyangka Panji Gumilang dengan segala kontroversinya adalah barang baru. Faktanya,  Panji Gumilang adalah stok lama dan semua kontroversi yang menyertainya juga barang lawas.

Era media sosial belakangan ini membuatnya viral di mana-mana. Salah satu video terpotong menggambarkan Panji Gumilang mengatakan bahwa dirinya komunis.

Tidak jelas konteks pembicaraan itu karena videonya tidak utuh. Dari potongan itu bisa diketahui bahwa dia bercerita mengenai kemajuan Tiongkok di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping, lalu menjelaskan negeri komunis itu untuk menjadi superpower baru menggantikan Amerika Serikat.

Dalam video itu disebutkan kebijakan Deng yang pragmatis dengan mengutip pernyataan yang terkenal ‘doesn’t matter whether the cat is black or white as long as it cathes mouse’ (tidak peduli kucing putih atau hitam yang penting bisa menangkap tikus).

Dari pragmatisme politik itulah Panji Gumilang kemudian menyebut dirinya sebagai komunis. Artinya, dia lebih memilih jalan pragmatis seperti Deng untuk mencapai kesejahteraan rakyat.

Panji Gumilang mungkin memuji Soeharto yang memakai pendekatan pragmatis dan bisa membawa kemajuan ekonomi Indonesia sebelum jatuh oleh krisis moneter 1998.

Sebenarnya tidak ada yang baru dari kontroversi Panji Gumilang. Ia mengajarkan kesamaan agama-agama Ibrahimi atau bahkan semua agama.

Ajaran itu selama ini dikenal sebagai teosofi yang sudah ada di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Dalam teori filsafat, paham kesamaan agama itu disebut sebagai filsafat perennial. Inti ajarannya ialah banyak jalan menuju satu Tuhan.

Ajaran ala Panji Gumilang sama saja dengan gerakan Islam liberal yang diperkenalkan oleh Ulil Abshar Abdalla pada 2001. Melalui melalui Jaringan Islam Liberal (JIL) yang berpusat di Utan Kayu, Jakarta, gerakan itu disokong penuh oleh Goenawan Mohamad.

JIL menjadi kontroversi besar sampai Ulil Abshar menjadi sasaran fatwa hukuman mati dan dihalalkan darahnya. Gerakan JIL yang ramai selama 10 tahun dan sekarang redup karena Ulil Abshar sudah insaf dan sekarang menekuni tasawuf dengan spesialisasi kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali.

Beberapa pengikutnya sudah mendapat jabatan sebagai komisari BUMN, bahkan ada juga yang menjadi dubes. Selebihnya ada yang menjadi caleg Partai Solidaritas Indonesia (PSI), seperti Ade Armando.

Isu-isu liberalisme Islam masih sering disuarakan berulang-ulang oleh Denny Siregar, Abu Janda, Eko Kuntadi, Habib Kribo, dan kelompoknya. Mereka tidak punya basis ilmu seperti yang dimiliki Ulil Absha sehingga argumen-argumennya dangkal, membosankan, dan tidak punya referensi.

Kontroversi jemaah wanita di saf depan yang terjadi di Pesantren Al-Zaytun adalah salah satu contoh dagangan lama kelompok Islam liberal. Isu ini sudah lama terjadi di Amerika Serikat dengan munculnya Amina Wadud, wanita muslim, yang menjadi imam dalam salat Jumat di masjid di New York dan Inggris pada 2005 dan 2008.

Tindakannya menimbulkan kontroversi dan protes dari kalangan muslim seluruh dunia. Akan tetapi, media Barat melindunginya atas nama kebebasan beragama, bahkan menjulukinya ’Lady Imam’ atau imam perempuan.

Pernyataan Panji Gumilang bahwa Al-Qur’an adalah ucapan Nabi Muhammad, bukan firman Allah, adalah dagangan lama yang sudah basi yang sering diungkapkan orang-orang liberal. Pandangan ini sudah lama muncul dalam khazanah pemikiran Islam sejak munculnya pemikiran muktazilah dan murji’ah pada abad kedua Hijriah.

Dua kelompok itu meyakini kebebasan akal manusia melebihi wahyu. Akal mendapat posisi yang lebih utama dibanding dengan wahyu.

Kelompok ini berpendapat bahwa Al-Qur’an bukan wahyu, melainkan suara moral Muhammad. Al-Qur’an bukan firman Allah, melainkan makhluk Allah, sama dengan makhluk ciptaan lainnya.

Ulil Abshar Abdalla dianggap sesat dan muncul fatwa darahnya halal dari seorang ulama. Namun, sampai sejauh ini tidak ada fatwa hukuman darah halal, atau hukuman mati, terhadap Panji Gumilang.

Sampai sejauh ini banyak yang memolisikan Panji Gumulang dengan tuduhan pelecehan agama. Namun, Panji Gumilang masih tetap aman.

Ada pula Pendeta Saifuddin Ibrahim yang menyebarkan ajaran yang sama dengan Panji Gumilang. Tersangka kasus penistaan agama itu pernah belajar dan mengajar di Al-Zaytun.

Saifuddin sekarang melarikan diri ke Amerika dan menjadi buron polisi. Masih banyak lagi yang dilaporkan karena pelecehan agama, tetapi Panji Gumilang tenang-tenang saja.

Ribuan orang melakukan unjuk rasa mengepung pesantren Al-Zaytun. Alih-alih mundur, Panji Gumilang malah mengusir pengunjuk rasa dan membentak-bentak polisi yang bertugas.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah menyatakan ajaran Al-Zaytun menyimpang. Namun, sampai saat ini belum ada tindakan kongkret terhadap Al-Zaytun maupun Panji Gumilang..

Analis intelijen Al-Chaidar menduga Panji Gumilang dan Pesantren Al-Zaytun adalah produk intelijen. Proyek ini sengaja didirikan di Indramayu sebagai ‘false flag’ atau bendera palsu untuk mengecoh kelompok Islamisme yang menghendaki berdirinya Negara Islam Indonesia (NII).

Gerakan NII dan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) berakar kuat di Indramayu dan beberapa wilayah di Jawa Barat. Wilayah itu merupakan stronghold atau wilayah kekuasaan S.M, Kartosoewirjo yang memberontak terhadap pemerintah Jakarta pada 1960-an.

Kartosoewirjo ditangkap dan dihukum mati. Akan tetapi, gagasannya tentang NII tetap hidup sampai sekarang.

Al-Zaytun disebut sebagai bendera palsu untuk mengecoh masyarakat yang mengira Panji Gumilang adalah penerus atau representasi Kartosoewirjo. Kabar yang beredar menyebutkan pesantren itu bisa menghimpun infak masyarakat miliaran rupiah dalam sehari.

Jika jumlah itu benar, berarti aspirasi terhadap NII di Jawa Barat masih sangat masif. Oleh karena itu, harus ada operasi intelijen untuk membelokkan dana itu supaya tidak menjadi bahaya laten.

Kontroversi Panji Gumilang tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Sangat mungkin, menjelang pemilihan presiden 2024 Panji Gumilang akan muncul dengan berbagai sikap dan pernyataan yang makin kontroversial. Kita tunggu.(***)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Presiden Porno


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler