Teliti Penyakit Menular di Indonesia, Inggris Siapkan Rp 32 Miliar

Senin, 13 Mei 2019 – 15:53 WIB
Menristekdikti Mohamad Nasir dan Dubes Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste Moazzam Malik. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA -
Pemerintah Inggris menggelontorkan dana Rp 32 miliar untuk membiayai riset penyakit menular di Indonesia.

Sementara, Indonesia melalui Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) juga menyiapkan dana Rp 5 miliar untuk pembiayaan kegiatan yang sama. Dengan demikian total dana riset penyakit menular mencapai Rp 37 miliar.

BACA JUGA: Nasir Minta PTS di Papua Kembangkan Raja Ampat, Belajar ke Bali

"Dana Rp 37 miliar tersebut merupakan kolaborasi Inggris-Indonesia untuk membiayai enam riset terbaik atasi penyakit menular. Yaitu demam berdarah, malaria, HIV, TBC, infeksi otak, dan penyakit aspergillosis," ungkap Menteri Nasir dalam peluncuran kerja sama Kemenristekdikti dengan pemerintah Inggris di kantornya, Senin (13/5).

Dia menjelaskan, proses pemilihan enam penelitian yang didanai melalui Newton Fund ini dilakukan dengan proses yang terbuka, transparan, dan kompetitif. Ada 22 proposal yang masuk dinilai oleh tim pengkaji dari Indonesia dan Inggris sampai akhirnya terpilih enam.

BACA JUGA: Menristekdikti Targetkan 11 PTN Masuk Ranking 500 Dunia

BACA JUGA: Banyak Guru Tak Mahir Berbahasa Indonesia

"Pendanaan dana riset ini bertujuan menghasilkan terobosan dalam bidang penyakit menular. Hasil kolaborasi ini akan meningkatkan ketahanan dan kesiapan Indonesia dalam menangani penyakit menular yang mematikan. Termasuk melalui intervensi kebijakan maupun pengembangan teknologi farmasi dan inovasi," bebernya.

BACA JUGA: Menristekdikti: Pembangunan Pendidikan Berkualitas jadi Target SDGs

Pada kesempatan tersebut, Dubes Inggris untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste Moazzam Malik mengatakan, ancaman penyakit menular sangat tinggi di Indonesia dan mengancam keberlangsungan hidup masyarakat dan juga perekonomian nasional.

Bidang sains dan riset Inggris, lanjut Moazzam, menempati posisi kedua. Sebanyak 54 persen hasil penelitiannya masuk kategori terbaik dunia. Data juga menunjukkan, 38 persen peraih Nobel memilih bersekolah di Inggris.

BACA JUGA: Tantang Jenderal Tito Karnavian, Pria Asal Cirebon Ditangkap Polisi

"Saya bangga kami bisa bermitra dengan ilmuwan di Indonesia untuk menghadapi isu penting di bidang kesehatan. Saya harap riset-riset terpilih ini berguna bagi masyarakat Indonesia untuk hidup lebih lama, sehat, makmur," pungkasnya. (esy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Peringati Hari Kesiapsiagaan Bencana, Kampus Diminta Simulasi Serentak


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler