Bom yang mengguncang dua hotel mewah di Jakarta Jumat lalu (17/7) menimbulkan trauma fisik dan psikis bagi mereka yang mengalamiBerikut pengakuan para korban yang kondisinya mulai membaik.
RAKA-AGUNG-ANGGIT, Jakarta
Restoran Airlangga adalah titik ledakan di Hotel Ritz-Carlton pada Jumat lalu (17/7)
BACA JUGA: Pesawat Rongsokan Disulap Jadi Hotel Wah
Seluruh ruangan luluh lantak dihajar bomBACA JUGA: Keakraban di Rumah Manohara setelah Kedatangan Reiner Noack-Pinot (2-Habis)
Beberapa barang berpindah tempatBACA JUGA: Ketika Ayah Manohara, Reiner Noack-Pinot, Kembali ke Tengah Keluarga (1)
Lantai dipenuhi serakan berbagai patahan kayu, besi, dan pecahan bendaYusuf Purnomo merupakan saksi mata sekaligus korban dalam peristiwa tersebutPegawai Restoran Airlangga Hotel Ritz-Carlton itu sedang bertugas saat bom meledak.Tubuh Yusuf termasuk salah satu yang diangkut ke Rumah Sakit Metropolitan Medical Center (MMC), Jakarta, dalam kondisi tak sadarkan diriSetelah dua hari pingsan, kemarin pagi sekitar pukul 10.00 dia siuman"Alhamdulillah, kondisi saya sudah jauh lebih baik," ujar Yusuf
Slang infus memang sudah tak terpasang lagi di tangannyaDengung di telinganya sudah berkurang dan sesak dadanya sudah tidak terlalu parahAyah dan ibunya yang setia menunggui juga sudah bisa tersenyum karena sang anak mulai sadarkan diriNamun, untuk bangun dari ranjang, lelaki kelahiran 12 Mei 1985 itu belum cukup kuatSegala aktivitas dilakukan sambil berbaring.
Dia mengatakan, tangan kanannya masih terasa ngiluSebab, serpihan besi tajam menembus hingga tulangKepala juga masih terasa pusing dan sakit"Seperti ada angin yang terus berputar di kepala saya," ujarnyaBegitu tersadar, yang dia minta pertama adalah koranDia ingin melihat bagaimana rupa terbaru tempatnya bekerja setelah terkena bomKemudian, dia menanyakan kabar rekan-rekan kerja, apakah semua baik-baik sajaSambil memperlihatkan foto headline sebuah koran, dia bercerita tentang kejadian di tempat kerjanya, Restoran Airlangga Hotel Ritz-CarltonSudah satu setengah tahun dia bekerja sebagai pramusaji di restoran tersebut.
Pagi itu Yusuf bekerja seperti biasaTak ada firasat atau sesuatu yang berbeda dengan hari lainBeberapa tamu juga mulai berdatanganSekitar pukul 07.40 terdengar suara ledakan sangat keras di Hotel JW Marriott, yang letaknya berhadapan agak ke kiri dari tempat Yusuf bekerjaSuara itu mengundang perhatian beberapa teman kerjanyaMereka pun berhamburan keluar menyaksikan peristiwa tersebutNamun, Yusuf tak mengikuti mereka"Banyak teman saya yang keluarMereka penasaran," ujarnya
Yusuf lebih memilih melanjutkan tugasnyaDia ingin mengambil peralatan makan di salah satu pojok restoran yang berjenjang ituNamun, baru menaiki dua anak tangga, sebuah bom meledak di restoran tempat dia bekerja"Ada empasan angin kenceng banget, dari depan, saya jatuh ke belakangTubuh saya menabrak pilarSuara ledakan itu sangat kerasSaya masih ingat, bom itu seperti meledak di depan saya," tutur Yusuf
Ledakan itu tak terjadi sekaliAda sekitar tiga hingga empat ledakan dalam rentetan yang cepat, seperti petasan direnteng"Suaranya kerasKuping saya sakit sekali," katanyaSaat itu dia tak berani bergerakKedua tangannya menutup kedua telinga, menahan suara bom yang menyakitkan gendang telingannyaKetika itu dia melihat serpihan material beterbangan di depan wajahnyaPlafon restoran berjatuhan, kaca pecah, dan beberapa benda lain berseliweran di depan mata
PasrahItulah yang dia lakukan ketika ituKarena rentetan suara tak berhenti, dia mengira bahwa seluruh tempat akan meledakDia pun tetap dudukSesaat kemudian, suara mulai berhenti, kupingnya terasa amat sakit seperti tertekan dari kanan dan kiriAsap mulai memenuhi ruangan"Baunya menyesakkan, seperti bau belerangNapas saya sesak waktu menghirup asap itu," ujar Yusuf
Setelah semua suara hilang, dia mencoba bangkit dan berjalanTapi, penglihatannya berkunang-kunangSegala sesuatu yang dia lihat menjadi duaDia menabrak beberapa mejaKepulan asap juga semakin tebalKarena itu, dia memutuskan untuk berjalan merangkakMelewati kolong-kolong meja restoranDia mendengar beberapa teriakan meminta tolong bersahut-sahutanTetapi, asap terlalu tebal sehingga tak melihat dari mana dan siap yang berteriak"Saya pikir, saya tidak pernah bisa keluarAsapnya tebal dan menyesakan napas," ujar Yusuf
