Kelas Menengah Rakus Impor

Jumat, 18 Oktober 2013 – 02:26 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Indonesia masih terkesima dengan populasi golongan penghasilan menengah (middle income) yang cukup besar. Namun di tengah fenomena itu, dampak positif terhadap perekonomian nasional belum tampak signifikan.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Kacung Marijan mengatakan, pihaknya baru saja menerima analisis dari Unesco terkait kelompok penghasilan menengah itu. Hasil analisis Unesco menyebutkan bahwa persentase belanja kelompok middle income tadi masih tertuju pada produk-produk impor.
     
"Idealnya untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional, belanjanya juga untuk produk-produk nasional," kata dia di Jakarta Kamis (17/10).

BACA JUGA: Ingatkan Pemda Harus Kompak Terkait Saham Inalum

Tetapi nyatanya, sekitar 75 persen belanja golongan berpenghasilan menengah itu dibelanjakan untuk produk-produk impor. Baik itu mulai produk sandang, pangan, maupun hiburan.
     
Kacung lantas menjelaskan, belanja barang-barang impor yang dibeli itu tidak terkecuali hiburan film. Dia menyebut konsumsi film-film impor di bioskop-bioskop nasional begitu besar. Padahal menurutnya, kualitas film asing juga ada yang lebih jelek dibandingkan film nasional.
    
Khusus, soal industri perfilman tadi, Kacung mengatakan pertumbuhannya masih sebatas pada sektor produksinya saja. Tetapi untuk tingkat konsumsinya masih belum meningkat signifikan. Industri film diperkiran masih terus tumbuh di tengan jumlah penonton yang belum besar. Penyebabnya adalah film-film nasional banyak yang diproduksi dengan budget murah.
     
Guru besar Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu mengatakan, kecenderungan atau budaya konsumsi masyarakat berpenghasilan menengah itu harus diedukasi. Dengan demikian bisa diarahkan untuk dibelanjakan produk-produk nasional, sehingga berkontribusi nyata untuk perekonomian Indonesia. "Karena saya membidangi perfilman, kami mengedukasi untuk lebih mengapresiasi film nasional," katanya.

Dengan apresiasi yang tinggi, yakni dalam bentuk menonton film nasional di bioskop, bisa meningkatkan kualitas perfilman nasional. Kacung mengatakan sebagai upaya awal mereka terus menjalankan program Apresiasi Film Indonesia (AFI).

BACA JUGA: DPR Soroti Rencana Pemprov Libatkan Swasta Urus Inalum

Kacung menegaskan potensi belanja di bidang kebudayaan, seperti film dan karya seni lain di Indonesia bergerak naik. Dia mengatakan rata-rata setiap individu penduduk Indonesia menghabiskan 9 persen penghasilannya untuk berbelanja produk-produk kebudayaan. "Sayang jika potensi ekonomi itu lepas ke produk asing semuanya," paparnya.(wan)

 

BACA JUGA: Dahlan Iskan Pertanyakan Nasib RFID Pengendali BBM Subsidi

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan tak Persoalkan jika Inalum Dikelola Menkeu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler