jpnn.com - UANG satu bil itu ditelannya. Teman-temannya menakut-nakuti. Soeharto kecil menangis. Hingga menjabat Presiden Republik Indonesia, dia mengaku tak pernah tahu kemana uang itu raib...
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
BACA JUGA: Pak Harto Anak Pak Karto (1)
Tujuh hari telah berlalu sejak 8 Juni 1921.
Hari itu ada pesta kecil di Kampung Kemusu, sekira 37 km dari Candi Borobudur.
BACA JUGA: Tambang Freeport di Papua Diramal Akan Jadi Kota Hantu
Pak Karto, ulu-ulu kampung setempat menggelar selamatan atas kelahiran anak lelakinya.
Selain para kerabat dan tetangganya, pengisi adat, diundang pula tetua kampung guna mencarikan nama.
BACA JUGA: Presiden Soeharto Memberinya Nama Tembagapura
"Nama yang telah diperdapat dan diberikan pada anak Pak Karto adalah Soeharto," tulis O.G. Roeder dalam buku Soeharto--Dari Pradjurit Sampai Presiden.
Cucu Si Mbah
Soeharto masih terlalu kecil untuk tahu sebab musabab perceraian orang tuanya.
Menurut Roeder, sejak itu Soeharto tinggal bersama neneknya--ibu dari ayahnya--dukun beranak yang membantu kelahirannya di muka bumi.
(baca: Pak Harto Anak Pak Karto--bagian 1)
Mbah Kromo--demikian dia memanggil sang nenek--sangat sayang padanya.
Kemana-mana, si cucu digendong dengan selendang kain. Termasuk saat membantu orang melahirkan, pun itu jauh dari rumah.
Karena tak pernah lepas dari asuhannya, maka sang cucu pun kecipratan nama harum Si Mbah.
Sebagai dukun beranak, pada zaman itu Mbah Kromo sangat terkenal dan dihormati. Ingat, ini cerita tahun 1920-an.
Si Mbah mengasuh cucunya dari mulai merangkak hingga pandai berjalan.
Misteri Uang Satu Bil
Baik dalam buku yang ditulis O.G. Roeder yang terbit pada 1969, maupun dalam buku otobiografinya, Soeharto--Ucapan, Pikiran dan Tindakan Saya yang terbit pada 1988, sama-sama dikisahkan, saat berusia empat tahun, Soeharto dijemput ibunya yang baru saja kawin lagi.
Sukirah nama sang bunda.
"Pada suatu hari, sewaktu Ibu Sukirah akan pergi ke pasar, saya ditinggali uang satu bil," kenang Soeharto dalam otobiografinya.
Satu bil sama dengan setengah sen. Ini pecahan mata uang tempo hari.
"Uang itu tertelan. Saya menangis, lama menangis. Saya terasa takut dan disamping itu saya ditakut-takuti oleh anak-anak lain, bahwa uang itu akan nyangkut di dalam perut dan tidak akan keluar dengan sendirinya," sambungnya.
Lalu, "mungkin saja benar uang logam itu kemudian keluar lagi. Tetapi saya tidak ingat, apakah saya pernah menemukannya kembali."
Beranjak dewasa, Soeharto melamar masuk Koninklijke Nederlands Indische Leger (KNIL)--tentara Hindia Belanda.
Namun ditolak. Dan lalu…--bersambung (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Oh, Dari Sini Toh Modal Awal Freeport Masuk ke Indonesia...
Redaktur : Tim Redaksi