Kembangkan Kasus Proyek Fiktif di Amarta Karya, KPK Menahan 2 Tersangka Baru

Rabu, 15 Mei 2024 – 18:13 WIB
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menahan dua tersangka baru terkait pengembangan kasus di PT Amarta Karya. Pengembangan ini terkait dugaan korupsi terkait proyek pengadaan subkontraktor fiktif tahun 2018-2020 di PT Amarta Karya (Persero). FOTO: Ilustrasi: arsip JPNN.com/Ricardo

jpnn.com, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menahan dua tersangka baru terkait pengembangan kasus di PT Amarta Karya. Pengembangan ini terkait dugaan korupsi terkait proyek pengadaan subkontraktor fiktif tahun 2018-2020 di PT Amarta Karya (Persero).

Diketahui, Majelis hakim Pengadilan Tipikor Bandung menyatakan eks Bos Amarta Karya Catur Prabowo serta Trisna Sutisna terbukti bersalah bersama-sama melakukan korupsi proyek fiktif.

BACA JUGA: KPK Minta Pengusaha Travel Fuad Hasan Kooperatif pada Panggilan Hukum

"Atas fakta hukum tersebut, dilakukan pengembangan penyidikan dan pengumpulan alat bukti. Dengan menetapkan dan mengumumkan sebagai tersangka," kata Direktur Penyidikan KPK Asep Guntur Rahayu di Gedung KPK, Rabu (15/5).

Mereka merupakan karyawan PT Amarta Karya, Pandhit Seno Aji, dan Deden Prayoga. Kedua tersangka disebut menjadi orang kepercayaan dari Catur Prabowo.

BACA JUGA: Sekjen DPR Hadiri Pemeriksaan KPK Terkait Korupsi Rumah Jabatan Legislator

Pandhit dan Deden merupakan orang kepercayaan dari Catur Prabowo yang menjabat Direktur Utama PT AK Persero. "Diperintahkan dan ditugaskan untuk memenuhi berbagai kebutuhan pribadi dari Catur Prabowo," kata Asep.

Pandhit dan Deden kemudian mendirikan badan usaha fiktif untuk mencari uang. Uang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi Catur.

BACA JUGA: Usut Kasus Pencucian Uang, KPK Periksa Pengusaha Travel

Pandhit dan Deden kemudian mendirikan dan mencari badan usaha berbentuk CV.

"Untuk dijadikan seolah-olah sebagai subkontraktor dari PT AK Persero untuk menerima pembayaran kerja sama subkontraktor PT AK Persero," ujar Asep.

Kerugian keuangan negara yang ditimbulkan dalam kasus ini sejumlah sekitar Rp46 miliar. Bahkan uang korupsi tersebut diduga mengalir kepada dua tersangka ini.

Dia melanjutkan terdapat aliran uang dari proyek subkontraktor fiktif ini yang dinikmati Pandhit dan Deden.

"Tim penyidik masih akan melakukan penelusuran dan pendalaman," ujar Asep.

Atas perbuatannya kedua tersangka, disangkakan melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 UU Tipikor Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Catur divonis sembilan tahun penjara dan denda Rp1 miliar dengan subsider delapan bulan penjara. Selain itu, terdakwa harus membayar uang pengganti sebesar Rp30,1 miliar.

Sementara itu, Trisna Sutisna divonis penjara lima tahun empat bulan serta bayar denda Rp1 miliar dan uang pengganti Rp1,3 miliar. Perkara korupsi tersebut telah merugikan keuangan negara sebesar Rp46 miliar. (tan/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Sita Mobil Mercedes Benz SYL yang Kerap Dipakai Pejabat, Lihat


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler