Kemenkes: Banyak Negara yang Mengakui Manfaat Obat Tradisional

Rabu, 07 September 2022 – 08:32 WIB
Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lucia Rizka Andalusia dalam diskusi T20 Indonesia Parallel Session 3D: Green Pharmacy’s Role in Supporting Global Health Architecture secara daring, Selasa (6/9). Foto: Youtube/T20 Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lucia Rizka Andalusia mengatakan obat herbal kini tengah jadi fokus peneliti dan industri farmasi di dunia.

Lucia menjelaskan obat herbal sebagai bagian dari pengobatan tradisional merupakan sumber daya kesehatan yang penting.

BACA JUGA: Prioritaskan Pencegahan, Malaysia Bakal Tambah Anggaran Kemenkes

"Terutama dalam pencegahan dan pengelolaan gaya hidup terhadap penyakit kronis dan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan populasi yang menua," kata Lucia dalam diskusi T20 Indonesia Parallel Session 3D: Green Pharmacy’s Role in Supporting Global Health Architecture secara daring, Selasa (6/9).

"Banyak negara yang mengakui manfaat obat tradisional dalam sistem kesehatan nasional mereka, seperti, di Cina, penggunaan obat herbal sudah menjadi tujuan utama kesehatan mereka," sambung Lucia.

BACA JUGA: Kemenkes Temukan Satu Kasus Suspek Cacar Monyet di Jawa Tengah

Selanjutnya, di Jepang, 50-70 persen jamu diresepkan.

Sementara itu, Kantor Regional WHO untuk Amerika (AMOR/PAHO) melaporkan bahwa 71 persen penduduk Chili dan 40 persen penduduk Kolombia menggunakan obat tradisional. 

BACA JUGA: Antisipasi Penyebaran Cacar Monyet, Kemenkes Siapkan 1.000 Obat

Penggunaan jamu oleh penduduk negara lain juga sangat populer, seperti di Perancis mencapai 49 persen, Kanada 70 persen, Inggris 40 persen, dan Amerika Serikat 42 persen.

"Inilah kondisi pasar ekspor obat tradisional ke depan, meski ada juga tantangan, seperti kurangnya penelitian maupun dukungan keuangan untuk penelitian tentang pengobatan herbal," ujar Lucia.

Kementerian Kesehatan terus mendorong penelitian, pengembangan, hingga penanganan dan pemanenan bahan baku untuk memastikan standar kualitas dalam produksi obat tradisional. 

Kementerian Kesehatan juga menyediakan dana alokasi khusus untuk pemerintah daerah agar menggunakan produk lokal.

"Hal ini juga sejalan dengan visi presiden untuk menciptakan masyarakat yang sehat, produktif, mandiri. Kami percaya harus ada lebih banyak tindakan kolaboratif antar pemangku kepentingan untuk meningkatkan ketahanan kesehatan kita," ujar Lucia.

Direktur Pengembangan Bisnis dan Saintifik Dexa Group Raymond Tjandrawinata mengatakan Indonesia memiliki obat tradisional yang baik untuk pencegahan penyakit.

Namun, lanjut Raymond, masih ada mitos tentang obat tradisional, seperti sedikit khasiat, tidak adanya bukti, minim pengetahuan tentang farmakologi herbal, takut salah diagnosis, dosis yang tak tepat, dan sebagainya. 

"Ini yang harus kita lawan agar masyarakat mengerti pentingnya Green Pharmacy yang produknya bisa membantu pasien," ujar Raymond.

Raymond menambahkan di masa depan, Green Pharmacy harus menjadi obat integratif untuk pengobatan konvensional, pengobatan gaya hidup, dan terapi komplementer yang terinformasi. 

"Jadi, kehidupan manusia akan lebih baik, kualitas hidup menjadi jauh lebih tinggi," ujar Raymond. (cr1/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenkes Targetkan 514 Rumah Sakit Sediakan Layanan untuk Penyakit Tak Menular


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dean Pahrevi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler