jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus memasifkan Gerakan Ketahanan Pangan (GKP) untuk memperkuat perekonomian masyarakat hingga nasional guna terhindar dari dampak pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 berdampak buruk pada semua sektor, kecuali pertanian.
BACA JUGA: Begini Strategi Kementan Agar Kedelai Tidak Lagi Impor
Jadi, upaya penyediaan pangan harus terus diperkuat dengan menggandeng perguruan tinggi.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mengatakan, sejak 2019, tidak ada impor beras untuk konsumsi per orang dan komoditas lain, seperti jagung.
BACA JUGA: Selamat, UPT Kementan Raih Penghargaan Pelayanan Publik dari KemenPAN-RB
Karena itu, sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL), upaya penyediaan pangan harus diperkuat dengan cara baru atau modern.
“Tidak ada impor jagung pakan. Industri makanan dan minuman memang masih ada. Jadi, kami pahami bersama,” ujar Suwandi.
BACA JUGA: Kementan: Peternak Jatim Pastikan Stok Sapi Aman
Hal itu dikatakannya pada Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada Sabtu (12/3).
''Secara garis besar, neraca ketersediaan komoditas tanaman pangan produksi dikurangi konsumsi sampai saat ini aman. Alhamdullilah kami mencapai surplus," kata Suwandi.
Koordinator Perencanaan Ditjen Tanaman Pangan, Ugi Sugiharto menambahkan, salah satu upaya yang dicanangkan Mentan SYL terkait dengan ketahanan pangan di masa pandemi adalah arahan strategi pembangunan pertanian dengan 5 cara bertindak.
Salah satunya, diversifikasi pangan lokal. Pangan yang ada di suatu lokasi menjadi fokus komoditas utama.
"Contoh lain, budi daya padi salibu. Teknik padi salibu merupakan budi daya tanaman padi tanpa menyemai benih yang mana bekas sisa batang padi yang sudah dipanen dipotong kembali 2 sampai 3 cm sehingga menghasilkan tunas baru,” jelasnya.
Sementara itu, Dekan Agribisnis UMY Indira Prabasari mengatakan, pandemi ini bisa memberikan dampak pada bidang pertanian.
Sektor pertanian menjadi satu-satunya sektor yang dapat menjaga perekonomian masyarakat.
Dosen UMY Indardi menambahkan, urban farming merupakan salah satu cara dalam mendukung ketahanan pangan.
"Ada sosialisasi seperti yang dilakukan saat ini dengan mengedepankan peluang dalam mengelola urban farming," jelasnya.
Ketua Perhepi Bustanul Arifin membeberkan data terakhir yang diambil melalui PPHPS per Februari 2022, harga beras masih cukup stabil dibandingkan dengan daging dan minyak.
"Terkait dengan pangan lokal, harus menjadi sumber karbohidrat kompleks dan rendah glikemik untuk menjaga ketahanan tubuh di tengah pandemi," katanya. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi