Keluarga Bergantian Cium Kening Amrozi-Mukhlas

Senin, 10 November 2008 – 08:49 WIB
LAMONGAN  - Wajah Ny Tariyem tampak tenangPuluhan anggota keluarga dan kerabat yang mendampingi ibu kandung Amrozi dan Mukhlas itu juga terdiam

BACA JUGA: Penurunan Harga BBM jadi Kosmetik Politik

Suasana sangat hening
Kalaupun terdengar suara ramai, itu tak lain teriakan takbir dari massa yang mengenakan ikat kepala bertulisan ''keluarga syuhada''

BACA JUGA: Setjen Parlemen Segera Disatukan

Mereka menjejali sepanjang gang menuju rumah Tariyem.

Saat itu jenazah Amrozi dan Mukhlas terbujur di keranda
Seluruh anggota keluarga mengerumuni keranda yang ditutup kain warna hijau itu

BACA JUGA: Menteri Koordinator Cukup Tiga

Satu per satu anggota keluarga mendapatkan kesempatan mengenali jasad Amrozi dan MukhlasGiliran pertama diberikan kepada TariyemJawa Pos yang melihat dari sebuah tempat melihat ibu tujuh anak itu tampak tegarTak ada tetes air mata mengalir dari perempuan lanjut usia itu

Setelah memandangi jasad dua anak kandungnya itu, giliran istri-istri Amrozi dan Mukhlas melakukan hal yang samaSebagian besar di antara mereka juga tampak tegarBeberapa di antara anggota keluarga mencium kening dua jenazah yang terbujur kaku dalam keranda ituBukan hanya istri dan anak-anak almarhum, sejumlah saudara kandung juga ikut mencium kening.

Yang tampak terlihat shock hanyalah Mahendra, anak almarhum Amrozi dari istri Siti RahmahMeski tidak menangis, pemuda 21 tahun itu terlihat tidak bisa menutupi rasa duka yang mendalamCukup lama Hendra -begitu dia dipanggil- memandangi wajah ayahnya

Padahal, sebelum jenazah Amrozi dan Mukhlas datang di rumah duka, Hendra tampak begitu tegasJawa Pos yang mendampingi Hendra ketika menunggu kepastian pengumuman eksekusi di teras rumah Tariyem sekitar pukul 01.00 masih melihat beberapa kali dia tertawa lepas''Baik-baik sajaSampeyan bagaimana kabarnya,'' tanya HendraKetika membesuk Amrozi cs di Nusakambangan pada 2006, Hendra juga ikut bersama anggota keluarga dengan disertai wartawan koran ini.

Saat disinggung wajahnya kini mirip Ariel Peterpan, dia pun tertawa''Peterpan opo, Mas? Sampeyan (Anda) bisa-bisa saja,'' katanyaDia lantas berkali-kali berusaha menghubungi beberapa orang untuk memastikan pelaksanaan eksekusi dari Nusakambangan.

Dia mengakui, dirinya agak gelisah karena duka ini bersamaan dengan kakeknya (mertua Amrozi) yang kini tergolek sakit di salah satu rumah sakit di Lamongan''Ndapak gak ngono, gak rodok judhek (Kalau tidak begitu, tidak sampai suntuk, Red),'' akunya

Cukup lama berbincang dengan Jawa Pos dini hari itu, akhirnya dia menerima kabar lewat ponsel bahwa bapaknya sudah dieksekusiBerita itu dia terima pukul 01.45Dia pun bergegas masuk ke rumah Tariyem untuk meneruskan kabar duka tersebutHendra tampak berbincang dengan Tariyem.

''Opo? Pada karo jawabanku disik (Apa? Sama dengan jawaban saya dulu, Red)Pasrah sajaKalau memang harus terjadi, mau apa lagi,'' jawabnya pagi kemarin ketika di tanya perasaannya atas kabar duka tersebut.

Karena sudah menjadi takdir, dia pun sekarang mengaku pasrah''Abi (demikian Mahendra memanggil Amrozi, Red) yang melakukan saja merasa tidak apa-apa, masak saya harus susahBahkan, sekarang ini Abi sudah senang karena mati syahid,'' imbuhnya.

Selama menanti kedatangan jenazah bapaknya, Hendra terlihat ikut sibukMengenakan kaus lengan panjang warna krem dipadu rompi hitam, kopiah hitam, dan kacamata trendi, dia ikut mempersiapkan segala sesuatunyaBerkali-kali dia melihat handphone karena kerap berbunyi.

Empat tahun lalu Hendra menyemir rambutnya dengan warna merahSeperti pemuda umumnya, dia juga suka merokokBahkan, saat membesuk Amrozi bersama Jawa Pos kala itu, Amrozi sempat tidak mengenali Hendra''Lho, iki sapa?'' celetuk Amrozi kala ituMaklum, sudah cukup lama tidak bertemu, Hendra sudah tumbuh tinggi.

Hendra kemarin juga terlihat ikut menenteng sebuah lipatan kain warna hitamTernyata, ketika diminta untuk membuka, kain itu bertulisan semangat dan ucapan terhadap Amrozi

Polisi-Massa Sempat Bentrok

Keinginan Tariyem agar Amrozi dan Ali Ghufron alias Mukhlas bisa segera pulang ke kampung halamannya di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan, terwujud kemarin (9/11)Hanya, kakak-adik itu pulang kampung dalam keadaan tidak bernyawa lagi setelah regu tembak Brimob mengeksekusi mati kedua terpidana bom Bali I tersebut

Helikopter yang mengangkut jenazah Amrozi dan Mukhlas mendarat di Lapangan Bulubrangsi, Laren, sekitar 4 km dari Tenggulun, pukul 08.45Ali Fauzi, adik Amrozi lain ibu, terlihat keluar dari helikopter.

Kedatangan jenazah Amrozi dan Mukhlas disambut Ustad Khozin, kakak kandung Amrozi, serta beberapa anggota keluarga yang lainTampak juga pengacara dari Tim Pengacara Muslim (TPM) Fahmi HBachmidDua ambulans dan kendaraan pengamanan juga sudah disiagakan sejak sehari sebelumnya

Begitu helikopter mendarat, dilakukan serah terima dua jenazah itu dari jajaran Muspida Lamongan kepada pihak keluargaJajaran muspida itu, antara lain, Kajari Lamongan Irnensif, Kapolres Lamongan AKBP Imam Sayuti, Bupati Masfuk, serta pejabat dari Depag dan MUI Lamongan

Setelah keluarga mengenali bahwa dua jenazah itu adalah Amrozi dan Mukhlas dengan membuka kain kafan penutup wajah, Ustad Khozin lantas menandatangani berita acara dengan disaksikan Kepala Desa Tenggulun Abu SholehDua keranda jenazah berwarna hijau itu lalu dimasukkan ke ambulans.

Iring-iringan mobil pembawa jenazah meluncur meraung-raung menuju ke rumah duka, yakni di rumah Tariyem, ibu kandung Amrozi dan MukhlasSepanjang perjalanan menuju rumah duka, polisi dari berbagai kesatuan terus mengawal iring-iringan tersebut.

Ketika dua ambulans yang mengangkut jenazah Amrozi dan Mukhlas hendak memasuki rumah duka, sempat terjadi bentrokPetugas kepolisian yang ingin ikut menerobos masuk ke gang rumah Tariyem ternyata dihadang para pendukung Amrozi-Mukhlas yang mengenakan ikat kepala bertulisan ''keluarga syuhada''.Adu fisik pun tidak terelakkanAksi saling dorong antara petugas kepolisian dan pendukung Amrozi-Mukhlas itu berlangsung cukup lama, sekitar 25 menitTidak terlihat ada korban yang sangat seriusNamun, dua anggota polisi mengalami lukaBeberapa anggota tubuhnya tampak memar dan mengeluarkan darahLuka itu gara-gara terkena lemparan helmAkibat insiden itu, polisi mengamankan seorang yang mengenakan jubah dan berjenggot.

Beberapa jurnalis juga terlihat ada yang terjatuh akibat kisruh saling dorong ituBeruntung, mereka yang terjatuh tidak sampai terinjakWarga yang menyaksikan kedatangan jenazah Amrozi dan Mukhlas semburat.

Pihak keluarga Amrozi sebetulnya sudah ada yang berusaha menenangkan suasanaNamun, aksi saling dorong masih terjadiAkhirnya, sekitar pukul 10.00, pasukan Brimob ditarik mundur dan digantikan personel samaptaSuasana pun kembali bisa dikendalikanSepanjang gang menuju rumah Tariyem, hanya anggota keluarga dan kerabat yang diizinkan masukJalan-jalan tikus pun dijaga ketat pria yang mengenakan ikat kepala ''keluarga syuhada''.

Setiba di rumah duka, pihak keluarga diberi kesempatan untuk memberikan penghormatan kepada dua jenazah ituDan, sesuai kesepakatan antara pihak keluarga dan kejari yang mewakili pemerintah, dua jenazah itu tidak dimandikan dan dikafani ulangSebab, Ali Fauzi sendiri yang memandikan dan mengafani jenazah di Nusakambangan dengan kain yang dibawa dari rumah.

Setelah itu, dua jenazah disalati di Masjid Baitul Muttaqin yang berada sekitar 25 meter dari rumah TariyemCukup lama pelaksanaan salat jenazahSebab, banyak sekali anggota keluarga dan kerabat yang bergantian menyalati.

Selepas salat Duhur, jenazah pun dibawa ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al Islam dengan tetap menggunakan dua ambulansJarak rumah duka dengan pondok sekitar 500 meterIring-iringan yang mengantar jenazah Amrozi dan Mukhlas tampak mengularSelain massa yang menggunakan ikat kepala ''keluarga syuhada'', banyak warga yang sekadar ingin menyaksikan prosesi itu

Di Ponpes Al Islam, anggota keluarga dan kerabat yang belum ikut salat jenazah kembali diberi kesempatanDan, sekitar pukul 15.10 WIB, jenazah Amrozi dan Mukhlas akhirnya dimakamkan di sebuah tanah lapang yang berada di sebelah makam Desa TenggulunPemakaman kedua terpidana mati bom Bali I itu dipimpin Abu Bakar Ba'asyir(hud/idi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Agus Condro Jadi Pahlawan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler