jpnn.com, JAKARTA - Realisasi daya serap APBN Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Tahun 2018 mencapai 91,36 persen. Sementara daya serap kuartal I APBN 2019 per 12 Juni 2019 sebesar 33,76 persen.
Capaian tersebut mendapat apresiasi Komisi X DPR. Komisi X DPR mendorong Kemenristekdikti untuk bisa mencapai penyerapan anggaran sekurang-kurangnya 95 persen dari pagu yang telah ditetapkan tahun-tahun sebelumnya.
BACA JUGA: 40 Ribu Mahasiswa Ikut KKN Kewirausahaan di 10 Universitas
Menristekdikti Mohamad Nasir menyebutkan fokus Rencana Kerja Pemerintah (RKP) pada 2020 adalah menyiapkan sumber daya manusia yang bekualitas untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional dengan cara meningkatkan kualitas lulusan mahasiswa perguruan tinggi, serta menumbuhkembangkan hasil inovasi.
Hal tersebut diimplementasikan dalam program kerja kementerian di antaranya program Beasiswa Bidikmisi, Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik), dan Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).
BACA JUGA: Gelar Halalbihalal, Begini Ajakan Menteri Nasir
“Program Beasiswa dapat meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi peserta didik yang tidak mampu secara ekonomi dan memiliki prestasi akedemik yang baik” tutur Menteri Nasir, Selasa (18/6).
Selain itu, program lainnya juga turut ikut andil untuk menunjang lulusan mahasiswa yang berkualitas seperti revitalisasi pendidikan vokasi dimana kini sejumlah Politeknik telah berkolaborasi dengan sektor industri, program pembinaan Perguruan Tinggi Swasta (PP-PTS), dan beasiswa S3 dosen.
BACA JUGA: Ali Ghufron: Kemampuan Manajerial di Perguruan Tinggi Rendah
BACA JUGA: Kemenristekdikti Kirim 45 Mahasiswa ke Tiongkok
Kemudian sertifikasi guru dan distance learning untuk menjangkau anak didik di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) sekaligus guna mengantisipasi kemajuan teknologi 5G sehingga perlu adanya reformasi teknologi di bidang pendidikan tinggi.
Tidak kalah penting Nasir juga menyampaikan bahwa inovasi dan penelitian harus digenjot, karena mengingat ketersediaan sumber daya alam kita sudah semakin menipis.
“Saya berharap di perguruan tinggi bisa menghasilkan lebih banyak lagi invensi (penemuan baru/ _novelty_ ) dan inovasi yang bermanfaat langsung pada masyarakat” ungkapnya.
Dalam lima tahun terakhir, angka publikasi ilmiah yang dihasilkan perguruan tinggi meningkat tajam. Data per 2018 mencatat publikasi ilmiah Indonesia sudah mencapai 31.009.
Melalui serangkaian upaya yang dilakukan Kemenristekdikti, jumlah start up dari 2015 sampai 2019 juga melonjak. Kini, ada 1307 total start up dan calon start up yang didanai Kemenristekdikti di periode 2015-2018.
Beberapa hasil inovasi anak negeri juga terbilang membanggakan seperti GESITS (motor listrik hasil kolaborasi PT Gesits Technologies Indo dengan Institut Teknologi Sepuluh November - ITS), Katalis Merah Putih (kolaborasi Institut Teknologi Bandung dan PT. pertamina), Iradiator Gamma Merah Putih BATAN (teknologi pengawetan makanan dengan teknik radiasi), dan berbagai inovasi lainnya yang dihasilkan perguruan tinggi dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) lainnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Teliti Penyakit Menular di Indonesia, Inggris Siapkan Rp 32 Miliar
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad