Kemendikbudristek: STP Jangan Hanya Jadi Pusat Pengembangan Teknologi 

Sabtu, 09 Maret 2024 – 20:21 WIB
Pemateri utama dalam FGD dan diskusi publik adalah ?Prof. Dr. Erika B. Laconi (STP IPB), Surya Nugroho S.T., M.T., Ph.D (STP ITB), Prof. Dr. Sang Kompiang Wirawan, STP UGM, ?Prasandhya Astagiri Yusuf, PhD (STP UI), ?Marina Kusumawardhani (MIT REAP Java). Foto Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengembangan Science Techno Park (STP) menjadi langkah strategis dalam memajukan hasil riset dan teknologi menuju proses industrialisasi yang lebih baik, sekaligus mempercepat proses hilirisasi kampus dan menghasilkan output yang lebih substansial.

Hal itu sesuai dengan visi misi Presiden RI yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.

BACA JUGA: Bertransformasi Digital, STP Trisakti Bersiap-siap Jadi Institut 

Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek, Nizam menyampaikan bahwa STP di Indonesia diharapkan tidak hanya berfungsi sebagai pusat pengembangan teknologi, tetapi juga menjadi sarana untuk menghasilkan spin-off yang bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi. 

Melalui Science Techno Park, kampus harus mulai menjadi mesin pertumbuhan ekonomi melalui riset dan inovasi. 

BACA JUGA: Honorer K2 Teknis Kantongi SK PPPK 2023, Ada yang Aneh dengan Besaran Gapoknya

"Mari bangun jaringan global, menghubungkan pusat riset Indonesia dengan pasar global, mulai dari sesi daring dengan institusi seperti Oxford, Edinburgh, Stanford, dan lainnya," kata Nizam dalam sambutannya pada Diskusi Publik membahas hasil Focus Group Discussion (FGD) tentang STP, Jumat (8/3).

Nizam mengajak semuanya ikut mengembangkan ekosistem di mana generasi milenial yang sejalan berkembang dan Science Techno Park di berbagai perguruan tinggi saling terhubung untuk mengembangkan spin-off kampus.

BACA JUGA: Kontrak Ratusan Honorer Diperpanjang, Termasuk yang Lulus PPPK 2023

Pada kegiatan FGD ini, dilakukan gap analysis untuk memperoleh masukan, arahan, dan pemahaman mendalam mengenai kondisi aktual Science Techno Park.

Para peserta FGD berasal dari pengelola STP di berbagai perguruan tinggi ternama seperti ITB, UI, UGM, dan IPB, perwakilan dari MIT Reap, Diaspora dari Inggris, Australia, Malaysia, dan Taiwan, serta perwakilan dari Ditjen Diktiristek, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Pemateri utama dalam FGD dan diskusi publik ini ialah Prof. Dr. Erika B. Laconi (STP IPB), Surya Nugroho S.T., M.T., Ph.D (STP ITB), Prof. Dr. Sang Kompiang Wirawan, STP UGM, ?Prasandhya Astagiri Yusuf, PhD (STP UI), Marina Kusumawardhani (MIT REAP Java).

Ada juga perwakilan diaspora Fauzan Adziman PhD (Oxford University), Prof. Irwandi Jaswir PhD (IIUM Kuala Lumpur), Prof. Juliana Sutanto PhD (Monash University), Prof. Vincentius Adi PhD (National Chung Hsing University).

Para pemateri memberikan wawasan dan pengalaman dalam mengembangkan STP yang berkelanjutan dan berdampak positif. Melalui diskusi ini, 6 poin penting yang dibahas adalah:

1. Manajemen Pengelolaan - Fokus pada kerja sama antara Kampus dan STP dengan memperhatikan tridharma, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Model kerja sama yang melibatkan inkubasi, akselerasi, dan pengelolaan unit usaha telah diterapkan oleh beberapa perguruan tinggi;

2. Kebutuhan Kewenangan- Diperlukan peningkatan personel yang terlatih di STP serta integrasi riset dosen-mahasiswa untuk menghasilkan inovasi yang dapat diaplikasikan secara komersial. Dukungan pemerintah juga diharapkan untuk kelancaran investasi jangka panjang;

3. Peran Mahasiswa - Mahasiswa dianggap penting dalam STP sebagai penggerak inovasi dan calon pengusaha yang potensial;

4. Kerja sama Industri - Model kerja sama dengan industri harus lebih terbuka dan beragam, tidak hanya terbatas pada MoU, melainkan juga melalui berbagai kegiatan jaringan industri;

5. Manajemen Keuangan - Pentingnya pengelolaan dana secara tepat, dengan memperhatikan aturan yang berlaku dan memastikan pendanaan yang jelas;

6. Hilirisasi Teknologi - Infrastruktur harus memadai untuk mendorong hilirisasi, dengan fokus pada pengembangan produk dan prototipe.

"Dari kegiatan ini juga teridentifikasi beberapa tantangan, seperti kompleksitas proses inkubasi, pembangunan infrastruktur yang sesuai, dan peningkatan pendanaan riset," kata Prof. Dr. Erika B. Laconi dari STP IPB.

Adapun rekomendasi yang dihasilkan menekankan pentingnya meningkatkan kerjasama antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah untuk menciptakan ekosistem inovasi yang berkelanjutan.

"Ini menjadi langkah awal yang berarti dalam memperkuat ekosistem inovasi di Indonesia, khususnya dalam mendukung hilirisasi hasil riset dan teknologi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Prasandhya Astagiri Yusuf, PhD dari STP UI. (esy/jpnn.com)


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler