jpnn.com, TABANAN - Kementerian Pertanian memberikan dukungan Pusat Pelatihan Petani Swadaya (P4S) Buana Lestari di Desa Angkah, Selemadeg Barat, Tabanan, Bali, untuk terus meningkatkan produktivitas komoditas yang mereka miliki.
Kementan juga menyarankan agar petani bisa mengolah komoditas terlebih dahulu sebelum dijual.
BACA JUGA: Kementan Ajak Petani Tabanan Garap Hilirisasi Pertanian Agar Untung Berlipat Ganda
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, setiap daerah harus mampu memperkenalkan komoditas andalan.
“Bukan cuma diperkenalkan, tetapi juga digenjot produktivitasnya agar bisa menjadi komoditas andalan bahkan bisa diekspor,” katanya.
BACA JUGA: BPPSDMP Gelar Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh Secara Masif
Pernyataan serupa disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, saat mengunjungi P4S Buana Lestari, Kamis (16/9).
Menurut Dedi, kata kunci dari pertanian adalah bagaimana meningkatkan penghasilan.
BACA JUGA: BPPSDMP Sebut Kebangkitan Pertanian dimulai dari Petani dan Penyuluh
“Dari P4S Buana Lestari Tabanan ini sudah luar biasa, tapi yang harus digenjot terus adalah produktivitas.
Saat ini sudah lumayan, tapi kalau produktivitas bisa ditingkatkan lagi maka akan luar biasa,” katanya.
Dedi Nursyamsi mengingatkan agar petani bisa meningkatkan nilai jual dari produk pertanian mereka.
“Petani jangan jual mentah atau fermentasi produk pertanian. Petani harus olah dahulu, bila perlu gabung dengan poktan lain. Produk pertanian harus diolah dan kemas maka harganya akan tinggi,” katanya.
Dia mengatakan, jika menjadi barang, orang akan bangga membawanya.
“Makanya petani pun harus mengetahui bagaimana cara olahan, kemasan, dan pemasaran itu harus dipikirkan. Bali ini daerah wisata, bukan kita yang datang tapi orang yang datang. Ini harus dimanfaatkan,” katanya.
Menurut Dedi, potensi di sekitar Tabanan bukan hanya kakao, tapi juga manggis dan durian.
“Ini juga harus ditingkatkan. Manggis misalnya ,dengan sedikit intervensi, maka KW 1 bisa melejit dan bisa ekspor. Karena manggis tanaman tropis, negara sub tropis tidak punya manggis, dan Indonesia bisa menghasilkan itu. Komoditas harus dianekakan,” ujarnya.
P4S Buana Lestari Tabanan sendiri memiliki komoditas berupa kakao yang berjumlah 700 pohon/ha, manggis 350 pohon/ha, dan durian 100 pohon/ha.
Produktivitas yang dihasilkan juga luar biasa.
Untuk kakao, P4S Buana Lestari bisa menghasilkan 600-800 kg/ha, total 84 ton/tahun, harga Rp50 ribu/kg.
Manggis 1-2,5 ton/ha dengan harga Rp 40 ribu/kg.
Untuk ekspor, P4S Buana Lestari juga mengirimkan kakao ke Selandia Baru, dan manggis ke Tiongkok.
“Petani harus merubah paradigma tanam, petik, jual. Tapi hasil produksi harus kembali diolah agar memberikan nilai tambah (added value),” sebut Dedi.
Dalam kunjungannya kali ini Dedi mengajak petani untuk tetap produktif.
Diakui, Covid-19 telah meluluhlantakan perekonomian Bali yang selama ini bertumpu pada pariwisata.
Namun data menyebutkan 16, 24 persen hanya sektor pertanian yang bertumbuh secara nasional, sementara sektor yang lain tiarap.
“Meskipun anggaran pertanian turun, tapi kenapa produksi pertanian meningkat. Karena semua stakeholder pertanian tetap semangat,” ucapnya.
Ketua Kelompok Petani Kakao Buana Lestari, I Wayan Adi Pertama menyebutkan, kegiatan yang dilakukan dimulai tahun ini dengan adanya pelatihan di BBPP.
“Sebelum pandemi sebetulnya kami mulai mengembangkan ekspor ke Selandia Baru melalui agen, namun akibat pandemi eksport tertunda,” jelasnya.
Menaungi sekitar 84 anggota, Wayan Adi berharap, kakao yang mereka hasilkan bisa memberikan nilai tambah.
Apalagi katanya kalau dijual usai difermentasi harganya kisaran Rp 40 ribu.
Dia sepakat dengan usulan Kepala BPSDMP hasil produksi nantinya diolah kembali agar bisa memberikan nilai tambah.
“Kami saat ini juga tengah melirik pasar lokal dalam meraup pasar yang ada,” sebutnya, seraya mengatakan, pihaknya juga melihat potensi produk pertanian di luar kakao untuk dikembangkan. (mrk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... BPPSDMP Kementan Siap Kawal Pendampingan di Kawasan Food Estate
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Tim Redaksi, Sutresno Wahyudi