Sambil merangkak, dia melihat serpihan bekas ledakan berceceran di lantaiBeberap kabel yang mengeluarkan percikan api dia lewati dengan hati-hatiMeskipun, pandangannya sudah tak bisa fokus lagi.Yusuf berusaha secepat mungkin bisa keluar dari tempat tersebutNamun, kondisi tubuh dan mata tak mengizinkanTubuh dirasakan semakin lemahSaat seperti itu, sekelebat orang berlari di depannyaKelebatan orang itulah yang membangkitkan semangatnyaDia berusaha bangkit dan berdiri dengan tenaga yang tersisaDia berlari mengikuti orang tersebutDan, berhasilSampai di luar, dia sempat terjatuh di hamparan rumput tak jauh dari pintu keluar hotel. Beberap orang kemudian mengangkat diaYusuf masih bisa melihatDalam kondisi pandangan bercabang, tubuhnya diangkat ke atas mobil patroli polisiSaat itu dia sudah kesulitan bernapas
Tak beberapa lama kemudian mobil itu tiba di Rumah Sakit MMC, KuninganBesi yang menembus tangannya langsung dioperasiSejak operasi itulah, dia tak sadarkan diri lagi dan baru kemarin matanya membuka dan bisa tersenyumDengan suara lirih, dia bercerita kepada orang-orang yang mengerubungi"Semua saudara dan teman-teman saya datang ke siniTapi, saya tidak bisa menyambut mereka kemarin," ujar Yusuf
Selain Yusuf, RS MMC masih merawat sembilan pasien korban bom lainnyaAntara lain, Oki Utomo, Reynadi Damanik, dan Yurika MartiningrumMereka bertiga adalah pegawai Bank Panin, Plaza Mutiara, yang lokasinya gandeng dengan JW Lounge dan Pub Tentakel JW Marriott, pusat ledakan.
Reynaldi yang bertugas sebagai sekuriti menerangkan bahwa dirinya, Oki, dan Yurika adalah korban bom pertama yang bisa tiba di RS MMC"Saya tidak tahu apa yang terjadi saat ituYang penting segera membawa yang terluka ke rumah sakit," ucap pria yang lukanya paling ringan di antara dua rekannya itu
Pria 25 tahun itu memperkirakan, ledakan bom tersebut tak jauh dari posisinya berdiri (antara JW Lounge dan Plaza Mutiara hanya dipisahkan kaca)"Saat itu saya tanya kepada Yurika, "jam berapa saya pulang kerja?Yurika menjawab jam 17.15Saat ngobrol itulah, bom meledakItu yang teringatSuaranya keras sekali," ungkapnya.
Mendengar ledakan, Reynaldi langsung berlari keluar gedung menyetop mobil yang melintasDia tak sadar bahwa saat itu tangannya berlumuran darahTahu yang mencegat berdara-darah, mobil pribadi yang dicegat tancap gas ketakutanTak berhasil mencegat mobil, Reynaldi tak putus asaKetika ada taksi lewat, dia langsung menyetopTaksi berhenti, dia kembali masuk ke kantor untuk menolong teman-temannyaSaat itu situasi di dalam gedung benar-benar kalutKondisi lantai satu porak-porandaSekuriti yang baru bekerja dua tahun itu berhasil menarik Oki dan Yurika dari dalam gedung, dan memasukkannya ke taksi.
Sopir taksi diminta untuk mengantarkan mereka secepatnya ke rumah sakit terdekatSaat taksi melaju, Reynaldi juga sempat menjumpai polisi yang berada di ujung Jalan Mega KuninganKebetulan motor polisi yang terparkir menghalangi jalan"Saya bilang, Pak, ada bom di MarriottTapi, polisi itu memindahkan motornya juga perlahanResponsnya kurang cepat," tambahnya
Sesampai di rumah sakit, ketiganya segera mendapat penangananLuka Oki yang paling parahDia mendapatkan 12 jahitan, yakni di kepala dan punggungMeski demikian, Oki masih bisa bercakap-cakap dengan setiap orang yang datang.Tante Oki, Elfrida, menyatakan bersyukur dengan kondisi dua sahabat karib tersebut"Saya amat bersyukur dengan kondisi mereka (Oki dan Reynaldi)," jelasnyaMenurut dia, kedua pria tersebut masih ingin bekerja di tempat semulaUntuk menghilangkan trauma, Oki dan Reynaldi juga ditawari di kantor cabang Bank Panin yang lain
Menurut Elfrida, selama mereka dirawat, sejumlah orang penting telah menjengukAntara lain, Presiden SBY dan Menko Polkam Widodo AS"Pak Presiden meminta kami bersabarSaya ingat pesannya, katanya, ada orang yang masih nggak punya hatiTapi, kita harus tetap sabar menghadapi ini," jelas Elfrida.SBY, kata Elfrida, sempat mengira Oki adalah suaminyaSebab, Efi mendampingi keponakannya dengan sabar"Saya bilang, "Pak, saya ini tantenya?," jelas wanita 39 tahun ituSaat berpamitan, melalui ajudannya, persiden menitipkan bantuan dana kepada ibunda Oki, Rince Rajagukguk, Rp 10 juta"Kami memberikan sepuluh persen bantuan itu untuk gereja di Cempaka Putih," ungkapnya"Kami memang tidak mengharap kejadian iniTapi, kami harus tetap berbagi kepada sesama," terangnya(nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sudah Jalan Tiga Jam, Bayi Keburu Lahir
Redaktur : Tim Redaksi