Sebuah perusahaan Australia akan membantu pengembangan "senjata mesin berantai" jenis untuk Uni Emirat Arab (UEA), yang memicu kekhawatiran dari kelompok hak asasi manusia. Electro Optic Systems akan memproduksi persenjataan baru buat UEA yang dituduh terlibat kejahatan perang di Yaman Human Rights Watch menyebut perjanjian ini sangat mengkhawatirkan Departemen Pertahanan menolak untuk menjawab apakah pihaknya telah memeriksa perjanjian ini tak melanggar aturan

Bulan lalu, perusahaan bernama Electro Optic Systems (EOS) menandatangani perjanjian dengan Dana Pengembangan Strategis (SDF) Tawazun UEA, untuk membuat senjata berteknologi tinggi tersebut.

BACA JUGA: Hidangan Laut Mana yang Mengandung Mikroplastik dan Apakah Berbahaya?

EOS merupakan perusahaan patungan yang akan memproduksi sistem persenjataan yang sangat mematikan.

Pasalnya, senjata ini dirancang dengan bobot lebih ringan, akurasi lebih baik, kemungkinan macet lebih rendah, pengurangan hentakan dan peningkatan dukungan logistik.

BACA JUGA: Curahan Hati Ratu Elizabeth Setelah Mendengar Tuduhan Rasisme dari Meghan dan Harry

Menanggapi hal ini, Elaine Pearson, Direktur Human Rights Watch Australia menyebut perjanjian ini sangat mengkhawatirkan.

"UEA merupakan negara paling menonjol dari koalisi pimpinan Arab Saudi dalam perang di Yaman, yang telah melakukan kejahatan perang dengan impunitas," katanya kepada ABC.

BACA JUGA: Malaysia Siap Lawan Kelompok HAM di Pengadilan

"Seharusnya tidak boleh ada perusahaan Australia yang mentransfer senjata ke UEA," ujarnya.

"Mereka juga tidak boleh terlibat dalam usaha patungan dengan lembaga Pemerintah UEA untuk memproduksi senjata karena keterlibatan mereka dalam pelanggaran perang di Yaman," kata Elaine.

Pasar senjata di Timur Tengah dianggap penting dalam upaya Pemerintah Australia menjadikan negaranya sebagai 10 eksportir pertahanan global teratas. Departemen Pertahanan Australia menolak untuk menjelaskan apakah pihaknya telah mmeriksa penjualan senjata oleh EOS tidak melanggar aturan.

Supplied

Departemen Pertahanan Australia menolak menjelaskan apakah pihaknya secara resmi memeriksa perjanjian antara EOS dan UEA untuk memastikan tidak melanggar aturan perjanjian Australia.

"Pasokan teknologi yang dikendalikan dari Australia ke entitas lain di luar Australia memerlukan izin kecuali ada pengecualian legislatif," kata juru bicara Departemen Pertahanan kepada ABC.

"Departemen Pertahanan tidak mengomentari permohonan atau izin ekspor individu untuk melindungi informasi dan peluang perusahaan yang sensitif secara komersial," jelasnya.

ABC berupaya menghubungi EOS untuk menanyakan hal ini, namun tidak berhasil.

Tapi Direktur utama EOS Ben Greene diketahui telah mempromosikan kesepakatan tersebut di UEA.

"Peran global EOS sebagai integrator sistem dan pemimpin teknologi dalam sistem tempur jarak jauh akan sangat mendukung pengembangan produk teknologi maju bidang pertahanan di UEA," ujar Ben bulan Februari lalu.

Di tahun 2019, ABC mengungkapkan EOS menjual sistem senjata jarak jauh generasi baru yang dikembangkan secara lokal, langsung ke pihak Angkatan Bersenjata UEA setelah diberikan lisensi ekspor oleh Departemen Pertahanan Australia.

Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inggris Terbelah Menanggapi Tuduhan Rasisme Meghan Markle kepada Kerajaan

Berita Terkait