Kemendikbud Klaim Makin Banyak Lulusan SMK Diserap Industri

Sabtu, 09 Maret 2019 – 08:12 WIB
Para siswa SMK siap melakukan magang kerja ke perusahaan. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah melakukan revitalisasi SMK, program kursus dan pelatihan. Ini untuk menyesuaikan antara kebutuhan industri akan tenaga kerja.

Sekretaris Jenderal Kemendikbud Didik Suhardi mengatakan, sekarang sudah banyak sekolah yang kurikulumnya dibicarakan dengan dunia industri. Ketika anak-anak itu lulus, mereka bisa langsung diserap oleh lapangan kerja.

BACA JUGA: Kemendikbud Dukung Sistem Zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2019

Di samping itu, kata dia, revitalisasi juga dimaknai sebagai mensinkronkan jurusan-jurusan SMK, kursus dan pelatihan dengan kebubuhan lapangan. Misalnya jurusan administrasi perkantoran, bisnis, dan akuntansi, itu lulusannya setiap tahun hampir 120 ribu. Namun diserap di lapangan kerja mungkin baru sekitar 20 persenan.

“Ini termasuk yang direvitalisasi, sehingga SMK-SMK diharapkan sudah tidak memproduksi lagi SDM-SDM yang jenuh tadi, tapi sudah beralih pada jurusan-jurusan yang diperlukan lapangan kerja, misalnya pengelasan bawah air. Itu jarang sekali, kemudian jurusan-jurusan misalnya tomotif masih sangat diperlukan,” kata Didik dalam paparan kinerja Kemendikbud 2014-2019, Jumat (8/3).

BACA JUGA: Seolah Sejahterakan Guru, Padahal Nasib Honorer Menyedihkan

BACA JUGA: Kemendikbud Dukung Sistem Zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun 2019

Disebutkan SDM yang lulus sesuai dengan kebutuhan di lapangan itu masih ada gap. Masih ada lapangan-lapangan pekerjaan yang belum diisi oleh lulusan-lulusan SMK. Itu sebabnya pemerintah daerah harus membuka jurusan-jurusan yang diperlukan, contohnya SMK Kopi, SMK Kelapa Sawit.

BACA JUGA: Pekan Kebudayaan Nasional 2019 Digelar Berjenjang dari Tingkat Desa

“SMK jurusan Kelapa Sawit, SMK jurusan kopi itu, memang jurusan-jurusan di lapangan yang dibutuhkan, tapi SMK-nya belum ada. Ini otomatis kami buka, termasuk kursus-kursus yang terkait dengan industri kreatif, dan perfilman,” terangnya.

Perfilman Indonesia sekarang luar biasa peningkatannya. Tahun 2015, jumlah penonton film Indonesia baru 16 jutaan, sekarang sudah mencapai 42 jutaan. Jadi ada peningkatan dua kali lipat, maka ini harus diantispasi.

Jangan sampai peningkatan perfilman ini, tidak diimbangi dengan kualitas dan kuantitas SDM. Nanti malah diisi oleh tenaga kerja dari negara asing.

“Maka kami siapkan. Kemarin kami identifikasi 112 SMK yang punya jurusan broadcasting, supaya mempunyai jurusan perfilman, karena jurusan ini sekarang kebutuhan kita banyak sekali, mulai penulis naskah, juru kamera, dan lain-lain,” ujarnya.

Sekarang SMK yang sudah dilakukan revitalisasi sebanyak 2700. Jadi kewenangan untuk buka dan menutup jurusan ada di pemerintah daeah. Pusat hanya menyajikan data-data.

"Kami hanya menunjukkan ini loh datanya, lulusan kalian itu, jurusan ini sudah sekian yang tertampung di tenaga kerja, jurusan itu sekian yang tertampung. Ini ada jurusan-jurusan yang masih banyak kebutuhan di lapangan, itu dilakukan oleh pemerintah pusat, daerah itulah yang responship, terhadap kondisi lapangan-kapangan seperti ini,” terangnya.

Didik menambahkan, revitalisasi yang dilakukan, mulai kerja sama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Kemudian sertifikasi siswa, dan lain-lain. Jadi sekolah-sekolah SMK ini ruang prakteknya direvitalisasi dan ditambah.

Harapannya semua SMK punya partner dengan industri. Diharapkan tidak ada satupun SMK yang tidak punya partner dengan dunia industri. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemendikbud Berencana Beli Rumah Keprabon Pencipta Lagu Hymne Guru


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler