JAKARTA - Keluarga Abdurrahman Wahid menerima keputusan pemerintah tak memasukkan nama presiden ke-4 RI tersebut ke dalam daftar pahlawan nasional tahun iniKeluarga yakin pemerintah punya alasan tersendiri
BACA JUGA: Chandra Hamzah, Siapkan Jawaban untuk Anak
"Keluarga menghormati dan legawa karena itu memang kewenangan pemerintah," ujar adik Gus Dur, Salahuddin Wahid (Gus Sholah), saat dihubungi kemarin (12/11)Dia menegaskan, sejak awal, usul pemberian gelar pahlawan nasional kepada Gus Dur itu tidak berasal dari keluarga
BACA JUGA: Gayus Raup Rp100 M dari Grup Bakrie
Namun, dari masukan dan pengajuan masyarakat melalui usul resmi Pemerintah Daerah Jawa TimurFraksi PKS yang mengusulkan gelar pahlawan bagi Soeharto juga bersikap sama
BACA JUGA: Ancam NIP Tak Keluar
Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta menyatakan, penetapan pahlawan kepada Soeharto maupun Gus Dur hanya masalah waktu"Kita sesuaikan dengan aturan saja," ujar AnisMenurut dia, bisa jadi ada ketentuan yang mengatur berapa tahun seseorang yang wafat bisa dianugerahi gelar pahlawanJadi, Anis yakin bahwa pemerintah tidak menolak usul gelar pahlawan kepada Soeharto"Nanti PKS akan mengingatkan pada waktunya," jelasnya
Di tempat terpisah, sejarawan Hermawan Sulistyo mendukung keputusan tak memberikan gelar pahlawan nasional kepada Presiden ke-2 RI SoehartoBagi dia, penguasa era Orde Baru tersebut tak pantas menerimanya
"Kalau ingat Pak Harto, aduh sudah lahDulu, tembok dan ruang kelas bisa bicara, orang bisa dengan mudah ditangkap kapan saja," ujar Hermawan saat diskusi bertema kepahlawanan di gedung DPD, Senayan, Jakarta, kemarinBelum lagi, lanjut dia, korupsi sistemis yang terus berkembang sejak pemerintahan Orde Baru berkuasa hingga saat ini.
Dia pun menyatakan heran atas pendeknya ingatan masyarakat Indonesia atas hal-hal tersebutSampai-sampai, mereka mengusulkan agar presiden yang berkuasa selama 32 tahun itu dinobatkan sebagai pahlawan nasional"Kalau 1982, Soeharto jadi pahlawan boleh lah, tapi saat ini tidak," tegasnya.
Hermawan menilai, anggapan Soeharto berjasa besar dalam pembangunan juga tidak sepenuhnya tepatSebab, menurut dia, pembangunan yang dilakukan tokoh yang meninggal pada Januari 2008 itu semuPasalnya, semua pembangunan dilakukan dengan dana utang luar negeri"Ingat ketika 1998 ekonomi kita hancur juga karena pembangunan semu itu," cetusnya(dyn/bay/c7/)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Senin Depan, Putusan PSU Manado
Redaktur : Tim Redaksi