Keluarga Istana Bahrain pun Terbelah

Minggu, 20 Maret 2011 – 18:18 WIB
MANAMA - Di tengah situasi Bahrain yang terus memanas saat ini, keluarga Al Khalifa yang menjadi penguasa di negeri kerajaan tersebut ternyata tidak satu suaraPerpecahan di dalam keluarga kerajaan mulai muncul ke permukaan

BACA JUGA: Lokasi Kapal RI Belum Terdeteksi

Terutama dalam menyikapi unjuk rasa pendukung prodemokrasi atau anti pemerintah.

Sumber dekat keluarga kerajaan mengungkapkan kepada BBC bahwa Putra Mahkota Pangeran Salman bin Hamad bin Isa Al Khalifa, 41, tengah mencari jalan untuk mendekati para aktivis prodemokrasi dan mencari peluang untuk memulai dialog.

Sejauh ini koalisi kelompok agamais dan sekuler tetap menolak dialog apa pun dengan pemerintah sampai tuntutan utama mereka dipenuhi
Mereka menuntut kelompok mayoritas Syiah dilibatkan dalam mengelola pemerintahan

BACA JUGA: Istana Belum Terima Surat Kongres AS

Mereka juga minta sistem pemerintahan diubah menjadi parlementer di negeri kepulauan tersebut.

Pangeran Salman menawarkan sistem parlementer yang menitikberatkan pengelolaan pemerintah pada kekuasaan legislatif
Pemerintahan itu akan mewakili tuntutan rakyat sekaligus mengakhiri sistem politik satu partai yang selalu menempatkan mayoritas Syiah sebagai minoritas dalam parlemen.

Orang-orang di pemerintahan pun memahami adanya perpecahan di kalangan keluarga Al Khalifa

BACA JUGA: Loyalis Khadafi Tembak Jet Pemberontak

Putra sulung Raja Bahrain Syekh Hamad bin Isa Al Khalifa, 61, tersebut mewakili simbol moderat karena keinginannya untuk berdialog dengan demonstran.

Sebaliknya, paman sang raja, Pangeran Khalifah bin Salman Al Khalifa, 75, yang menjadi perdana menteri Bahrain selama lebih dari 40 tahun (sejak 1971) itu berada dalam kelompok "konservatif".

Karena itu, Syekh Hamad terjebak di tengah dua kutub ekstrem di pemerintahannya (keluarganya) tersebutPada satu sisi, raja yang berkuasa sejak 14 Februari 2002 (menggantikan sang ayah, Syekh Isa bin Salman Al Khalifa, yang wafat) tersebut telah mengizinkan putranya memegang peran penting dalam menangani krisis politik di BahrainNamun, ketika tanda-tanda solusi hampir saja dicapai, kubu konservatif langsung mengintervensi.

Beban Syekh Hamad sebagai penguasa tertinggi makin bertambah dengan tekanan dari luar negeriSalah satunya datang dari negara tetangganya, Arab SaudiDua pekan lalu, sumber dekat Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Pangeran Nayef di Kota Riyadh menyatakan bahwa Istana Saud tidak akan dengan mudah membiarkan dinasti Al Khalifa jatuh.

Kerajaan Saudi khawatir, jika pemerintahan Al Khalifa menyerah kepada gerakan demokrasi, pemerintahan akan dipimpin oleh kelompok Syiah (mayoritas)Tekanan serupa bisa menjalar ke Istana Saud, Arab Saudi, diskriminasi terhadap warga Syiah terjadi di provinsi timur negara tersebut.

Demonstrasi warga Syiah sudah pecah di beberapa wilayah Saudi meski pemerintah setempat melarangKehadiran pasukan Saudi di Bahrain mengonfirmasi bahwa dinasti Al Khalifa telah gagal menangani krisis politik di negara tersebut(cak/c10/dwi/ito/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fukushima Steril dari WNI


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler