"Ada upaya serius dari penulis untuk menggambarkan detail tentang lembaga-lembaga dan gedung resmi pemerintahan dalam novel iniMengacu pada spesifikasi novel yang kita persepsi selama ini, maka 'Hatinya Tertinggal di Gaza' secara tekstual tidak lagi bisa dikatakan sebagai novel," kata Eka Budianta, saat bedah novel "Hatinya Tertinggal di Gaza", di Pusat Dukomentasi Sastra HB Yasin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Jumat (6/5).
Kalau pihak-pihak tertkait dengan lembaga resmi yang digambarkan dalam novel tersebut tidak setuju, lanjut Eka Budianta, jelas akan menimbulkan perkara dan penulis bisa dituntut
BACA JUGA: Presiden dan Rombongan Sidak Persiapan KTT ASEAN
"Tapi terlepas dari itu semua, disamping penggambaran detail lembaga-lembaga resmi sebagai sebuah kelemahan, saya juga menempatkan penggambaran detail itu sebagai sebuah kekuatan baru dari karya Sastri Bakry ini," ujar Eka Budianta.Hal lain yang juga tidak kalah penting dari kehadiran novel ini adalah mendalami substansi kenapa dan untuk apa novel ini ditulis oleh Sastri
Kemampuan penulis dalam memaparkan detail setiap lembaga resmi tentu sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan perjalanan hidup Sastri Bakry yang luar biasa, termasuk pengalaman batin dan spiritual ditinggal suami.
"Hatinya Tertinggal di Gaza sekaligus menawarkan bagaimana semestinya seorang perempuan yang ditinggal suami untuk bisa menjalani kebelangsungan hidup yang masih panjang
BACA JUGA: Sidangkan Pilkada Kuansing, MK Digoyang Isu Suap
Mungkin, kalau Sastri Bakry tidak ditinggal suaminya (meninggal,red), agaknya novel ini tidak akan pernah selesaiDi tempat yang sama, analis sastra Leon Agusta menyebut 'Hatinya Tertinggal di Gaza' sebagai satu buku yang semuanya diproses dengan tergesa-gesa
BACA JUGA: Gayus Bakal Diadili Karena Suap Lagi
"Ini terkesan semuanya serba bergegas hingga nyaris menjadi buku, tapi uniknya karya Sastri Bakry lebih terang-benderang dibanding novel yang sesungguhnya dalam menggambarkan sesuatu," tutur Leon Agusta.Lebih lanjut dikatakannya, pengarang hanya hadir di draft awal ceritaTapi pada draft finishing, kekuatan dan kecirian pengarang teredusi"Mestinya, dalam sebuah novel yang terbilang baik, penulis harus selalu hadir secara utuh dan jangan hanya sampai di draft," tegas Leon Agusta(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Periksa Ahli IT, KY Disindir Ketua MA
Redaktur : Tim Redaksi