Kemarau, Air Jakarta Menguning dan Bau Belerang

Sabtu, 01 September 2018 – 20:56 WIB
Bunda Merah Putih (BMP) turut meringankan penderitaan warga Menteng Pulo, Setia Budi, Jakarta Selatan, yang kekurangan air bersih. Foto: BMP

jpnn.com, JAKARTA - Kualitas air di Jakarta terus mengalami penurunan atau memburuk, memasuki musim kemarau saat ini. Selain memunculkan bau belerang, warna air juga menguning, sehingga membuat air tak bisa di konsumsi.

Hal itu salah satunya terjadi dan dialami warga di kawasan Rusun Pesakih, Daan Mogot, Cengkareng, Jakarta Barat. Kualitas buruk air itu sudah di keluhkan penghuni sejak beberapa waktu silam.

BACA JUGA: Air Telaga Mengering, Ratusan Warga Krisis Air Bersih

"Kalo pagi air warna kuning. Baunya menyengat banget seperti belerang, kadang juga keluar bintik hitam," ujar Guyup, 45, warga blok H, Rusunawa Pesakih, Jakarta Barat, Jumat (31/8).

Guyup mengaku kualitas air disitu tidak bisa digunakan untuk kehidupan sehari - hari. Sebab dengan kualitas demikian, air tak bisa digunakan untuk keperluan sehari - hari seperti untuk minum maupun mandi.

BACA JUGA: Krisis Air Bersih, Warga Harus Jalan Jauh ke Bukit

Sehingga, tidak ada pilihan lain selain warga menggunakan air bersih untuk keperluan sehari - hari dengan menggunakan air galon yang berkeliling di rusun saat pagi. Sedangkan air yang tersalurkan ke setiap unit digunakan untuk mencuci pakaian dan cuci piring kotor.

"Galon itu di jual Rp 2000 per galon. Kalo sehari saya biasa pakai 2-3 galon," keluh Guyup sembari menjelaskan keluarganya berjumlah empat orang.

BACA JUGA: Rebutan Kursi Wagub DKI: Gerindra Minta PKS Taat Aturan

Kendati tidak bisa digunakan, namun kualitas air di Rusunawa Pesakih jauh lebih baik di bandingkan dahulu. Air rusun tak lagi mengeluarkan cacing merah, maupun menyengat berlebihan. Kualitasnya kian lebih baik. "Paling cuman licin licin aja kalo di pakai ke badan," keluh Erni, 49, warga blok G, Rusunawa Pesakih pada wartawan.

Sama halnya dialami oleh Erni, kondisi ini membuat dirinya tak bisa menggunakan air untuk keperluan sehari-hari. Bahkan ketika kualitas makin memburuk, Erni terpaksa menutup kerannya entah sampai kapan.

Akhirnya sampai mengandalkan air galon yang digunakan untuk memasak, minum, hingga mandi. Air kemudian dipisahkan untuk keperluan. Air mandi ia beli seharga Rp 2000 per galon, sementara Air makan minum dibeli seharga Rp 2500 per galon. "Kalo harian kurang tau yah. Tapi seminggu saya habiskan sekitar Rp 50 ribu," ungkap dia.

Di kawasan RT 09/02, Pegadungan, Kalideres, kemarau yang datang membuat debit air Kali Maja di kawasan itu menyurut. Warga kesulitan mencuci karena air kian kotor dan berlumut.

Winda, 23, warga jalan 20 Desember, Pegadungan ini misalnya. Dirinya berjalan sejauh satu kilometer dari rumahnya hanya untuk mencuci. Winda mengakui bahwa rumahnya kesulitan mendapatkan air bersih.

"Air tanah di kami ngga keluar, dulu pernah ada upaya penyambungan dari Plyja, tapi tetap ngga keluar," keluh Winda.

Untuk keperluan mandi dan makan, Winda juga membeli beberapa galon isi ulang untuk masak, dan air dirigent yang berkeliling kampung. Keperluan itupun membuat Winda terpaksa terpaksa mengeluarkan uang Rp 20 ribu sehari. "Nah kalo nyuci kita dua sampai tiga hari sekali," akunya.

Menanggapi kualitas buruknya air di Rusunawa, pada wartawan, Manajer Humas PAM Jaya, Linda Nurhandayani mengakui akan menindaklanjuti informasi mengenai kualitas air di Rusunawa Pesakih. Ia menuturkan, sampling kualitas air di dua blok itu telah diambil dan tengah menunggu hasil uji lab kualitas air.

"Pam sudah ambil sample lagi di IPA Rusun Pesakih, hasilnya memang baru diketahui seminggu kedepan," terang Linda.

Linda menambahkan, air di Rusunawa Pesakih semestinya bisa digunakan dan aman untuk memenuhi standar kualitas air minum. Hal ini sesuai dengan Pemenjes no 492 tahun 2010.

Terkait belum tersambungnya air di kawasaan Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat. Linda mengakui akan hal itu. Karena itu proyek pembangunan jaringan pipa dari Hutan Kota dibuat agar kawasan Pegadungan terlayani.

Dalam proyek itu, PAM Jaya menyertakan modal sebanyak Rp 450 miliar yang dibagi dalam dua tahap, tahap pertama sebesar Rp 300 Miliar dan tahap 2 yang diusulkan sebanyak Rp 150 Miliar. "Jika tidak ada kendala, ditargetkan akhir tahun 2019 sudah selesai," katanya.

Anggota DPRD DKI Jakarta Taufik Hadiawan berharap, kualitas air di ibu kota dapat ditingkatkan. Keberadaan PAM Jaya sebagai regulator pengelola air di ibu kota, diharapkan mampu menyelesaikan persoalan ini. “Pelayanan air bersih untuk warga Jakarta harus menjadi prioritas. Kami minta persoalan ini segera diselesaikan,” tandasnya. (ibl)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Optimistis Jaga Produksi Padi di Musim Kering


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler